File 4

1.7K 237 17
                                    

Reader POV

Cih, membosankan.

Aku sama sekali tidak mengerti pelajaran sejarah dari dulu.

Aku melirik pelaku dan si muka kuda bergantian.

Dilihat sekilas dia terlihat seperti murid teladan yang populer.

Meski tidak mencolok.

Rinko Hashijima, dikenal murid yang ramah dan baik. Klasik, hebat juga dia menyamar tanpa ketahuan.

Masa lalunya agak kejam, diperkosa oleh teman masa kecilnya sendiri hingga hamil. Membuatnya pindah ke kota ini. Menculik anak laki-laki sekitar usia anak SD.

Mengerikan juga.

Beberapa korbannya ia potong "anunya".

Wuoh, sadis sekali.

"Mary-chan!"

Aku terkejut ketika dia memanggilku.

Aku terlalu larut dalam pikiranku.

"Ya?", natural senyum natural.

"Aku memanggilku dari tadi, kelas kita pindah ke lab", suaranya ia ubah juga.

"Ah, begitu ya"

Kelas kimia menjengkelkan.

Aku mengambil perlengkapannya. Kulihat si muka kuda sudah pergi duluan.

Semoga misi ini cepat selesai.

Membangun kepercayaan agar pelaku tidak curiga, itu cukup mudah untukku.

Karena aku telah menipu banyak orang.

Aku melewati beberapa kelas dan melihat rekan kerja lainnya.

Wah, si cebol itu ngajar bahasa Prancis. Tidak heran sih bahasa Prancisnya lebih bagus ketimbang aku.

Kami diberi waktu seminggu untuk menyelidikinya.

Author POV

"Capek! Sialan si alis tebal!", [Name] langsung tengkurap di sofa.

Kerja pertamanya berakhir ketika jam pulang sekolah telah usai.

Jam 5 sore.

Ia juga pulang bersama pelaku.

Berbicara banyak hal.

"Begini ya rasanya indahnya masa sekolah?", gumamnya.

"Oh, okaeri"

"Kau masih di sini?", [Name] dengan balasnya menatap Petra yang keluar dari kamar mandi. "Kunci pintunya kalau kau sendirian di sini"

"Aku baru datang kok, maaf aku lupa"

[Name] merogoh sakunya dan menemukan kertas dengan sebuah nomer telpon.

"Aku kan nggak punya ponsel", gumamnya menaruh kertas itu di meja dekat sofa.

"Levi, masih di kantor?", Petra meletakkan dua cangkir teh hangat di meja.

"Hm, masih laporan jadi kutinggal. Kau tidak mencoba meracuniku?", manik merahnya menatap cangkir berisi teh tersebut.

"Tidak, aku ingin memercayaimu", Petra menyesap tehnya.

"Karena aku adik pacarmu?"

"Ya, itu salah satunya"

"Lebih baik kau jangan terlalu percaya padaku"

Petra POV

Meski dia bilang begitu, aku ingin percaya.

Please, Tell Me Why{Erwin Smith x Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang