Aku menahan rasa sakit yang luar biasa ini selama perjalanan. Aku bingung harus bagaimana. Aku menggigiti bibirku sendiri dan tanganku sibuk mencari pegangan atau sesuatu yang bisa kugenggam erat untuk melampiaskan rasa sakitku
.
Tangan kiriku berpegangan pada pegangan pintu, sedangkan tangan kananku kukepalkan dan sesekali kugigit bahkan aku mengusap kasar wajahku sendiri. Aku tidak mampu mengenakan seatbelt karena tubuhku menggeliat tanpa bisa kukendalikan. Aku berteriak sesekali dan tentu saja aku masih menangis
.
“Sabar” Ucap Baekhyun oppa yang tiba-tiba mengambil tangan kananku dan menggenggamnya
“Sakit oppa” Erangku
“Remas tanganku, jangan gigiti tangan dan bibirmu. Lakukan pada tubuhku saja”
.
Baekhyun oppa menggenggam tanganku dan sedikit mengusapnya dengan lembut. Namun dengan cepat kini aku yang menggenggam tangannya dan sepertinya aku mencengkeram tangannya. Aku benar-benar tidak bisa mengontrol tubuhku sendiri karena rasa sakit yang baru pertama kali kurasakan ini
.
Sesampainya di rumah sakit, aku segera dibawa menuju ruangan menggunakan brankar diikuti oleh Baekhyun oppa yang masih menggenggam tanganku. Selagi menunggu Minseok oppa, beberapa bidan dan perawat membantu menenangkanku dengan menyuruhku mengatur nafas dan fokusku agar aku tidak terfokus dengan rasa sakitku
.
Sebenarnya sedikit banyak aku sudah menyiapkan mentalku untuk kelahiran ini. Namun saat ini adalah saat yang tidak terduga. Bagaimana tidak? Setelah aku melihat Chanyeol oppa mencumbu Soobin di depan mataku tiba-tiba aku harus melahirkan saat ini juga. Antara marah, bingung, sedih, takut dan khawatir bercampur menjadi satu saat ini. Aku senang karena anakku akan lahir, namun entah mungkin karena suasana hatiku sedang tidak baik sehingga aku merasa lebih malang
.
“Dokter Byun, kalau istri anda terus menangis dan berteriak, bisa-bisa tenaganya habis” Lirih kudengar suara salah seorang bidan yang berbicara dengan suamiku
.
Baekhyun oppa hanya melirikku dengan tatapan sendunya namun tetap tajam. Aku tidak bisa membaca apa yang sedang ada di pikirannya saat ini
.
“Tolong bantu istri anda. Istri anda sedang berjuang, anda berkewajiban untuk membantunya Dokter. Saya akan segera menghubungi Dokter Kim dan jika ruang operasi sudah siap, saya akan segera memberitahu anda. Saya mohon anda bisa menenangkan istri anda, saya permisi” Lanjut bidan itu lalu pergi meninggalkan kami berdua di ruang rawat
.
Tiba-tiba Baekhyun oppa mencium bibirku dan sontak membuatku memandang ke arah mata tajamnya itu
.
“Mianhae” Ucapnya setelah menciumku
“Wae?”
“Molla”
“Tolong aku oppa”
“Minseok hyung pasti menanganimu dengan baik”
“Aku takut. Apa oppa… ikut masuk?”
“Hm, aku akan menemanimu”
“Apa nanti… akh…”
“Sakit lagi?”
“N-ne…”
“Tarik nafas, sabar. Pikirkan bahwa kita akan segera bertemu dengan Jihyun. Ne?”
“Hm”
.
Baekhyun oppa kembali menciumku namun jauh lebih lama seakan Baekhyun oppa memberikan energinya untukku dan dia membiarkan aku membagi rasa sakitku melalui tubuhnya yang semakin ku cengkeram kasar. Dia juga menyempatkan mencium perutku yang sangat membuncit ini
.
Setelah beberapa saat, ruang operasi beserta tenaga medisnya telah siap untuk membantu proses operasi caesarku. Aku segera dibawa menuju ruang operasi bersama dengan Baekhyun oppa
.
Syukurlah saat aku diberi anastesi, rasa sakitku sangat berkurang dan kini aku tidak bisa merasakan separuh tubuhku yang berada di balik penutup berwarna hijau di depanku
.
“Kalian tadi berada di mana? Kenapa tiba-tiba kontraksi sekuat ini bahkan sampai membuat Jihye melahirkan 2 minggu lebih cepat?” Tanya Minseok oppa yang belum memulai proses operasinya
“Kami sedang berbelanja di pusat perbelanjaan. Dan entahlah Dokter, semua berlangsung sangat cepat” Jawab Baekhyun oppa yang memang selalu memanggil teman sejawatnya dengan panggilan profesinya jika di tempat kerja
.
“Geurae, gwenchana. Jihye-ssi, tenangkan dirimu ne. Semua akan baik-baik saja. Janinmu sehat, kau juga sehat. Jadi kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita bisa mulai kan?” Tanya Minseok oppa
“Ne Dokter” Jawabku
.
Selama proses operasi, Baekhyun oppa beradai di sebelahku dan terus mengusap kepalaku. Aku hanya memandanginya sedangkan dia sendiri melihat proses perutku yang sedang di bedah oleh Minseok oppa. Namun tiba-tiba dia mengembalikan pandangannya kepadaku sehingga dia tahu aku memandanginya sejak tadi
.
“Waeyo? Apa terasa sakit?” Tanyanya dengan lirih
“Tidak" Jawabku singkat
“Lalu?”
“Gomawo”
“Untuk apa?”
“Aku suka kalau oppa mengusap kepalaku seperti ini”
“Kau suka? Jinjja?”
“Hm, aku ingin oppa sering melakukannya. Bukan hanya di saat seperti ini saja”
“Geurae, akan kucoba”
“Apa anak kita belum lahir?”
“Sabar, Dokter Kim sedang berusaha”
.
“Kau melakukannya dengan sangat baik Jihye-ssi” Sela Minseok oppa yang sama sekali tidak bisa kulihat wajahnya
“Kamsahamnida Dokter”
“Oke… Ini dia putri kecil kalian”
“Saya mau lihat Dokter!” Pekikku membuat semua orang disana tertawa
“Hahaha… Sabar sebentar ne”
.
“Tapi… kenapa dia tidak menangis?” Tanya Baekhyun oppa yang melihat sesuatu dari balik penutup itu dan aku tahu sorot matanya menunjukkan kekhawatiran
“Sebentar” Jawab Minseok oppa
“Op-pa? Ada apa? Kenapa oppa khawatir?” Tanyaku
“Gwe-gwenchana Jihye-ya. Sebentar… ne” Jawab Baekhyun oppa yang sepertinya membohongi perasaannya sendiri
“Anak kita kenapa? Kenapa dia tidak menangis? Oppa, katakan sesuatu” Ucapku
.
Baekhyun oppa tidak menggubris rengekanku dan pandangan matanya terus fokus pada Minseok oppa dan beberapa perawat
.
“Hyung… Jebal” Ucap Baekhyun oppa lirih namun masih terdengar olehku. Dan kalau Baekhyun oppa memanggil Minseok oppa tanpa panggilan “Dokter”, itu tandanya dia sedang memohon sebagai teman
“Tenang Baekhyun-ah”
.
Setelah beberapa saat, akhirnya aku mendengar suara tangis anakku, namun tangisannya tidak begitu kencang. Salah satu perawat memberikan Jihyun kepadaku dan Baekhyun oppa. Tubuhnya berwarna merah muda. Jihyun seakan menahan tangisnya dan itu membuatku semakin khawatir
.
“Oppa? Apa Jihyun baik-baik saja?” Tanyaku
“Dia sudah menangis, itu artinya dia sudah bisa bernafas dengan baik”
“Tapi kenapa tubuhnya tidak begitu merah?”
“Setiap bayi memiliki respon yang berbeda-beda. Tenanglah, Minseok hyung, bidan dan perawat akan menjaganya dengan baik. Arraseo?”
“Ne”
“Aku akan keluar sekarang, Minseok hyung akan menyelesaikan tugasnya. Kutunggu di kamar rawat ne” Baekhyun oppa mengcup keningku lalu pergi
.
Setelah semuanya selesai, aku dibawa kembali ke kamar namun tubuhku terasa sangat lemas dan kaku di saat yang bersamaan. Aku memutuskan untuk memejamkan mataku untuk beristirahat sebentar
.
Entah berapa lama aku tertidur karena saat aku membuka mataku, sudah ada appa, eomoni dan abeoji di dalam kamar rawatku
.
“Kau sudah bangun nak?” Tanya appaku
“Appa disini? Eomoni dan abeoji juga? Kalian naik apa kesini? Tidak ada pekerjaan kah?”
“Jangan mengkhawatirkan kami sayang. Bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya eomoni
“Emmm… terasa perih di bekas jahitan saya eomoni”
“Itu wajar karena efek obat biusmu sudah habis. Sabar ne”
.
“Ne eomoni. Ngomong-ngomong, dimana Baekhyun oppa?”
“Baekhyun sedang di ruang anak melihat anak kalian” Sela abeoji
“Kenapa Jihyun tidak segera dibawa kesini? Saya ingin melihat anak saya. Tolong panggilkan Baekhyun oppa abeoji” Rengekku
.
“Jihyun? Kau menamai anak kalian dengan nama Jihyun? Nama yang indah nak” Ucap appaku
“Ne, itu gabungan dari nama kami, Byun Jihyun”
“Wah kami senang mendengarnya”
“Aku ingin melihat anakku appa. Dimana dia? Tolong panggilkan Baekhyun oppa, jebal”
“Sabar, mungkin Baekhyun sedang membawanya kemari. Tunggu saja ne”
.
Aku mengkhawatirkan kondisi Jihyun karena kejadian tadi. Baekhyun oppa tadi terlihat panik, bahkan dia tidak berani menatap mataku. Dia sama sekali tidak percaya diri untuk menusuk mataku dengan tatapan tajamnya seperti sebelumnya. Aku takut aku tidak mengetahui sesuatu yang sebenarnya terjadi
.
Namun kekhawatiranku memudar ketika Baekhyun oppa datang bersama perawat yang membawa box bayi yang tentu saja ada Jihyun di dalamnya
.
“OPPA! BAGAIMANA KEADAAN JIHYUN?!” Pekikku tidak sabar
“Astaga, tenanglah Jihye. Bisa-bisanya kau ini berteriak seperti itu padahal kau baru sadar dan baru selesai operasi. Hehehe…” Canda appaku
“Jihyun tidak apa-apa kan oppa? Dia sehat kan?” Aku tidak memperdulikan ucapan appa dan masih fokus kepada Baekhyun oppa yang berusaha menggendong Jihyun
.
“Bukan begitu cara menggendongnya sayang, sini eomma betulkan” Ucap eomoni yang langsung membetulkan posisi Jihyun yang sedang digendong oleh Baekhyun oppa
“Begini?” Tanya Baekhyun oppa
“Ne, seperti itu. Ayo minta maaf kepada anakmu. Pasti tadi tangannya sakit karena kau salah memposisikan gendonganmu”
“Minta maaf?”
“Kau sudah menyakiti anakmu, itu artinya kau harus minta maaf Baekhyun”
“Ne, mianhae Jihyun-ah, appa masih belum tahu bagaimana cara menggendongmu. Kau tidak apa-apa kan? Mianhae ne. Kau mau bertemu eomma?” Ucap Baekhyun oppa kepada Jihyun yang masih memejamkan matanya
.
Appa membantu merubah posisi tempat tidurku agar aku bisa duduk. Namun karena jahitan di perutku masih terasa sangat sakit sehingga aku hanya bisa setengah duduk saja. Baekhyun oppa memberikan Jihyun kepadaku dan masih dibantu oleh eomoni. Dengan bantuan eomoni pula aku mulai menyusui Jihyun. Syukurlah ASI ku keluar walau belum cukup banyak namun Jihyun mau meminumnya walau memejamkan matanya
.
“Kau hebat Jihye-ya” Ucap eomoni sambil mencium keningku
“Kamsahamnida eomma… Eh, eomoni”
“Kau rindu eommamu?”
“N-ne… eomoni”
“Panggil aku eomma. Aku juga eommamu, aku tidak akan bisa menggantikan posisi eommamu, tapi aku akan berusaha menjadi eomma yang kau butuhkan. Arraseo?”
.
“Ne eomma” Air mataku menetes tanpa kusadari. Mungkin karena perubahan mood juga sehingga aku bisa menangis secepat ini
.
Baekhyun oppa tidak mengatakan sepatah katapun sampai appa, eomoni dan abeoji pulang bahkan sampai Jihyun kembali tertidur dan sudah tidak meminum ASI lagi
.
“Oppa gwenchana? Oppa lelah ya?” Tanyaku
“Ani”
“Lalu kenapa oppa diam saja?”
“Molla”
“Apa oppa tidak mau berbagi denganku? Sejak tadi hanya itu yang oppa ucapkan”
“Aku juga tidak tahu harus bagaimana Jihye”
“Kemarilah” Ucapku merentangkan kedua tanganku dan menyuruh Baekhyun oppa mendekatiku
“Wae?” Tanyanya dingin namun Baekhyun oppa masih tidak mau menatap mataku
“Aku ingin dipeluk” Ucapanku ini berhasil membuat Baekhyun oppa terperanjat dan mengangkat kepalanya
.
“Peluk aku. Aku masih kesakitan jadi aku tidak bisa mendekati oppa”
“Ada apa denganmu Jihye-ya” Ucap Baekhyun oppa dengan senyum remehnya namun dia mau memelukku yang masih di posisi setengah duduk ini
.
Tok tok tok…
“Ne?” Teriak Baekhyun oppa
“Tolong bukakan pintunya oppa. Mungkin ada yang mau berkunjung”
“Jankanman” Baekhyun oppa berjalan menuju pintu kamar dan membukanya
“Chanyeol… oppa?”
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie #wattys2019
FanfictionAku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya mencari ketenangan. Apa itu cinta? Bagaimana rasanya rindu? Apakah itu yang dinamakan cemburu? Lalu...