Part 23

326 27 2
                                    

(Telfon)
“Apa yang kau bicarakan? Aku sedang bekerja”
“Tidak… bersama…”
“Ani. Aku benar-benar bekerja. Kau percaya kan?”
“N-ne”
“Jebal, jangan seperti ini Jihye-ya”
“Mianhae oppa”
“Aku nanti pulang cepat. Akan kubawakan makanan”
“Jadi aku tidak perlu memasak?”
“Tidak usah. Besok kita belanja keperluan si kecil”
“Jinjja? Ne ne oppa”
“Geurae, aku lanjutkan pekerjaanku dulu. Annyeong”
“Ne oppa annyeong”
-----
.
Huft, bodoh sekali aku mencurigai Baekhyun oppa seperti itu. Sepertinya sejak usia kehamilanku bertambah tua, aku jadi semakin mudah cemburu, sampai-sampai aku curiga dan berpikir yang tidak-tidak kepada suamiku sendiri
.
Tiba-tiba aku merasakan pergerakan yang cukup kuat lagi dari perutku. Sepertinya anakku benar-benar menyayangi appanya. Dia tidak mau aku menuduhnya macam-macam. Hehehe… Baiklah aku akan mencoba lebih tenang
.
Sore harinya, Baekhyun oppa pulang ke rumah tapi aku belum menyiapkan makan malam dari makanan yang dibeli oleh Baekhyun oppa karena katanya dia ingin istirahat dulu. Aku menurutinya dan ikut duduk di sebelahnya yang saat ini sedang berbaring di tempat tidurnya
.
“Aku mau menyentuh anakku” Pintanya
“Hm, silahkan”
.
Baekhyun oppa mendekatkan tubuhnya dan mulai mengusap perutku. Anakku menggeliat dalam rahimku seperti kegirangan karena sedang diberi kasih sayang oleh appanya. Aku pun tersenyum sendiri karena ini semua benar-benar indah
.
“Sayang, kau sedang apa? Nyaman ya di dalam rahim eomma? Jangan nakal ne, sebentar lagi kita akan bertemu. Kau masih bisa menunggu dengan sabar kan? Bagaimana kabarmu? Sehat-sehat saja kan? Besok appa akan membelikanmu baju-baju yang cantik, sepatu yang lucu, bando yang indah dan sepertinya appa akan menata kamarmu dengan nuansa pink. Kau suka kan?” Racau suamiku sambil menciumi perutku
“Apa tidak terlalu cepat?” Tanyaku
“Tidak, kita akan membeli semuanya besok. Kita punya 3 kamar termasuk kamar ini. 1 kamar akan kurubah menjadi kamar anak kita. Bukankah itu bagus? Apa kau tidak setuju?”
“A-aniya. Aku setuju saja”
“Baguslah kalau begitu”
“Mau kusiapkan makan malamnya kapan?”
“Nanti saja. Aku ingin tidur sebentar”
“Geurae”
.
Aku membiarkan Baekhyun oppa tertidur di sebelahku dengan tubuh yang menempel dengan tubuhku karena dia masih berusaha mengusap perutku. Dia terlihat kelelahan. Dia juga masih tetap dengan sikap dinginnya namun terlihat sedikit lebih manja. Sepertinya memang ini yang dia harapkan, dia ingin dilayani oleh istrinya dan dimengerti apapun keinginannya
.
Keesokan harinya, aku dan Baekhyun oppa pergi menuju salah satu pusat perbelanjaan yang menyediakan segala perlengkapan bayi yang cukup lengkap dengan kualitas terbaik. Baekhyun oppa memilih beberapa pasang baju, pakaian dalam bayi, sepatu bahkan pernak pernik perhiasan kepala yang bahkan mungkin tidak terlalu perlu. Dia juga melihat beberapa perabotan untuk kamar bayi dan memesan beberapa
.
Dia hanya menanyaiku “Apa kau suka ini?” atau “Kau mau yang ini atau yang ini?”. Dia tidak menanyakan aku setuju atau tidak dia membeli itu semua saat ini. Namun melihatnya bersemangat dengan sorot mata yang berbinar, membuatku tidak mampu menolak segala keinginannya
.
Setelah selesai, Baekhyun oppa mengajakku makan siang di sebuah resto sederhana. Aku sangat lapar jadi aku ikut saja
.
Namun saat kami baru saja berjalan menuju pintu masuk, kami bertemu dengan Chanyeol oppa yang juga terlihat hendak memasuki resto itu. Tubuhku seketika gemetar dan mataku membulat. Aku takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
.
“Annyeong Chanyeol-ah” Sapa Baekhyun oppa yang membuatku semakin terkejut
“N-ne… annyeong hyung” Jawab Chanyeol oppa yang sepertinya juga gugup
“Mau makan juga?”
“A-aku harus bertemu dengan temanku hyung”
“Apa dia sudah ada di dalam?”
“Sepertinya belum”
“Geurae, makanlah dengan kami”
“Mwo?”
“Gwenchana, aku izinkan. Kajja”
.
Baekhyun oppa berjalan terlebih dahulu meninggalkan aku dan Chanyeol oppa yang masih bingung. Akhirnya kami mengekor saja dan duduk di tempat yang dipilih oleh Baekhyun oppa. Aku duduk di sebelah Baekhyun oppa yang membelakangi kasir, sedangkan Chanyeol oppa duduk di hadapan kami. Kami memilih makanan dari menu yang tersedia dalam suasana yang cukup hening
.
Sambil menunggu makanan, Baekhyun oppa izin ke kamar mandi dan kini tinggallah aku dan Chanyeol oppa. Kami sudah sepakat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga sepertinya kali ini kami memiliki jarak saat kami harus bertatap mata
.
Tatapan Chanyeol oppa tampak tidak fokus. Beberapa kali Chanyeol oppa memandangi arah di belakangku. Mungkin dia benar-benar gugup. Lebih baik aku izin ke kamar mandi juga saja
.
“Emm… aku izin ke kamar mandi ne” Ucapku sambil berdiri
“Andwe!” Cegahnya sambil memegang tanganku
“Wae?”
“Tu-tunggu suamimu datang saja”
“Wae? Kan kami beda kamar mandi”
“Aku harus langsung pergi. Ternyata aku sudah terlambat. Jadi tunggu suamimu saja agar aku bisa pamit kepada kalian”
“Kenapa tiba-tiba?”
“Aku baru melihat jam. Emm… kalau kau ke kamar mandi dan aku juga pergi nanti pasti suamimu bingung. Disini saja dulu ne, jangan ke belakang”
“Oppa aneh ih”
.
Setelah Baekhyun oppa kembali, Chanyeol oppa bergegas untuk berpamitan dengan sikap yang aneh. Seperti ada yang dia sembunyikan. Tapi entahlah, mungkin hanya perasaanku saja. Akhirnya aku menikmati makan siangku bersama Baekhyun oppa dan langsung pulang setelahnya
.
Tubuhku terasa kaku, aku sangat mudah lelah akhir-akhir ini. Aku mulai kesusahan melakukan berbagai kegiatan karena perutku yang semakin membuncit. Namun aku tidak berani mengatakan apapun kepada Baekhyun oppa karena aku yakin Baekhyun oppa juga lelah dengan pekerjaannya
.
~Beberapa minggu kemudian~
Kandunganku sudah berusia 8 bulan. Eomoni semakin sering mengunjungiku hanya untuk sekedar membawakanku makanan ataupun membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah. Abeoji dan appa juga lebih sering berkunjung. Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Semoga semua ini bisa berlangsung selamanya bahkan bisa lebih baik
.
Namun ada yang berubah. Chanyeol oppa sudah tidak sering menghubungiku. Dia juga sering mengabaikan panggilan atau pesan dariku. Menurut penuturannya sih dia mulai membuka diri untuk wanita lain. Aku tidak masalah, aku juga ikut senang jika Chanyeol oppa bisa memiliki kekasih. Namun terasa aneh. Sikap Chanyeol oppa jadi dingin. Bahkan aku merasa sikap Chanyeol oppa dan Baekhyun oppa sedang tertukar saat ini
.
“Jihye-ya, besok lusa ada pertemuan lagi. Kau tidak usah datang. Akan kukatakan bahwa kau harus banyak istirahat. Arraseo?” Titah Baekhyun oppa
“Tapi aku rindu kepada Yonghwa, kan pertemuannya hanya rapat biasa kan? Tidak ada kegiatan tambahan” Bantahku
“Jangan membantah, kau ingat kan Minseok hyung bilang kondisimu lemah? Aku tidak mau terjadi apa-apa kepadamu ataupun kepada anak kita”
“Ne oppa. Mian”
“Geurae, aku berangkat dulu. Kalau kau lelah istirahat saja. Tidak usah bersih-bersih rumah”
“Ne, hati-hati oppa”
.
Memang benar, semakin bertambah usia kandunganku ternyata fisikku semakin lemah. Untung saja janinku tetap kuat. Namun itu yang jadi masalah juga. Minseok oppa bilang janinku terlalu besar dan gerakannya sangat kuat sehingga aku bisa semakin kelelahan dan beresiko melahirkan dengan cara operasi caesar
.
(Flashback)
“Sementara ini keputusan terbaik adalah operasi caesar Baekhyun-ah. Bisa saja kita paksakan untuk normal, tapi resikonya akan lebih tinggi” Terang Minseok oppa dari hadapanku yang masih berbaring dan Baekhyun oppa yang berdiri di sampingku
“Apa ada kemungkinan sungsang?” Tanya Baekhyun oppa
“Kemungkinan itu pasti ada. Lagipula anakmu sangatlah aktif. Yang menjadi masalah sekarang adalah berat dan ukuran janin yang terlalu besar dan fisik istrimu yang lemah. Kalau nanti kupaksakan untuk memutar janin di usia yang cukup tua, akan menambah resiko, Jihye juga akan lebih kesakitan”
“…” Baekhyun oppa terdiam dan melirikku sejenak. Aku hanya bisa diam karena sejujurnya aku takut dengan proses melahirkan ini, baik normal ataupun caesar
.
“Geurae, lakukan yang terbaik Dokter. Kalau Jihye harus melahirkan dengan cara operasi caesar maka lakukanlah” Ucap Baekhyun oppa
“Kau tidak ingin menanyai Jihye dulu”
“Jihye pasti sependapat denganku. Benar kan?”
“N-ne?” Balasku gugup
“Kau tidak membantah suamimu kan?”
“A-aniya. Tapi… sebenarnya… aku takut”
.
“Jihye-ya, ikuti prosedur yang kukatakan, lakukan apapun yang kuperintahkan, hindari apapun yang tidak boleh kau lakukan. Dengan begitu akan mengurangi resiko dan kau akan baik-baik saja. Arraseo?” Minseok oppa berusaha menenangkanku dengan kalimatnya yang lebih santun
“Ne dokter”
“Geurae, tetaplah semangat ne. Dan kau Dokter Baekhyun, jangan terlalu keras kepada istrimu. Kata-katamu tadi pasti menyakiti perasaannya. Ingatlah dia sekarang sedang berjuang bertaruh nyawa demi putrimu”
.
Ucapan Minseok oppa membuatku lega karena sejujurnya aku ingin Baekhyun oppa yang menenangkanku, bukan malah orang lain
.
Baekhyun oppa mendekatkan tubuhnya kepadaku yang masih berbaring dan membisikkan sesuatu setelah beberapa detik menatap mataku seperti kebiasaannya
.
“Mianhae” Bisiknya
“Gwenchana”
“Jeongmal mianhae. Aku hanya takut kau kenapa-kenapa. Aku belum bisa merubah sikapku sebanyak itu. Tapi aku benar-benar mengkhawatirkanmu”
“Ne oppa. Aku mengerti. Aku juga minta maaf”
“Hm” Baekhyun oppa tersenyum tipis dan mengusap lembut ujung kepalaku
(Flashback end)
.
Aku jadi lebih sering berdiam diri tapi lama-lama bosan juga. Seperti hari ini, baik eomoni, abeoji dan appa tidak bisa datang. Sedangkan Baekhyun oppa akan pulang malam. Aku meminta izin kepada Baekhyun oppa untuk menghubungi Chanyeol oppa dan untung saja Baekhyun oppa memberi izin
.
(Telfon)
“Yeoboseyo? Oppa?”
“Eoh Jihye-ya”
“Apa oppa sedang sibuk?”
“Emm… jigeum? A-aniya”
“Sedang dimana?”
“Aku? Di… di apartment”
“Ah tidak di kantor?”
“Tidak”
“Aku bosan. Tidak ada yang bisa kulakukan saat ini”
“Istirahatlah, kau bilang kau butuh banyak istirahat kan?”
“Hm, tapi bosan. Ah ne, apa aku boleh bertanya sesuatu?”
“Hm”
“Oppa belum mengenalkanku dengan kekasih oppa. Siapa dia? Apa aku mengenalnya?”
“I-itu… kau… emm… nanti kalau sudah waktunya akan kukenalkan kepadamu”
“Semoga dia adalah wanita yang baik. Yang bisa membahagiakan oppa. Aku tidak sabar ingin berkenalan dengannya”
“Pikirkan dirimu dan kandunganmu dulu. Jangan perdulikan aku. Aku baik-baik saja”
“Arraseo. Aku akan menunggu waktu untuk oppa memperkenalkan kekasih oppa kepadaku ne”
“Hm. Sudah ne, kau harus istirahat. Kututup telfonnya”
“Hm, annyeong”
-----
.
.
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang