Part 15

301 22 5
                                    

Entah setan apa yang ada dalam tubuhku sehingga kalimat itu dengan santai meluncur dari bibirku dan tentu saja Chanyeol oppa yang sedang menyetir terkejut dan langsung menepikan mobilnya
.
“Mworago?”
“Aku tidak mau… anak ini” Setetes air mata kembali lolos dari mataku
“Jihye, lihat aku” Chanyeol oppa melepas seatbelt nya dan menarik kedua pundakku agar kami berhadapan
.
“Ini anakmu, darah dagingmu sendiri. Dia tidak bersalah Jihye”
“Tapi aku tidak mau memiliki anak dari Baekhyun oppa”
“Dia suamimu Jihye. Lagipula mau kau apakan nyawa yang tidak berdosa ini? Jangan seperti ini Jihye-ya. Pikiranmu masih kalut, lebih baik kita pulang dulu ne. Sudah jangan pikirkan hal apapun”
“Tapi aku takut dia semakin tidak peduli. Kalau dia tidak peduli denganku tak apa. Tapi bagaimana jika dia tidak peduli kepada anaknya? Aku tidak akan rela anakku diperlakukan seperti itu oleh appa kandungnya sendiri”
“Tidak akan. Aku yakin suamimu tidak akan melakukan hal seperti itu. Besok lebih baik kau kabari suamimu”
“SHIRO! TIDAK AKAN! Oppa… Sebelum semuanya terlambat, aku harus menggugurkan kandungan ini”
“MWO? JANGAN GILA KAU! Kau mau jadi pembunuh? Kau mau membunuh anak kandungmu sendiri? Kau akan selalu dikejar oleh dosa dan rasa takut Jihye. Itu tidak menyelesaikan masalah. Kandunganmu sudah berusia 4 bulan, itu artinya janinmu sudah besar. Tenangkan pikiranmu Jihye”
“Molla oppa. Aku bingung. Hiks…”
.
Chanyeol oppa merengkuhku dan membawanya ke dalam pelukannya. Tubuhnya yang tinggi tegap itu terasa hangat. Chanyeol oppa sering merelakan pundaknya untuk menjadi sandaranku ketika aku sedih. Namun pelukan ini, pelukan ini jauh lebih menenangkan. Aku mengatur nafasku dan akhirnya aku melepaskan pelukannya setelah beberapa saat kami berpelukan
.
“Mianhae”
“Kita pulang dulu. Kau perlu istirahat. Ne? Aku ingin kau sehat. Aku ingin kau tersenyum lagi” Chanyeol oppa mengusap pipiku dan menghapus air mataku dengan tersenyum manis membuatku lebih tenang
“Ne oppa”
.
Chanyeol oppa mampir ke sebuah kedai makanan yang terlihat cukup ramai. Dia membungkuskan makan malam untukku. Dia bilang makanan disini enak dan sehat. Chanyeol oppa memang tidak bisa memasak jadi sejak kemarin dia selalu membelikanku makanan dari luar. Saat aku sudah sembuh nanti aku harus memasak untuknya. Walau aku tidak begitu pandai memasak, tapi setidaknya masakanku masih bisa dirasakan daripada tidak sama sekali
.
Sesampainya di apartment, aku ingin membantu Chanyeol oppa menyiapkan makanan namun Chanyeol oppa melarangku dan menyuruhku duduk saja sambil menonton TV. Namun satu persatu mangkuk dan piring saji makanan itu dia bawa ke hadapanku, bukan dia tata di meja makan
.
“Loh, kok dibawa kesini?” Tanyaku bingung
“Kita makan disini saja ya, agar kau tidak kelelahan. Kalau kau mau makan di kamar juga tak apa”
“Aigoo, oppa, gwenchana. Kita makan di meja makan saja ne”
“Sudah terlanjur kubawa kesini. Kajja, kita makan. Mau aku suapi?”
“Aniya, aku bisa sendiri. Gomawo oppa” Aku tersenyum dan sangat merasa nyaman dengan segala perlakuan Chanyeol oppa
.
Ternyata rasa mual yang selama ini kurasakan adalah karena gejolak malaikat kecil yang sekarang ada di dalam rahimku ini. Demam, flu, dan segala gangguan kesehatan yang kualami selama ini adalah tanda-tanda bahwa aku sedang hamil. Memang perutku tidak sekecil dan seseksi wanita lain sehingga aku tidak menyadari bahwa perutku membuncit karena hamil
.
Aku tidak mampu makan begitu banyak, padahal sesungguhnya aku sangat lapar. Tanpa sadar aku mengusap perutku dengan tangan yang gemetar dan berbicara dalam hati untuk meminta izin pada anakku agar aku bisa makan lebih banyak
.
“Gwenchana? Apa perutmu sakit?” Panik Chanyeol oppa yang ternyata memperhatikanku
“Aniya, aku hanya ingin makan lebih banyak. Aku meminta izin kepada anakku”
.
Chanyeol oppa tersenyum tipis lalu dia meletakkan piring yang tadinya dia pegang. Dia mendekati tubuhku dan membungkukkan badannya lalu ikut mengusap perutku
.
“Anak baik, eomma juga perlu makan yang banyak. Eomma harus sehat agar kau juga lahir dengan sehat. Arraseo?” Ucap Chanyeol oppa yang membuat air mataku kembali menetes
.
“Wae geurae? Kenapa menangis lagi?” Tanyanya
“Aku takut”
“Takut apa?”
“Bagaimana kalau dia tidak sehat? Bagaimana kalau dia…”
“Geumanhae Jihye-ya. Kau tidak boleh berkata seperti itu. Semuanya belum terlambat. Bayimu pasti sehat. Mulai sekarang kau harus menjaga ucapanmu ne”
“Tapi beberapa bulan terakhir aku sangat tidak memperhatikan kesehatanku. Aku terlambat makan, tidak memperhatikan asupan giziku, aku sering sakit dan minum obat, bahkan aku masih aktif mengkonsumsi obat anti-depresan”
“Kalau begitu besok kita periksakan semuanya ne. Kita berdo’a agar tidak terjadi hal yang buruk”
“Shiro, aku takut”
“Sebelum semuanya terlambat Jihye. Percayalah padaku. Semuanya akan baik-baik saja. Kau hanya perlu mengikuti kata-kataku. Arraseo?” Chanyeol oppa menggenggam tanganku dan menatap mataku dengan tatapan teduhnya. Sedangkan aku sendiri masih takut menerima kenyataan jika saja ternyata nanti janin dalam kandunganku ini benar-benar tidak sehat
.
“Jihye?”
“N-ne…”
“Tersenyumlah” Chanyeol oppa menghapus air mataku dengan ibu jarinya
“Aku belum bisa”
“Lakukan untuk anakmu. Untuk malaikat kecil yang akan memanggilmu eomma, yang akan melakukan apapun hanya untukmu. Kau adalah wanita yang akan selalu dia cintai”
.
.
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang