Chanyeol oppa datang sendirian dengan membawa beberapa buah-buahan namun entah mengapa aku sangat kesal saat melihat wajahnya. Tidak ada sosok Chanyeol oppa yang membuatku tenang seperti sebelumnya
.
“Eoh Chanyeol-ah, masuklah” Ucap Baekhyun oppa dan Chanyeol oppa pun masuk dengan langkah ragu
“Annyeong… Jihye-ya. Bagaimana keadaanmu?” Tanya Chanyeol oppa yang sudah berada di sampingku namun aku malah memalingkan mukaku darinya
“Mau apa oppa kesini?” Tanyaku dingin
“Aku… ingin menjengukmu”
“Tahu darimana kalau aku sudah melahirkan?”
“Baekhyun hyung mengabariku barusan. Wae geurae?”
“Mana kekasih oppa yang oppa puja-puja sampai oppa cumbu di depan umum itu?”
“Jihye-ya” Sela Baekhyun oppa
.
“Kalian berdua sekongkol ya? Apa oppa memberikan mantan kekasih oppa pada Chanyeol oppa? Dan Chanyeol oppa, apa tidak ada wanita lain selain waita jalang itu?”
“Cukup Jihye!” Bentak Baekhyun oppa
“Oh! Sedaritadi oppa hanya diam dan sekarang membentakku hanya karena aku menyebut Soobin adalah wanita jalang? Sepertinya aku tahu kenapa oppa diam daritadi”
“Kau tidak mengerti Jihye”
“Ya! Memang aku tidak mengerti apapun. Aku adalah wanita paling bodoh. Bahkan kalian berdua berhasil membodohi aku. Benar kan?”
.
“Jihye-ya, dengarkan aku. Jangan tuduh suamimu seperti itu” Ucap Chanyeol oppa yang sepertinya berusaha mendamaikanku
“Aku tidak mau dengar”
“Jihye, Baekhyun hyung tidak salah. Aku berhubungan dengan Soobin noona bukan atas perintah Baekhyun hyung atau apapun. Aku memang bertemu dengannya dan aku jatuh cinta”
“Jatuh cinta? Aku sudah mengenal oppa selama lebih dari 5 tahun. Aku sudah paham dengan gerak gerik oppa dan aku tidak melihat cinta pada sorot mata oppa. Itu sudah cukup membuktikan bahwa oppa bohong”
“Jihye-ya…”
“Pergi”
“Mwo?”
“Aku tidak mau melihat oppa lagi. Silahkan oppa berhubungan dengan wanita itu tapi jangan temui keluargaku lagi. Silahkan pergi”
.
“Jihye, bukan seperti ini caranya”
“PERGI! Akh…” Aku berteriak dan tubuhku spontan menegang sehingga terasa nyeri yang luar biasa pada bekas jahitan operasiku
“Jihye?” Chanyeol oppa berusaha menahan tubuhku karena melihatku menunduk sambil memegangi perutku
“Jangan sentuh aku… Pergi!” Pekikku di tengah rintihanku
“Pulanglah dulu Chanyeol-ah” Lirih Baekhyun oppa sambil membantu menahan tubuhku
“Mianhae hyung”
“Gwenchana”
“Sakit oppa… tolong” Rintihku kepada Baekhyun oppa
“Berbaringlah perlahan. Tarik nafas, relax, jangan terlalu kaku” Baekhyun oppa membantu merebahkan tubuhku tanpa memperdulikan Chanyeol oppa yang mematung di belakangnya
.
Akhirnya Chanyeol oppa melangkahkan kakinya mundur dan pergi meninggalkanku dan Baekhyun oppa di ruanganku. Aku masih menangis karena menahan nyeri di perutku
.
Sebenarnya aku tidak hanya menangis karena menahan sakit, namun aku menangis karena menyesali apa yang sudah terjadi. Kenapa Chanyeol oppa harus menjalin hubungan dengan Soobin? Sedangkan aku sendiri sudah sangat membencinya. Mana bisa aku menerima wanita yang hampir merusak rumah tanggaku? Dan apakah aku harus menerimanya sebagai kekasih dari sahabatku? Atau jangan-jangan Chanyeol oppa hendak menikahi Soobin? Ya Tuhan, aku tidak rela. Aku tidak mau
.
Aku sedikit curiga dengan Baekhyun oppa. Bisa jadi dia yang menyuruh Chanyeol oppa untuk menjalin hubungan dengan Soobin. Kenapa Baekhyun oppa selicik itu?
.
“Apa sesakit itu? Kenapa kau masih menangis?” Tanya Baekhyun oppa
“Ne, sakit oppa. Sangat sakit”
“Aku panggilkan perawat ne, mungkin lukamu perlu diobati atau diganti perbannya”
“Hm”
.
Bukan luka jahitku, bukan juga perut atau kepalaku yang sakit. Melainkan hatiku. Aku menangis karena hatiku sangat sakit dan susah untuk menerima kenyataan ini. Biar Baekhyun oppa memanggilkan perawat untuk mengatasi luka jahitku yang sebenarnya tidak seberapa sakit ini. Yang pasti aku hanya ingin menangis
.
Karena menangis, mataku jadi sembab dan aku tertidur. Sampai akhirnya aku mendengar suara tangisan lalu aku membuka mataku walau kepalaku terasa sangat pening. Aku melihat Baekhyun oppa sedang menggendong Jihyun yang sedang menangis sangat kencang dan susah untuk ditenangkan padahal Baekhyun oppa sudah menggendong dengan cara yang benar seperti yang diajarkan oleh eomoni
.
“Sini Jihyunnya” Ucapku sambil berusaha bangun sepelan mungkin
“Sudah bangun? Mian, Jihyun tidak mau diam sejak tadi”
“Mungkin dia lapar. Sini” Aku meminta Jihyun kemudian aku memposisikan Jihyun agar nyaman saat meminum ASI
.
Namun aku merasa ASI ku tidak selancar sebelumnya. Aku hanya memproduksi sedikit ASI yang bisa diminum oleh Jihyun dan alhasil Jihyun semakin menangis dan tidak tenang. Aku menepuk pelan dadanya sambil bergumam menenangkannya namun tetap tidak berhasil
.
“Jihye-ya, kalau kau stress, kau tidak akan bisa memberikan ASI yang maksimal untuk Jihyun” Ucap Baekhyun oppa mendekatiku
“Mianhae”
“Kasihan Jihyun pasti lapar. Tenangkan dirimu. Jangan berpikiran macam-macam” Baekhyun oppa mengusap ujung kepalaku lalu mengecupnya. Hal itu sukses membuatku mengangkat wajahku dan akhirnya kami saling bertatap mata
.
Baekhyun oppa menatapku lekat dengan tatapannya namun tanpa kemarahan dan penuh kehangatan
.
“Maafkan aku” Ucapnya
“Aku juga minta maaf”
.
Tepat setelah kami saling meminta maaf, perlahan Jihyun mulai tenang walau dia tidak sedang meminum ASI. Seperti saat Jihyun masih di dalam kandunganku, dia selalu tidak suka melihatku bertengkar dengan Baekhyun oppa dan seakan dia selalu menjadi penengah di antara kami berdua
.
.
Setelah beberapa hari, aku diperbolehkan pulang ke rumah. Baekhyun oppa sudah menyiapkan sebuah kamar bernuansa pink untuk Jihyun walau sebenarnya baby box Jihyun berada di kamar kami saat ini. Kami belum mau meninggalkan Jihyun sendirian di kamarnya
.
“Aku harus kembali ke rumah sakit. Tak apa kan?” Tanya Baekhyun oppa
“Ne. Emm… Gomapta”
“Untuk?”
“Sudah menemaniku pulang. Padahal oppa belum selesai bekerja”
“Gwenchana. Ya sudah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku. Jangan yang lain, arraseo?”
“Ne oppa”
.
Terasa aneh saat Baekhyun oppa mengucapkan hal itu. Tapi sejak beberapa minggu terakhir memang Baekhyun oppa sering mengucapkan kalimat itu, “segera hubungi aku, jangan yang lain”. Aku merasa malu dan berdosa pada suamiku sendiri. Dia benar, seharusnya aku menghubungi Baekhyun oppa, bukan Chanyeol oppa. Tapi yang kulakukan selama ini adalah sebaliknya
.
Aku masih sedikit kesusahan beraktifitas karena proses penyembuhan pasca operasi itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Tapi aku harus tetap beraktifitas karena sekarang aku harus mengurus Jihyun dan Baekhyun oppa tentunya
.
Jihyun masih tertidur sehingga aku menyempatkan memasak dan membersihkan rumah. Namun belum tuntas pekerjaanku, Jihyun sudah menangis dan ingin minum ASI. Dengan masih tertatih, aku berusaha secepat mungkin menenangkan bayi mungilku ini
.
Produksi ASI ku belum banyak. Namun aku berusaha meyakinkan diri bahwa Jihyun tidak akan kekurangan ASI. Aku harus berpositif thinking. Minseok oppa bilang, semakin sering Jihyun meminum ASI langsung, produksi ASI ku akan bisa lancar dengan sendirinya. Ya, aku tidak boleh putus asa. Kata Yonghwa, memberi ASI eksklusif pada anak adalah perjuangan. Aku harus bisa melewatinya
.
Malam harinya, setelah Baekhyun oppa pulang dan selesai membersihkan dirinya, kami makan malam dengan lauk dan sayur yang sempat kumasak tadi. Ada raut wajah lelah dari Baekhyun oppa yang membuatnya sedikit muram dan terlihat seperti Baekhyun oppa yang dulu
.
“Bagaimana Jihyun?” Tanya Baekhyun oppa
“Jihyun? Emm… baik. Tapi kenapa dia sangat sering menangis ya?”
“Namanya juga bayi”
“Ah… ne”
“Tadi siang kau sudah makan?”
“A-aku?”
“Siapa lagi kalau bukan kau Jihye?”
“A-aku… sudah makan”
“Jangan terlambat makan, makanlah makanan yang bergizi. Kalau uang belanjamu kurang katakan saja”
“Ne oppa”
“Mulai malam ini kita harus lebih peka karena Jihyun akan sering membangunkan kita kapanpun. Kau siap kan?”
“Ne oppa. Aku siap”
“Bangunkan aku kalau kau membutuhkanku”
“Ne oppa”
.
Dan benar saja. Baru 2 jam aku memejamkan mata, tiba-tiba Jihyun sudah menangis lagi. Aku segera bangun dan memberinya ASI sampai dia tertidur lagi. Aku meletakkannya lagi dalam baby box lalu aku segera pergi tidur
.
Beberapa jam berlalu, Jihyun kembali menangis. Aku bangun dan mengangkatnya lagi. Kulihat Baekhyun oppa tampak terusik dan gelisah sehingga aku memutuskan untuk menyusuinya di ruang tengah. Lagipula aku haus, aku ingin minum dan memakan sesuatu karena perutku juga sedikit lapar. Aku menyusui Jihyun dalam posisi duduk sampai aku sedikit tertidur karena Jihyun mulai tenang
.
“Jihye-ya…”
“…”
“Jihye bangun”
“Oppa? Ah mian. Ada apa?”
“Tidurlah di kamar, kenapa kau tidur disini?”
.
Aku yang masih linglung akhirnya hanya menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri sampai akhirnya aku sadar bahwa aku sedang menyusui Jihyun di ruang tengah dalam posisi duduk
.
“Mian oppa. Daritadi Jihyun menangis dan aku takut oppa terganggu jadi aku keluar kamar. Ternyata aku malah ketiduran”
“Tidurkan Jihyun di antara kita, tidak usah di baby box”
“Nanti oppa tidak bisa tidur”
“Gwenchana. Kajja”
“Ne”
.
Aku menurut saja lalu meletakkan Jihyun di tengah-tengah tempat tidur kami. Aku dan Baekhyun oppa sama-sama masih terjaga. Kami memiringkan tubuh kami saling berhadapan meghadap Jihyun yang berada di antara kami. Aku mengusap lembut kening Jihyun, sedangkan Baekhyun oppa menepuk-nepuk dada Jihyun
.
“Dia nakal ya oppa. Sering sekali menangis” Aduku
“Anak sendiri kok dibilang nakal”
“Oppa tidak terganggu kan dengan tangisannya?”
“Kan kau sendiri yang memintanya untuk menangis”
“Aku? Kapan?”
“Saat dia baru lahir. Saat Jihyun tidak menangis kau malah berharap dia menangis kan? Bahkan saat tangisannya tidak cukup kencang malah kau ingin dia menangis dengan kencang. Dan lihatlah sekarang”
“Kan beda oppa. Emmm… oppa. Bisakah kita bahas tentang Chanyeol oppa dan Soobin?”
“Tidak”
“Geurae. Mian”
.
.
.
TBC
Voment please 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie #wattys2019
FanfictionAku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya mencari ketenangan. Apa itu cinta? Bagaimana rasanya rindu? Apakah itu yang dinamakan cemburu? Lalu...