Part 5

302 23 0
                                    

Setelah makan, tiba-tiba aku teringat bahwa kemarin Baekhyun oppa memarahiku karena cucian baju kami menumpuk. Sehingga aku yang awalnya ingin pergi bersama Chanyeol oppa terpaksa pulang dan menyelesaikan pekerjaan rumah itu
.
“Mianhae oppa” Ucapku tak enak kepada Chanyeol oppa yang kini sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumahku
“Gwenchana. Kalau kau butuh aku telfon saja”
“Aku ingin pergi bersamamu. Tapi kemarin Baekhyun oppa marah-marah”
“Dia benar, kalau terlalu banyak pakaian kotor nanti kalian pakai baju apa? Tapi di laundry saja kan bisa”
“Aku… tidak punya uang”
“Aigoo… Pakai uangku kan bisa. Ini…”
“Andwe! Nanti kalau Baekhyun oppa tahu bagaimana? Aku sengaja hanya diberi uang belanja untuk masak dan keperluan sehari-hari dengan jumlah terbatas. Baekhyun oppa tidak memperbolehkanku membeli makanan di luar ataupun me-laundry pakaian. Semuanya harus aku yang melakukannya”
.
“Hh… Jihye-ya” Chanyeol oppa menghembuskan nafas beratnya dan memegang kedua pundakku
“N-ne… oppa?”
“Tidak seharusnya dia sekeras itu kepadamu. Belum lagi tentang kekerasan yang sering kau dapatkan itu”
“Emm… aku yang salah. Aku tidak tahu caranya menjadi istri yang baik itu bagaimana. Mungkin Baekhyun oppa kecewa karena terpaksa mendapatkan istri bodoh sepertiku”
“Aniya Jihye-ya. Walau kalian menikah karena perjodohan, seharusnya kalian juga berkomunikasi yang baik. Memang Baekhyun adalah pemimpin keluarga, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya begitu kan?”
“Sudahlah oppa. Mungkin memang takdirku seperti ini. Aku tidak mau mengecewakan mendiang eomma. Eomma sangat menginginkan pernikahan ini dan untung saja aku bisa mewujudkannya sebelum beliau meninggal”
“Hh… Aku tidak bisa berkata apapun kalau kau sudah menyinggung tentang mendiang eommamu. Geurae, masuklah ke rumahmu”
“Gomawo oppa. Annyeong”
“Hm, annyeong”
.
Aku turun dari mobil Chanyeol oppa dan bergegas memasuki rumah untuk memulai kegiatanku yang memang tertunda selama beberapa hari
.
Sejujurnya sejak dahulu aku tidak pernah melakukan kegiatan seperti mencuci baju, menyetrika, mencuci piring, bersih-bersih rumah, apalagi memasak. Aku sibuk dengan teman-temanku, aku sibuk dengan sekolahku, dan aku sibuk dengan duniaku karena aku sangat menyukai kegiatan-kegiatan di luar rumah dan bersosialisasi dengan banyak orang
.
Saat memasuki dunia perkuliahan, aku semakin mengenal dunia luar dan bersemangat untuk melakukan hal-hal baru. Aku sudah membayangkan aku akan kuliah sampai jenjang yang tinggi dan bekerja sesuai apa yang kuinginkan
.
Tapi semua harapan itu pupus ketika eomma sakit di tahun terakhir perkuliahanku. Dokter momfonis usianya tidak lama lagi. Saat itulah eomma memaksaku untuk menikah dengan putra dari sahabatnya yang dia yakin bisa membawa kebahagiaan untukku. Aku belum mengenal sahabat dari eommaku itu, tapi eomma selalu meyakinkanku bahwa sahabatnya adalah keluarga yang baik dan pasti bisa memberikan kebahagiaan dan masa depan yang cerah untukku walau aku harus menikah muda dan tidak bekerja
.
Aku tidak mampu menolak. Perkenalanku dengan Baekhyun oppa hanya berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Itupun kami hanya berkenalan sewajarnya, bahkan mungkin seperti interview kerja karena terlalu kaku dan tidak saling terbuka
.
Kamipun menikah, baik keluargaku maupun keluarga Baekhyun oppa sangat bahagia. Keluarga Baekhyun oppa memperlakukanku dengan sangat baik. Hanya saja… Baekhyun oppa masih tetap dingin kepadaku, sampai sekarang usia pernikahan kami menginjak 2 tahun
.
Aku tahu, pasti Baekhyun oppa juga merasa terpaksa menjalani pernikahan ini. Tapi tidak bisakah dia bersikap baik sedikit saja kepadaku? Apa dia menyalahkan eommaku? Oh ayolah, eomma sudah pergi. eomma sudah bahagia di surga. Aku tidak mau membuatnya menangis karena disalahkan oleh menantunya dan menantunya berkelakuan tidak sesuai dengan apa yang eomma pikirkan
.
Aku kembali menangis. Aku yang saat ini sedang menyetrika baju terpaksa harus menghentikan kegiatanku karena aku takut baju Baekhyun oppa akan rusak jika aku tidak fokus
.
“Eeomma, apa menjadi istri itu benar seperti ini? Tapi kenapa aku selalu salah di mata suamiku sendiri? Aku terlalu malu untuk bertanya kepada eomma mertuaku. Aku takut eomma mertuaku menganggap aku bodoh dan menuduh eomma dan appa tidak bisa mendidikku dengan benar. Eomma pergi terlalu cepat. Aku belum siap eomma. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku melakukan apa yang aku pikirkan saja. Aku beruntung memiliki Chanyeol oppa yang bisa membuatku tersenyum lagi. Tapi aku juga ingin Baekhyun oppa membuatku tersenyum karena dia adalah suamiku. Hiks…”
.
Aku bergumam sendiri dan masih menangis. Aku tidak mampu melanjutkan kegiatanku dan aku hanya duduk di lantai meratapi nasibku
.
“Apa yang kau lakukan?” Tiba-tiba Baekhyun oppa menemuiku di ruang pakaian dan mendapatiku menangis sambil terduduk
“Baekhyun oppa? Mi-mianhae. Aku… Belum selesai…”
“Bodoh… Apa yang kau lakukan seharian ini? Dasar pemalas!” Baekhyun oppa mengambil kemejanya yang kebetulan sudah kusetrika dan langsung keluar meninggalkanku sendirian
.
“Eomma, aku takut kepada Baekhyun oppa. Hiks…”
.
.
Sejak siang sampai malam kemarin aku terus menangis. Baekhyun oppa mengetahuinya. Dia tahu aku menangis bahkan dia menghinaku dengan mengatakan bahwa aku malas. Tapi dia tidak sedikitpun berusaha menghiburku
.
Setelah Baekhyun pulang tadi malam, dia hanya langsung menuju meja kerjanya dan tidak memperdulikanku yang sedang duduk di tempat tidur kami dengan mata bengkak. Akhirnya aku tidur saja karena kepalaku sangat sakit
.
Hari ini, aku kembali menemani Chanyeol oppa. Tapi karena kejadian kemarin, aku lebih sering diam dan sejujurnya kepalaku masih pusing
.
“Kalau kau seperti ini lebih baik kau di rumah saja Jihye-ya” Ucap Chanyeol oppa yang tidak tega melihatku pucat
“Tidak, aku ikut oppa saja”
“Setidaknya kau bisa istirahat di rumah. Kalau kau ikut denganku kau bisa kelelahan”
“Aku bisa isitirahat di studiomu”
“Hh… Baiklah kalau begitu. Kita makan dulu ne. Kau bilang kau belum makan tadi. Kau membuatkan sarapan untuk suamimu tapi kenapa kau sendiri tidak makan?”
“Aku tidak lapar”
“Ya sudah sekarang sarapan bersamaku ne”
“Aku tidak lapar oppa”
“Jihye… Dengar aku, kau boleh marah, kau boleh kesal, tapi kalau kau sakit siapa yang rugi? Kau sendiri. Kau harus sehat Jihye, kau harus kuat. Aku tidak mau melihatmu lemas seperti ini”
“Aku tidak peduli, aku tidak mau hidup lagi. Hiks…” Aku putus asa. Tapi asal kalian tahu, hal seperti ini bukan pertama kali aku lakukan. Aku sering mengatakan ini kepada Chanyeol oppa ketika aku bertengkar dengan Baekhyun oppa
.
“Kau selalu mengatakan itu Jihye-ya. Tolong jangan lakukan itu. Kau masih memiliki keluarga. Appamu pasti sedih melihatmu begini”
“Hiks… Bawa aku pergi. Hiks”
.
Chanyeol oppa memelukku dan mengusap punggungguku. Deru nafasnya benar-benar menenangkanku. Kalimat lembut yang keluar dari suara beratnya membuatku tidak sadar dan bisa melupakan masalahku
.
Chanyeol oppa melepaskan pelukannya dan menatapku dengan tatapan teduhnya. Dia tersenyum manis dengan lesung pipi khas miliknya sambil merapikan anak rambutku yang berantakan
.
“Tenangkan dirimu. Semuanya akan baik-baik saja” Ucapnya dengan tenang
“Beri aku kekuatan”
“Kau pasti bisa melaluinya. Sekarang kita makan ne”
“Hm” Aku mengangguk dan memaksakan senyumku yang saat ini terasa sangat berat
.
Aku sedikit merasa tidak enak kepada Chanyeol oppa karena dia sering terlambat karena aku. Tapi kali ini dia bilang dia memang dijadwalkan untuk datang lebih siang sehingga dia bilang aku tidak perlu khawatir
.
Saat kami sedang asyik makan, tiba-tiba seorang lelaki menghampiri Chanyeol oppa dan bahkan menyapaku
.
“Kalian disini rupanya. Tidak ada kerjaan?” Tanya lelaki itu kepada Chanyeol oppa
“Ah, Lay hyung! Aku datang siang. Hyung disini bersama siapa?” Balas Chanyeol oppa
“Aku menunggu temanku. Boleh aku duduk disini? Bolehkan Jihye-ssi?”
“Bo-boleh kok”
“Panggil saja aku Lay oppa”
“Ne… Lay oppa”
.
Chanyeol oppa berbincang-bincang dengan Lay oppa dan terlihat sekali bahwa Chanyeol oppa merindukan Lay oppa yang pergi ke China sejak 2 tahun yang lalu. Mereka membicarakan tentang musik karena mereka berdua sama-sama mencintai musik
.
Beberapa kali aku memijat kepalaku karena aku masih merasakan pusing. Dan sepertinya hal itu sukses menarik perhatian Lay oppa yang tidak tahu menahu tentang kondisiku
.
“Jihye-ssi? Apa kau sakit?” Tanya Lay oppa
“Eoh… N-ne… Saya… Sedang tidak enak badan”
“Aigoo… Chanyeol-ah, seharusnya kau tidak mengajaknya pergi kalau dia sakit begini. Sebagai lelaki, kau tidak boleh memaksa dan menyiksa gadismu seperti ini. Kasihan dia” Lay oppa sedikit memarahi Chanyeol oppa dan membuatku tak enak
.
“A-aniya oppa. Chanyeol oppa tidak memaksa saya. Saya yang ingin ikut Chanyeol oppa”
“Wae? Lebih baik kan kau istirahat di rumah. Pokoknya, Chanyeol-ah, kau harus mengantarnya pulang setelah makan ini. Arraseo?”
“N-ne hyung” Jawab Chanyeol oppa yang juga tampak kebingungan
“Geurae, temanku sudah datang. Kalian kutinggal dulu ne. Jihye-ssi, cepat sembuh ne. Dan kau Chanyeol-ah, kalau sampai kau tidak mengantar Jihye pulang, kau akan kuhukum. Arraseo?”
“Ne hyung. Astaga kenapa malah kau yang cerewet?”
“Dia ini kekasihmu Chanyeol! Seharusnya kau melindunginya, bukan malah menyakitinya seperti ini. Sudahlah aku pergi dulu”
“N-ne hyung”
.
Chanyeol oppa hanya memandangiku. Sungguh aku tidak sakit hati dengan ucapan Lay oppa. Tapi aku malah teringat pada Baekhyun oppa. Seharusnya Baekhyun oppa memiliki kesadaran itu. Walau aku tahu Baekhyun oppa tidak pernah mencintaiku, tapi setidaknya dia sadar bahwa aku adalah wanita yang seharusnya dilindungi, bukan malah disiksa dan disakiti
.
“Gwenchana?” Tanya Chanyeol oppa
“Gwenchana. Antar aku pulang oppa”
“Tapi tadi kau bilang kau ingin pergi”
“Aku ingin istirahat saja. Kepalaku semakin sakit”
“Astaga. Baiklah aku antar kau pulang. Apa perlu kita ke dokter dulu?”
“Aniya, kita langsung pulang saja. Ada obat sakit kepala kok di rumah”
“Geurae, semoga cepat sembuh ne”
“Gomawo oppa”
.
Chanyeol oppa mengantarku pulang sebelum jam masuk kantornya tiba. Namun dari kejauhan, kulihat sebuah mobil terparkir di depan rumahku. Aku menyipitkan mataku dan memfokuskan pandanganku melihat mobil milik siapa itu
.
“Astaga! Oppa! Itu mobil mertuaku. Ottokhe?”
“Ottokhe Jihye-ya? Aku tidak mungkin mengantarmu kesana”
“Ne, turunkan aku disini saja. Biar aku jalan kaki ke rumahku. Sudah dekat juga kan”
“Gwenchana?”
“Hm, gwenchana”
.
.
.
TBC
Voment please 🙏

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang