Part 28

341 21 1
                                    

Akhir percakapan itu berujung dengan Baekhyun oppa yang memelukku tanpa mau melepasnya. Sampai kurasa aku mulai merindukan Jihyun dan harus mengunjunginya di kamarnya
.
“Jihye-ya, aku harus pulang. Aku akan mandi dan siap-siap berangkat bekerja. Nanti aku akan bekerja sama dengan dokter lainnya untuk menangani Jihyun. Kemungkinan Jihyun masih bisa ditolong tanpa operasi. Do’akan kami ne” Ucap Baekhyun oppa
“Astaga, oppa belum sarapan kan? Lalu bagaimana? Mau aku belikan roti?” Panikku
“Eomma akan pulang sebentar lalu memasakkan makanan untuk kalian. Dan Baekhyun, kau sempat mampir kesini kan untuk mengambil sarapanmu?” Sela eomoni
“Apa tidak merepotkan eomoni?” Tanyaku
“Tentu saja tidak. Kalian anak-anak eomma. Eomma tetap berkewajiban untuk memasakkan kalian kalau kalian kerepotan”
“Kamsahamnida eomma” Ucap Baekhyun oppa
“Ne eomoni, kamsahamnida”
“Geurae, eomma, kita keluar bersama saja. Jihye, titip Jihyun ne. Nanti kau juga akan kubawakan baju ganti” Pinta Baekhyun oppa
“Ne oppa. Gomapta”
.
Jihyun sudah bangun dari tidurnya. Dia jauh lebih tenang tapi sepertinya dia terganggu dengan infus yang ada di tangannya. Walau matanya belum terbuka lebar karena memang usianya masih 7 hari, tapi aku bisa mengerti dari raut wajahnya kalau anakku sedang meminta tolong
.
“Jihyun sabar ya nak. Jihyun tidak nyaman ya dengan infus dan selang-selang ini? Tahan sebentar ya. Biar Jihyun cepat sembuh dan bisa main lagi sama appa dan eomma. Eomma tidak akan meninggalkan Jihyun kok. Jihyun kuat ya nak” Aku berbicara kepada Jihyun dan mengambil tangan mungilnya lalu menciumnya sambil meneteskan air mataku
.
Jemarinya sangat mungil dan sejak pertama kali aku memeluknya, Jihyun memiliki kebiasaan memegang hidungku maupun hidung Baekhyun oppa. Sepertinya dia menyukai bentuk hidung kami yang memang sama-sama mancung
.
Tidak henti-hentinya aku memandangi wajah anakku. Aku tidak tega. Malaikat kecilku sedang sakit. Bagaimana aku bisa tenang melihatnya terus meminta tolong kepadaku dari tatapan sendunya. Anakku memang sangat sering menangis, sepertinya ini adalah salah satu penyebabnya. Dia menahan sakit
.
“Maafkan eomma nak, eomma bodoh. Eomma tidak tahu kalau kau meminta tolong kepada eomma sejak hari pertama kau lahir” Ucapku di sela isak tangisku dan masih menciumi tangan mungil putriku
.
Aku masih menangis sampai aku tidak sadar eomoni sudah datang membawa sarapan untukku. Aku benar-benar tidak nafsu makan dan menolak untuk makan. Saat ini Jihyun kembali menangis. Aku jadi takut, apakah dia merasakan sakit lagi? Atau hanya merasa tidak nyaman dengan infus itu? Atau memang sudah waktunya dia meminum ASI?
.
Aku bertanya pada perawat apakah aku boleh memberinya ASI dan ternyata malah aku harus tetap memberinya ASI karena dari ASI ku diharapkan pertahanan tubuhnya semakin kuat dan mempercepat kesembuhannya
.
Setelah beberapa saat, Baekhyun oppa memasuki kamar rawat dengan menggunakan jas putih kebanggaannya dan melihat aku sedang menyusui Jihyun. Sesekali aku menyeka air mataku sendiri karena aku menyusuinya sambil menatap matanya dan berbicara pada putriku dengan batinku
.
“Jangan menangis saat menyusuinya Jihye” Ucap Baekhyun oppa
“Aku tidak bisa menahannya oppa”
“Beri dia semangat. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk anak kita”
“Ne oppa. Oppa pasti bisa. Oppa makanlah, eomoni sudah menunggu”
“Kau tidak makan?”
“Nanti saja”
.
Baekhyun oppa menghampiri eomoni yang sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Baekhyun oppa mengambil makanan yang sangat banyak dalam piringnya dan berjalan ke arahku
.
“Kita makan bersama. Buka mulutmu” Ucap Baekhyun oppa sambil duduk di hadapanku
“Oppa duluan saja”
“Jangan membantah perintah suami. Buka mulutmu”
“N-ne”
.
“Baekhyun-ah…” Panggil eomoni yang sedikit kesal melihat Baekhyun memperlakukanku seperti itu
“Kalau tidak begini pasti Jihye tidak akan makan eomma”
.
“Ya sudah, yang penting kalian harus tetap sehat. Kalian harus kompak merawat Jihyun. Arraseo?”
“Ne eomma. Buka mulutmu lagi Jihye. Makanmu sedikit sekali sih”
“Oppa, aku masih mengunyah. Sabar sedikit” Elakku dan diikuti tawa dari eomoni sedangkan Jihyun masih asyik meminum ASI dariku
.
Setelah selesai makan, Baekhyun oppa harus bekerja. Namun sesekali jika sedang tidak ada pasien atau ada waktu senggang, dia menyempatkan diri mampir ke ruangan untuk menengok Jihyun yang saat ini sudah berada di bawah tanggung jawab dokter spesialis anak dan Baekhyun oppa sendiri
.
Abeoji dan Appa juga datang sehingga sore ini suasana kamar cukup ramai. Dan kesempatan ini dimanfaatkan oleh Baekhyun oppa yang langsung mengajakku keluar untuk makan malam. Sedangkan Jihyun dititipkan kepada Eomoni, abeoji dan appa
.
“Kita mau kemana oppa?”
“Kita harus makan. Kau belum makan kan tadi siang?”
“Oppa tahu darimana? Eomoni yang bilang ya?”
“Yang penting sekarang kau harus makan”
“Jangan lama-lama ne oppa. Kasihan Jihyun”
“Arraseo. Aku juga ingin membicarakan sesuatu kepadamu”
“Tentang apa?”
“Chanyeol dan Soobin”
.
Aku tidak menyangka Baekhyun oppa akan membicarakan hal ini. Kenapa harus di saat seperti ini? Tapi setidaknya jika kami membicarakan ini lebih cepat mungkin kesalahpahaman ini juga akan berakhir lebih cepat
.
Kami makan di sebuah resto yang tidak jauh dari rumah sakit sehingga kami bisa cepat pulang dan menemani Jihyun
.
“Aku akan memulai. Tolong jangan berpikiran buruk dulu dan jangan memotong pembicaraanku. Arraseo?”
“Ne oppa”
“Aku sudah berniat pergi dari kehidupan Soobin. Soobin juga sudah kujelaskan bahwa aku ingin hidup tenang denganmu, dengan istriku. Awalnya dia memang menolak dan bersikukuh ingin mempertahankanku, tapi aku lebih berhak memutuskannya karena aku sudah terikat dalam pernikahan. Dan apa kau ingat saat kita hendak makan dan bertemu dengan Chanyeol setelah kita berbelanja perlengkapan Jihyun? Aku bilang aku ke toilet nyatanya aku bertemu dengan Soobin secara tidak sengaja. Chanyeol berusaha melindungiku dengan cara mencegahmu agar kau tidak pergi ke toilet. Itulah saat pertama Chanyeol bertemu dengan Soobin. Dan entah bagaimana Chanyeol jadi mengenal Soobin dan menjadi dekat walau Soobin berusia lebih tua darinya. Aku sempat meragukannya. Aku khawatir Soobin hanya menjadikan Chanyeol pelarian, namun Chanyeol bilang seiring berjalannya waktu, mereka mulai saling suka. Mungkin karena mereka beberapa kali mengutarakan isi hatinya dan saling curhat”
.
“Molla oppa. Aku sedikit meragukan bahwa Chanyeol oppa menyukai Soobin eonni”
“Aku juga begitu, tapi tidak bisakah kita berdamai dengan keadaan? Mungkin ini yang terbaik. Mungkin mereka membuat pelarian seperti ini agar mereka tidak kembali salah langkah. Bisakah kau menerima itu?”
“Aku hanya ingin oppa tetap menjadi suamiku dan Chanyeol oppa mendapat wanita yang terbaik untuknya. Bagaimana jika Soobin eonni mempermainkannya?”
.
“Kita hanya bisa berdo’a, semoga Soobin tidak melakukannya. Kau percaya kan bahwa aku tidak menyuruh Chanyeol untuk mengambil hati Soobin? Bahkan Chanyeol juga ingin melihat kita bahagia Jihye”
“Ne oppa. Aku percaya pada oppa. Aku bisa tahu itu”
“Darimana kau tahu?”
“Dari mata oppa. Oppa terlalu sering menatapku tanpa berbicara. Sampai-sampai aku tahu apa yang oppa maksud hanya dari tatapan mata oppa”
“Mianhae Jihye-ya. Kau pasti sangat sakit hati selama ini”
“Ne oppa. Aku sakit hati. Aku tersiksa. Aku benci pada oppa. Tapi itu dulu. Sekarang oppa adalah suami terbaikku dan appa dari Jihyun, anakku, yang harus aku pertahankan dan harus aku patuhi. Maafkan istrimu yang bodoh ini ne oppa”
“Aku lega mendengarnya. Gomapta Jihye-ya”
.
Aku juga sangat lega mendengar penuturan itu. Walau masih ada perasaan mengganjal karena hubungan Chanyeol oppa dan Soobin eonni yang terlalu mendadak ini
.
Setelah makan, kami segera kembali ke rumah sakit untuk menjaga Jihyun. Appa, abeoji dan eomoni juga pulang saat kami kembali sehingga kini tinggallah kami bertiga di ruangan itu
.
Aku melihat Jihyun kembali gelisah dan akhirnya aku menimangnya di atas ranjangnya dan kembali menyusuinya. Aku memandangi mata sendunya sambil mengusap pipi tembemnya sampai tidak terasa air mataku kembali menetes
.
“Ternyata kau benar-benar cengeng ya” Ucap Baekhyun oppa
“Oppa geumanhae…”
“Tapi aku benar kan? Itu tandanya aku benar-benar sudah mengenalmu kan?”
“Ne, oppa jjang” Ucapku sambil sedikit tersenyum
“Senyumlah seperti itu. Aku rindu senyumanmu”
“Oppa… rindu?”
“Hh… Aku payah. Aku tidak bisa berlaku romantis. Aku tidak bisa seperti Chanyeol. Mianhae”
“Aniya… Kenapa oppa ingin seperti Chanyeol oppa?"
“Aku pernah melihat sosok Jihye yang ceria saat kau bersama Chanyeol. Chanyeol sangat romantis, humoris, dan memperlakukanmu dengan sangat baik. Tidak seperti aku”
.
“Emm… kalau boleh jujur, aku suka diperlakukan seperti itu oleh Chanyeol oppa. Tapi bagaimanapun suamiku adalah Baekhyun oppa, jadi aku harus menerima sifat dan sikap oppa. Gwenchana, aku juga mulai suka dengan perlakuan oppa yang dingin tapi sayang kepadaku”
“Gomapta Jihye-ya. Gomawo yeobo”
“Hm? Mwo? Oppa… panggil aku apa?”
“Yeobo. Kau tidak suka?”
“Suka! Aku suka! Aku mau oppa! Jinjja!” Pekikku bahagia hingga aku lupa bahwa aku sedang menyusui putri kecilku
“Sssttt… Itu Jihyunnya kasihan. Jangan heboh dong Jihye”
“Eh iya. Mianhae ne sayang. Eomma terlalu bahagia sih. Hehehe…” Ucapku pada Jihyun dan mendapat balasan pukulan dari tangan mungilnya ke wajahku
“Anak ini sukanya kalau tidak menendang ya memukul, mau jadi apa kau nanti nak? Hm? Mau jadi atlet? Menakutkan sekali”
“Jadi penyanyi saja. Mewujudkan impian eomma yang tertunda. Hehehe…”
“Kau… suka menyanyi?”
“Emmm… ne. Aku sangat suka menyanyi. Dan aku berhenti menyanyi sejak kita menikah. Itu pula yang membuat aku bersahabat dengan Chanyeol oppa dulu, karena kami satu hobby”
“Mian aku tidak tahu”
“Yang penting sekarang sudah tahu kan? Sekarang gantian dong, apa yang belum aku tahu dari oppa?”
“Geurae, aku akan bercerita…”
.
Malam itu menjadi malam yang indah untuk kami bertiga. Aku dan Baekhyun oppa seperti orang pacaran dengan disaksikan oleh manusia kecil yang lucu yang perlahan memperlihatkan tawanya lagi
.
.
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang