Author POV
Suara senandung terdengar di sepanjang lorong sel tahan khusus.
Bernyanyi dengan suara keputus asaan.
"Bye bye you..."
"Suaramu merdu sekali nona"
"Terima kasih..."
Tangan terus menari di sebuah kertas dengan pensil yang ia genggam.
Menggambar sebuah sketsa pemandangan indah yang ia ingat.
Berbagai memori kenangan terdapat di dalamnya.
Kenangan pahit dan manis.
Kenangannya bersama seseorang.
Tanpa ia sadari ia menggambar sketsa orang itu.
Orang yang membuatnya merasakan kehangatan, keindahan dunia, dan kebaikan hatinya.
"Kenapa aku malah--tck"
Ia menggambar orang itu.
Dengan senyum yang membuat perasaannya menjadi hangat.
"Hei, opsir muda aku bertanya tak apa?"
"Silakan"
"Menurutmu...jika seorang pembunuh menyukai seorang polisi apakah itu merupakan dosa?"
"Eh? Kenapa harus berdosa? Mencintai dan menyukai seseorang itu bukan dosa"
Tahanan itu menyandarkan dirinya di besi penghalangnya dengan si opsir.
"Meski dia sifatnya buruk sekalipun, aku yakin si pembunuh itu akan berubah sifatnya karena si polisi"
"Begitu menurutmu?"
"Yah, cinta itu misterius bagiku"
"Fufu, perumpaanmu lucu juga"
"Haha, begitu ya"
"Hei, mau bernyanyi bersamaku? Aku lagi patah hati nih"
"Mau! One way ticket tahu?"
"Oh, lagu itu tentu aku tahu"
Sel tahanan itu berisik dengan nyanyian keduanya.
Erwin POV
Apa yang kulakukan?
Pikiranku gelap.
Aku menyerahkan dia begitu saja.
Saat ini aku diintrogasi.
Aku harus tenang.
Sama sepertinya saat diintrogasi.
Kata polisi yang mengintogasinya.
"Anda mengenal dia?"
Dia memberiku fotonya.
"Tidak, semalam saya menemukannya hanyut di sungai"
Mereka memasang alat kebohongan padaku.
Aku harus mengatur detak jantungku agar tidak ketahuan.
"Berpikirlah seperti pembunuh"
Aku teringat perkataanya.
Seorang pembunuh sepertinya akan mengatur strategi agar tidak ketahuan.
"Rumah ini milik Mr. Sternburg, apa kau mengenalnya?"
"Kami saudara jauh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Tell Me Why{Erwin Smith x Reader}
FanfictionAku tidak cukup baik buatmu -[Name]