Part 22

319 26 3
                                    

Baekhyun oppa tidur di pangkuanku sedangkan tanganku memijat punggungnya yang bisa kuraih. Dia mengusap-usap perutku. Tapi mungkin anak kami sedang istirahat jadi dia tidak merespon seperti biasanya. Aku memiringkan kepalaku dan melihat apakah Baekhyun oppa benar-benar sudah tidur atau belum. Dia menutup mata namun tangannya masih mengusap perutku, itu artinya dia belum tidur kan
.
“Oppa sangat lelah ya?” Tanyaku
“Hm” Baekhyun oppa hanya bergumam karena sepertinya dia sudah mengantuk
“Tadi operasinya lama ya?”
“Hm”
“Tapi oppa belum makan. Kalau oppa sakit bagaimana?”
“Tidak akan”
“Anakmu pasti sedih kalau appanya sakit”
“Appa…”
“Ne?”
“Sebentar lagi aku akan dipanggil appa?”
“Tentu saja. Oppa akan dipanggil appa oleh putri kecil kita”
“Apa aku pantas?” Baekhyun oppa merubah posisinya menjadi telentang dan menatap mataku dari bawah
“Kenapa tidak pantas?”
“Aku lelaki brengsek”
“Aku juga wanita bodoh”
“Tapi kenapa Tuhan mempercayakan seorang putri kecil untuk kita?”
“Mungkin Tuhan ingin kita bisa jadi lebih baik”
.
Baekhyun oppa masih memandangiku sangat lekat. Seakan dia masuk dan menyelami diriku sejauh yang dia bisa. Lama-lama aku mulai merasa aneh dan risih. Spontan aku menutup matanya dengan telapak tanganku secara halus agar Baekhyun oppa tidak terus memandangiku dengan lirikan tajamnya itu
.
“Kenapa melihatku seperti itu?” Tanyaku sambil masih menutp mata suamiku
“Biasanya juga begitu”
“Aku takut”
“Tapi kau selalu mengerti maksudku setiap aku melirik dan memandangimu”
“Jinjja?”
“Bagaimana caramu mengerti maksud dan kemauanku?”
“Molla… Aku hanya menuruti firasatku”
.
Baekhyun oppa memegang tanganku dan disingkarkannya dari wajahnya perlahan. Ia bangun dan duduk di hadapanku sekarang
.
“Masih takut denganku?”
“Sedikit”
“Apa yang kau takuti sekarang?”
“Kalau oppa marah, kalau oppa sakit, dan kalau oppa… meninggalkanku”
“Mianhae”
“Ne”
“Ajak aku bicara, sebisa mungkin. Aku ingin mengenalmu”
“Oppa sudah mengenalku kan? Aku yang belum mengenal oppa”
“Belum, selama ini aku hanya menghindar dan sok tahu saja”
“Kalau begitu, mulai sekarang kita kenalan?”
“Hm, kita saling mengenal dulu dari awal. Pendekatan seperti orang-orang yang mau berpacaran, otte?”
“Hh… lucu ya”
“Mau bagaimana lagi. Aku tidak tahu harus memulai darimana”
“Ne, aku mau”
“Gurae. Aku tidur dulu”
“Ne, jaljayo oppa”
.
Baekhyun oppa kembali ke tempatnya untuk tidur dengan posisi yang lebih nyaman. Aku tersenyum sendiri karena Baekhyun oppa mau berbicara selembut dan selama itu denganku. Rasanya sangat nyaman, indah dan menenangkan. Aku pun merebahkan tubuhku bersiap untuk tidur
.
“Gomawo” Ucap Baekhyun oppa lirih dari balik tubuhku padahal kupikir dia sudah tidur
“Ne oppa”
.
Kebahagiaanku bertambah. Hanya mendapatkan kata terima kasih dari suamiku saja sudah sangat menyenangkan. Aku merasa dihargai sebagai seorang istri. Walau hanya dengan kata terima kasih, itu sudah cukup. Saat ini aku hanya ingin melihat senyum manisnya, senyum yang menghiasi wajahnya ketika kami sedang berakting di depan kolega-kolega Baekhyun oppa. Sungguh, senyum dari bibir tipisnya itu tidak bisa kulupakan
.
Keesokan harinya, aku bangun lebih siang karena semalam aku susah tidur. Aku baru bisa tidur dengan nyenyak pukul 2 pagi. Jadi hari ini aku terlambat membuat sarapan untuk Baekhyun oppa
.
Aku meregangkan tubuhku dan melihat di sebelahku, ternyata Baekhyun oppa sudah tidak ada. Aku panik, apakah Baekhyun oppa sudah berangkat? Astaga dia pasti sangat marah karena aku enak-enakan tidur
.
Aku bergegas bangun sampai-sampai aku lupa bahwa perutku membuncit. Kepalaku langsung sakit dan sedikit nyeri pada perutku karena aku terburu-buru mendudukkan tubuhku. Aku berlari keluar kamar dan ternyata Baekhyun oppa sedang meminum susu yang selalu kusediakan di kulkas
.
“Oppa sudah mau berangkat? Kenapa pagi sekali? Aku belum…”
“Ada pasien gawat. Aku harus segera berangkat” Ucapnya terburu-buru sampai dia tidak memperhatikanku dan langsung berlari menuju mobilnya
“OPPA MAAFKAN AKU!” Teriakku karena sudah tidak mampu mengejarnya
.
Kenapa Baekhyun oppa tidak membangunkanku? Semalam Baekhyun oppa tidak makan malam. Dan pagi ini dia hanya sarapan segelas susu. Apa Baekhyun oppa sudah tidak mau memakan masakanku lagi? Bukannya kemarin dia sendiri yang minta dibuatkan samgyetang? Tapi kenapa jadi seperti ini? Atau jangan-jangan Baekhyun oppa mau bertemu dengan Soobin? Mungkin hanya alasan saja ada pasien gawat padahal dia diam-diam mau bertemu dengan Soobin. Aku harus mengikutinya. Aku tidak mau dibodohi lagi
.
Aku menyantap sarapanku dengan perasaan yang campur aduk. Kecewa, sedih dan curiga bercampur menjadi satu. Beberapa kali aku menggeser layar ponselku. Membuka dan menutup list kontak yang ada disana. Setelah aku meminum air putih, dengan sigap aku mengambil ponselku dan langsung menelfon Chanyeol oppa
.
(Telfon)
“Yeoboseyo? Oppa ada dimana? Bisa temani aku?”
“Aigoo… ada apa ini? Pelan-pelan Jihye. Ada apa?”
“Oppa sibuk tidak? Aku ingin minta tolong antarkan aku ke suatu tempat”
“Sepertinya hari ini aku lumayan longgar. Mau kemana? Belanja?”
“Ani. Nanti saja aku beritahu. Ini penting, aku butuh bantuan oppa”
“Gwenchana? Kau dimana sekarang? Kau tidak sakit kan?”
“Aku di rumah. Cepat jemput aku!”
“Ne ne. Aku kesana sekarang”
-----
.
Akhir-akhir ini aku mudah curiga kepada Baekhyun oppa. Entah mengapa wajah Soobin yang sok cantik itu menghiasi pikiranku. Rambut lurus dan panjang, tubuh sexy, kulit putih mulus, memang terlihat lebih sempurna dibandingkan denganku. Tapi apapun itu, Baekhyun oppa itu milikku, bukan milik Soobin
.
Mobil Chanyeol oppa sepertinya sudah sampai. Aku yang berada di meja makan perlahan mulai mendekati pintu namun ternyata Chanyeol oppa sudah lebih dulu sampai di depan pintu dan mengetuk pintu dengan kencang. Aku pun membukanya dengan nada kesal karena Chanyeol oppa mengetuk berkali-kali tanpa henti sambil berteriak pula
.
“JIHYE-YA! JIHYE! BUKA PINTUNYA!”
Cklek…
“Aish, pelan-pelan bisa kan?”
“Gwenchana? Kau sakit? Kau tidak mengabari suamimu? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Kajja”
“Siapa yang sakit sih? Aku tidak sakit!”
“Lalu kenapa kau memaksaku menjemputmu? Kita mau kemana?”
“Masuklah dulu”
.
Aku berjalan lebih dulu ke ruang tamu diikuti oleh Chanyeol oppa dengan wajah panik nan polosnya itu. Dia pun duduk dan menyondongkan tubuhnya seperti hendak menginterogasiku
.
“Sebenarnya ada apa Jihye?”
“Aku ingin mengikuti Baekhyun oppa”
“Mwo? Maksudmu?”
“Kemarin dia memintaku untuk memasak samgyetang. Tapi dia malah pulang larut dan tidak makan malam. Lalu pagi ini dia berangkat pagi buta sampai tidak membangunkanku dan hanya meminum susu. Apa dia tidak ingin makan makanan yang kumasak? Jangan-jangan dia ingin bertemu dengan Soobin. Aku ingin mengikuti Baekhyun oppa sekarang”
“Astaga Jihye….. Aku pikir ada apa. Ya ampun kau berhasil membuat jantungku terasa mau lepas mendengarmu panik seperti tadi di telfon. Ternyata kau hanya berprasangka. Huft”
“Tapi aneh kan Baekhyun oppa seperti itu. Seperti ada yang disembunyikan”
“Hh… Jihye-ya. Suamimu itu dokter. Dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit pusat. Tentu saja pekerjaan dan tanggung jawabnya begitu besar untuk menolong nyawa orang lain. Memangnya dia tidak bilang alasan tadi malam pulang larut dan tadi pagi berangkat cepat?”
“Tadi malam dia bilang menemani operasi jantung. Tadi pagi dia bilang ada pasien gawat”
“Nah. Dia sudah bilang kan? Dan memang itu adalah pekerjaannya”
“Iya tapi dia sampai tidak mau makan makanan dariku”
“Astaga. Sepertinya hormon kehamilanmu merubah mood dan sifatmu jadi seperti ini ya? Hahaha…”
“Kok malah ketawa sih? Aku serius!”
“Hahaha…”
.
Chanyeol oppa malah tertawa terbahak-bahak sampai memukul apapun yang ada di sekitarnya. Itu adalah kebiasaannya kalau dia tertawa lepas. Tapi untung saja dia bisa menahan diri agar tidak memukulku
.
“Hahaha… Mian mian. Jihye-ya. Tarik nafas. Jangan berpikran buruk tentang suamimu. Dia bekerja keras Jihye. Tapi kau malah begini. Hahaha…”
“Tapi ada kemungkinan begitu kan?”
“Percayalah pada suamimu”
.
Chanyeol oppa yang tadinya tertawa kini hanya tersenyum dan diam. Dia melihat tepat dimataku. Tatapan matanya sendu dan penuh kepasrahan. Jantungku berdegup kencang. Aku tahu Chanyeol oppa masih menyimpan rasa kepadaku. Buktinya mendengar aku panik saja dia langsung mau menghampiriku tanpa tahu alasannya
.
Perlahan tangan Chanyeol oppa merapikan anak rambut yang menggantung di keningku. Kami berdua tetap saling memandang, entah pikiran kami melayang kemana
.
“Ah, mian. Aku tidak sengaja” Tiba-tiba Chanyeol oppa terhentak dan dengan cepat menarik tangannya yang hendak menyentuh rambutku
“Gwenchana” Jawabku malu-malu sambil merapikan rambutku sendiri
“Geurae… emmm… sudah tidak ada yang dikhawatirkan lagi kan? Aku… pulang ne” Chanyeol oppa tiba-tiba gugup dan suasana menjadi canggung
“Tidak disini saja?”
“Aku harus segera ke studio”
“Kata oppa hari ini longgar?”
“Tidak jadi. Aku sibuk. Aku pergi dulu ne. Annyeong” Ucapnya buru-buru sambil berdiri dan melangkah pergi
“Hati-hati oppa. Gomawo”
“Ne”
.
Aneh sekali sikap Chanyeol oppa hari ini. Ah tapi kalau begini aku tidak jadi menemui Baekhyun oppa dong? Kenapa aku ingin tahu sekali apa kegiatannya hari ini? Aku telfon saja lah. Tapi kalau dia marah bagaimana? Aku belum pernah menelfonnya saat dia sedang bekerja kecuali ada hal yang benar-benar mendesak
.
(Telfon)
“Yeoboseyo?”
“Mwo?”
“Emmm… oppa sedang apa?”
“Bekerja. Wae?”
“Pasien gawatnya… sudah selesai?”
“Wae?”
“Oppa sekarang dimana?”
“Di ruanganku. Ada apa sih? Kalau tidak ada apa-apa aku tutup telfonnya. Aku sibuk. Sebentar lagi ada pasien masuk”
“Tidak ada Soobin kan?”
“…”
“Oppa?”
“…”
“Oppa tidak sedang membohongiku kan? Oppa tidak akan selingkuh lagi kan? Oppa akan menepati janji oppa kan? Oppa tidak akan menghancurkan masa depan anak kita kan?”
“…”
.
.
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang