Part 27

365 22 0
                                    

Beberapa menit kemudian, kami benar-benar tertidur. Termasuk Jihyun. Dia hanya bangun sekali lalu tidur setelah aku memberinya ASI lagi. Sampai matahari terlihat mengintip dibalik jendela kamar kami yang membuatku terpaksa membuka mataku yang sesungguhnya masih enggan terbuka ini
.
Aku meregangkan tubuhku lalu bangun perlahan. Aku menoleh ke sampingku dan terlihat Baekhyun oppa masih nyaman dengan mimpinya namun saat kulihat anakku, dia tampak gelisah walau dia tidak banyak bergerak. Lantas aku menggendongnya walau Jihyun belum bangun. Aku menimangnya dan menepuk-nepuk dadanya seperti yang dilakukan oleh Baekhyun oppa tadi malam
.
“Wae? Apa Jihyun sudah bangun?” Tanya Baekhyun oppa dengan suara seraknya setelah ia menguap karena aku tahu pasti Baekhyun oppa juga masih sangat mengantuk akibat ikut begadang walau sebentar
“Ani, hanya saja… Ah entahlah”
“Wae? Apa yang kau sembunyikan dariku?”
“Aku tidak tahu perasaan apa ini. Tapi sejak Jihyun lahir, aku merasakan bahwa Jihyun tidak baik-baik saja. Aku selalu khawatir kepadanya. Apa ini normal oppa?”
“Mungkin kau terkena Baby Blues Syndrome. Kenapa tidak kau katakan sejak awal?”
“Baby… Blues? Sindrom apa itu oppa?”
“Baby Blues Syndrome Jihye, munculnya perasaan emosional secara berlebih dari ibu sejak melahirkan bayinya. Kau tidak tahu? Jinjja?”
.
“Emm… oppa… sebenarnya banyak sekali istilah kedokteran atau apapun yang berhubungan dengan medis yang tidak aku pahami. Kita menikah saat aku belum lulus kuliah dari jurusan yang tidak bersinggungan dengan medis. Sedangkan oppa sudah menjadi dokter, spesialis pula. Lalu apa yang oppa harapkan dariku? Aku benar-benar buta dengan hal-hal medis”
.
Baekhyun oppa menghelakan nafasnya dan menunduk. Sepertinya dia memikirkan kalimatku yang sedikit panjang lebar itu. Sudah lama aku ingin mengatakan hal ini namun keberanian itu baru muncul sekarang
.
“Mianhae. Jihye-ya, apa kau tidak memiliki kepercayaan kepadaku? Apa kau tidak menganggapku sebagai suami yang baik?”
“Aniya oppa. Bukan begitu maksudku…”
“Aniya, aku memang salah. Seharusnya aku tahu itu. Seharusnya aku tidak boleh memperlakukanmu seperti itu sejak dulu. Kau masih terlalu muda. Harusnya aku tahu itu. Aku yang salah Jihye, aku tidak bisa diandalkan, aku suami yang payah, aku suami yang tidak bisa dipercaya”
“Oppa geumanhae, jangan katakan itu. Cukup ajari aku. Tapi tolong berikan aku waktu lebih, aku tidak bisa memahami semuanya dalam satu waktu”
“Mianhae Jihye-ya, mianhae”
.
Baekhyun oppa memelukku dari samping dan dalam keadaan aku yang masih menimang Jihyun. Baekhyun oppa menciumi leherku dan menenggelamkan kepalanya disana. Aku merasakan penyesalah yang besar dari seseorang yang biasanya terlihat kuat, tegar, bahkan kasar. Dan aku baru menyadari sesuatu, akhirnya Baekhyun oppa mau berlapang dada dengan tulus meminta maaf kepadaku atas kesalahannya
.
“Op-oppa… jankanman. Kenapa... Jihyun begini?” Tanyaku gugup melihat Jihyun yang seakan ingin menangis namun tertahan
“Wae?”
“Jihyun… aku rasa ini benar-benar tidak beres oppa. Kenapa Jihyun tidak menangis? Dan... bibirnya biru”
“Berikan padaku”
.
Baekhyun oppa mengambil alih Jihyun yang semakin gelisah. Jihyun hanya mengeluarkan sedikit suara yang tertahan, tidak lepas seperti tangisan kemarin yang bahkan terdengar sangat kencang. Baekhyun oppa seperti sedang memeriksa tubuh Jihyun. Namun tiba-tiba dia membuka baju Jihyun dengan paksa dan wajahnya pun terlihat panik
.
“Wa-waeyo oppa? Apa benar-benar ada masalah?” Tanyaku yang ikut panik
“Kita bawa Jihyun ke rumah sakit sekarang”
“Rumah sakit? Tapi…”
“CEPAT JIHYE!”
“N-ne oppa”
.
Baekhyun oppa memberikan Jihyun kepadaku dan kami pun berlari menuju mobil. Baekhyun oppa mengendarai mobilnya dengan sangat kencang dan karena ini masih pagi hari jadi jalanan masih cukup lengang. Aku tidak tahu apa yang terjadi yang pasti saat ini aku sedang menggendong Jihyun dengan erat dan tanpa terasa air mataku menetes walau aku tidak tahu apa alasannya
.
Sesampainya di rumah sakit, Baekhyun oppa segera berlari menemui perawat dan dokter jaga yang bertugas di IGD pagi itu. Lantas dia memberikan Jihyun dari gendonganku dan mengisi beberapa dokumen yang lagi-lagi aku tidak tahu apa. Setelah itu Baekhyun oppa memaksa masuk ke IGD dan meninggalkanku sendirian menunggu di ruang tunggu tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi
.
Ya Tuhan, ada apa dengan anakku? Ada apa dengan malaikat kecilku yang bahkan belum genap seminggu menghirup udara bebas di dunia ini? Jika kau ingin mengambil nyawanya, tolong tukar dengan nyawaku Tuhan
.
Aku masih menangis namun aku tetap berdo’a dalam hati. Sampai akhirnya Baekhyun oppa keluar dari IGD dengan wajah pucat dan tubuh yang tampak lunglai
.
“Oppa? Ada apa? Jihyun tidak kenapa-kenapa kan? Kenapa oppa tinggalkan Jihyun di IGD? Bawa Jihyun keluar oppa. Dia masih bayi, jangan oppa biarkan disana terlalu lama. Nanti kalau dia tertular penyakit orang lain bagaimana?” Ucapku cerewet
“Mianhae Jihye-ya. Mianhae” Balasnya sangat lirih dan langsung memelukku
.
Dan ada apa ini? Baekhyun oppa menangis? Benar, pundakku terasa basah. Itu artinya Baekhyun oppa menangis
.
“Ada apa dengan Jihyun? Katakan padaku oppa!” Pekikku yang berusaha melepas pelukan Baekhyun oppa
.
“Dokter Byun! Kita harus cepat mengambil tindakan untuk menangani anak anda sebelum terlambat. Kelainan jantungnya sudah terdeteksi positif. Dokter Kim Minseok sudah memberi catatan sejak awal kan? Saya akan menghubungi dokter spesialis anak dan spesialis bedah jantung” Ucap salah seorang dokter jaga secara tiba-tiba dan hal itu sukses membuat mataku terbelalak
“Yak! Jangan berkata seperti itu di depan istriku!” Ucap Baekhyun oppa geram
“Kelainan… jantung?” Tanyaku dengan suara gemetar
“Jihye-ya, tenanglah dulu…”
“Jihyun… anakku” Bruk…
“Jihye! Sadarlah!”
.
Aku membuka mataku dan ternyata kepalaku terasai sangat sakit. Aku menyipitkan pandanganku dan mencoba menelaah dimana aku saat ini. Aku tertidur di sebuah brankar dan sepertinya aku berada di IGD. Ah, aku baru ingat aku baru saja pingsan. Tapi… Aku tidak boleh seperti ini, aku harus segera mencari tahu keadaan anakku. Aku harus bangun dan membantu Baekhyun oppa bagaimanapun caranya
.
“Maaf nyonya Byun, biar saya cek tekanan darah nyonya dulu sebelum nyonya pergi” Ucap salah seorang perawat yang sudah kukenal
“Gwenchana, nan gwenchana. Dimana suamiku?”
“Dokter Byun di luar bersama ibu mertua anda”
“Eomoni kesini?”
“Silahkan anda temui mereka”
.
Aku membuka pintu dan mencari keberadaan suami dan ibu mertuaku. Aku melihat mereka berada di ujung lorong. Aku melangkahkan kakiku perlahan karena aku khawatir mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius
.
“Kenapa susah sekali eomma? Aku ingin berubah. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tanggaku dengan baik. Kenapa sangat susah eomma?” Suara Baekhyun oppa terdengar gemetar
“Kau pasti bisa melakukannya sayang” Eomoni menenangkan Baekhyun oppa dengan mengusap punggungnya
“Kenapa harus Jihyun? Kenapa harus anakku yang bahkan masih 7 hari bertatap muka denganku? Dia terlalu kecil untuk menerima cobaan seberat ini. Kenapa harus anakku yang harus menanggung karma atas perbuatanku? Aku yang salah. Aku yang berdosa. Aku yang membuat Jihye menderita. Tapi kenapa Jihyun yang menanggung semuanya?”
“Tuhan ingin kau merawat Jihyun dengan sepenuh hati bersama dengan Jihye. Tuhan juga ingin kau menjaga Jihye agar dia tetap bisa membantumu dan berada di sisimu. Kalian harus kuat, harus saling membantu. Berprasangka baiklah kepada Tuhan sayang”
.
“Tapi kasihan Jihye. Sejak kami menikah, dia tidak pernah bahagia. Aku selalu menyiksanya baik lahir maupun batin. Aku selalu menyusahkannya. Bahkan sampai dia hamil pun dia masih menderita. Kehamilan yang dia jalani sangat berat eomma. Dan itu semua karena aku. Tapi kenapa sampai anak kami lahir pun Jihye juga harus menderita?”
“Biarkan saja yang sudah berlalu. Yang pasti kalian harus menjadikan kejadian itu sebagai pelajaran. Dan yang pasti kau harus meminta maaf kepada istrimu.  Dia sudah bertaruh nyawa demi anakmu. Sekarang giliranmu membantu anakmu untuk tetap bertahan”
“Aku terlalu malu eomma. Kesalahanku tidak pantas dimaafkan oleh Jihye”
“Jihye itu anak yang baik. Dia pasti memaafkanmu. Asalkan kau juga harus tetap seperti ini. Jangan kembali seperti Baekhyun yang dulu”
“Aku akan mencobanya”
.
“Sekarang temui Jihye. Dia pasti tertekan sampai-sampai pingsan seperti itu. Kuatkan dia. Bagaimanapun dia jauh lebih muda darimu sehingga emosinya pasti lebih labil. Kau harus membimbingnya. Tugas seorang suami adalah membimbing istrinya agar lebih baik dan lebih mengerti tentang kehidupan”
“Itu juga yang tidak kulakukan selama ini eomma. Aku selalu menyalahkan dia kalau dia tidak tahu akan sesuatu atau melakukan kesalahan. Aku selalu marah dan menyalahkannya. Bahkan menyiksanya”
“Mulailah sejak sekarang. Bimbing istrimu. Ajak dia hidup bahagia bersamamu”
“Ne eomma”
.
Aku duduk di kursi tunggu di balik dinding sambil mendengar pembicaraan mereka. Aku kembali menangis. Aku beruntung memiliki mertua yang sangat menyayangiku. Aku bersyukur Baekhyun oppa mau berubah dan aku juga harus berbenah diri. Aku harus berkaca pada diriku sendiri karena bagaimanapun semua ini bukan hanya kesalahan Baekhyun oppa. Ini juga kesalahanku. Aku masih labil, aku tidak mau belajar, aku seenaknya sendiri dalam melakukan sesuatu. Aku berdosa pada suamiku sendiri yang bekerja membanting tulang untuk keluargaku
.
“Jihye-ya? Kau sudah sadar?” Tanya Baekhyun oppa yang mendapati duduk termenung di kursi itu
“Oppa?”
“Kalian bicara dulu ne, biar eomma yang menunggui Jihyun di kamar. Nanti kalian susul eomma” Sela eomoni
“Jihyun? Dimana Jihyun? Bagaimana keadaan Jihyun, oppa?” Tanyaku tiba-tiba panik
“Tenanglah. Jihyun sudah dipindah ke kamar rawat. Keadaannya sudah stabil. Nanti aku bersama dokter yang lain akan mengusahakan yang terbaik untuk anak kita. Kau tenang saja”
“Ya Tuhan, syukurlah”
.
Aku lega mendengarnya. Selagi eomoni menemani Jihyun, aku dan Baekhyun oppa mulai saling berbicara walau aku sudah tahu apa yang ada di pikiran suamiku ini
.
“Apa kau mendengar pembicaraanku dengan eomma?”
“…” Aku mengangguk
“Apa kau mau memaafkanku? Aku terlalu jahat kepadamu Jihye”
“Aku juga salah oppa. Aku tidak mau belajar, aku masih mengutamakan egoku sendiri. Aku lupa bahwa aku sudah bukan anak remaja yang bebas melakukan apapun. Harusnya aku sadar bahwa aku adalah seorang istri”
.
Lalu Baekhyun oppa yang awalnya duduk di sampingku kini berlutut di hadapanku sambil menggenggam kedua tanganku
.
“Aku meminta maaf kepadamu tulus dari lubuk hatiku. Izinkan aku membimbingmu. Izinkan aku menemanimu merawat Jihyun. Izinkan aku menebus kesalahan yang kubuat selama ini Jihye. Aku minta maaf” Baekhyun oppa menelungkupkan wajahnya sambil menciumi tanganku
“Aku sudah memaafkan oppa. Aku juga minta maaf oppa”
“Aku juga sudah memaafkanmu. Jangan menangis lagi, jebal. Aku baru sadar aku tidak tahan melihatmu menangis, apalagi saat kau mengatakan “sakit” kepadaku. Tolong jangan katakan itu lagi” Ucapnya sambil mengangkat wajahnya dan melihatku dengan tatapannya yang kali ini sendu
.
.
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang