Baekhyun oppa mengantarku pulang walau kutahu ini semua hanya terpaksa. Baekhyun oppa harus melanjutkan pekerjaan di rumah sakit lain tempatnya bekerja untuk sore hari. Tapi ya mau tidak mau Baekhyun oppa harus memasang muka di depan koleganya
.
“Apa yang beliau tanyakan?” Tanya Baekhyun oppa to the point
“Hm? Beliau?”
“Nyonya Song”
“Ah… itu… Beliau ingin menikahkan putrinya dengan lelaki pilihan beliau. Jadi… beliau meminta pendapat dan tips dariku”
“Kau jawab bagaimana?”
“Ya… begitu”
“Hh… munafik” Senyum Baekhyun oppa yang tadi sangat manis dan menenangkan kini berubah menjadi senyum remeh yang tampak bengis
.
“Oppa…”
“…”
“Sampai kapan… kita terus begini?”
“Lakukan saja kewajibanmu sebagai istri. Aku juga melakukan kewajibanku sebagai suami”
“Tapi… oppa tidak…”
“Sebentar lagi sampai. Jangan lupa memasak untuk makan malamku. Cucian bajuku menumpuk di atas mesin cuci. Kenapa belum kau cuci? Apa yang kau lakukan selama ini? Jangan lupa bersihkan rumah. Itu kewajibanmu”
“N-ne oppa”
.
Aku tidak tahu bagaimana arti pernikahan yang sesungguhnya. Saat itu aku masih terlalu muda dan mendadak untuk menikah. Jika aku harus melihat dari kedua orang tuaku, maka aku tidak mendapat contoh cukup banyak
.
Eommaku sudah meninggal saat aku masih kuliah. Selama eommaku masih hidup, aku lebih sering diluar rumah. Bermain bersama teman-temanku, mengikuti acara dan organisasi sekolah, dan lain-lain. Saat aku pulang ke rumah aku hanya melihat eommaku memasak, membersihkan rumah, mencuci, dan melakukan apapun yang berhubungan dengan rumah tangga. Maka dari itu aku berfikir bahwa memang tugas dan kewajiban seorang istri adalah seperti itu
.
Aku melakukan itu kepada suamiku sekarang. Tapi ada satu hal yang dilakukan oleh orang tuaku dulu yang tidak dapat kulakukan sekarang. Yaitu berbincang-bincang santai, bercanda dan saling mengungkapkan perasaan kepada pasangan. Bagaimana caraku mendapatkan kesempatan itu? Bagaimana caraku melakukannya?
.
Perbedaan usiaku dengan Baekhyun oppa adalah 5 tahun. Karena dia lebih tua, maka kuanggap dia lebih dewasa dan lebih mengerti bagaimana menjalani sebuah hubungan pernikahan. Aku tidak berani membantah. Aku takut dosa. Tapi apakah benar seperti itu cara seorang suami memperlakukan seorang istri?
.
Seharian ini aku tidak menghubungi Chanyeol oppa. Chanyeol oppa juga tidak menghubungiku karena dia tahu aku sedang sibuk hari ini. Tapi rasanya sepi. Sedetik saja tanpa Chanyeol oppa rasanya sudah seperti setahun. Chanyeol oppa selalu menghiburku dan menemaniku saat tidak ada Baekhyun oppa. Padahal saat Baekhyun oppa ada disisiku pun aku tetap merasa kesepian
.
Malam harinya, Baekhyun oppa datang dengan wajah yang lesu. Sepertinya dia sedang ada masalah. Aku tetap menyiapkan baju ganti untuk Baekhyun oppa dan menyiapkan makanan yang sudah kumasak. Setelah kutunggu beberapa saat, ternyata Baekhyun oppa tidak kunjung keluar dari kamar. Aku khawatir makanannya akan dingin
.
Aku menghampirinya di kamar dan ternyata dia sedang bersandar di ranjang kami sambil memijat keningnya dan memejamkan matanya
.
“Oppa… tidak makan?”
“…” Baekhyun oppa membuka matanya dan melirik tajam ke arah mataku kemudian memejamkan matanya lagi tanpa menjawab
“Oppa sudah makan? Tapi… aku sudah memasak”
“Aku malas”
.
Aku memberanikan diri mendekatinya dan mencoba membantunya. Entahlah cara ini benar atau salah
.
“Oppa ada masalah? Kalau tidak makan, nanti bisa sakit”
“…” Baekhyun oppa kembali membuka matanya dan melirikku lagi
“Geurae kalau oppa tidak mau makan. Aku simpan di kulkas saja”
“Kau makanlah sendiri”
“Mau aku bawakan makanan ke kamar?”
“Aku bilang aku malas!” Baekhyun oppa sedikit menekan perkataannya dan berhasil membuatku terkejut
“N-ne oppa. Mianhae”
.
Karena aku lapar, akhirnya aku makan sendiri makanan itu. Sesungguhnya ada rasa sakit saat suamiku memperlakukanku seperti itu. Hanya saja aku tidak tahu, aku tidak mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Apakah aku diperbolehkan ikut campur dalam masalah suami? Apakah aku diperbolehkan membantu menenangkan suami dengan cara bertanya seperti itu?
.
Kubiarkan saja Baekhyun oppa beristirahat. Aku juga mulai merebahkan tubuhku di sampingnya seperti biasa. Namun tiba-tiba Baekhyun oppa memelukku dan menarik tubuhku
.
“Op-oppa? Mau… apa?”
“…” Baekhyun oppa hanya diam sambil menatap mataku yang kini berhadapan dengan matanya
“Oppa… sedang lelah… jangan… lakukan itu dulu”
“Kau membantahku?”
“Bu-bukan seperti itu. Lebih baik… kita istirahat saja”
“Apa kau tidak mau?”
“Oppa sedang lelah”
.
Tapi nyatanya Baekhyun oppa tetap melakukannya. Sejujurnya Baekhyun oppa sering memaksaku. Bahkan saat aku lelah dan sakitpun dia tetap memaksaku. Tidak jarang dia menggunakan kekerasan. Tapi mungkin aku yang salah sehingga Baekhyun oppa melakukan semua kekerasan itu
.
Di luar itu semua, terkadang jika masakanku tidak enak, atau tugas rumahku tidak beres, Baekhyun oppa juga menampar dan memukulku. Aku tidak berani melawan. Karena mungkin aku yang salah. Dan penyembuhku hanyalah Chanyeol oppa. Dia selalu mengerti saat aku sedang sedih atau sakit. Aku beruntung memiliki Chanyeol oppa
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie #wattys2019
FanfictionAku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya mencari ketenangan. Apa itu cinta? Bagaimana rasanya rindu? Apakah itu yang dinamakan cemburu? Lalu...