Part 14

309 26 9
                                    

“Habiskan Jihye”
“Mual”
“Kau tidak makan sejak pagi ya? Lalu bagaimana bisa kau kehujanan seperti ini?”
“Aku tadi ke rumah oppa. Lalu ke agensi. Oppa tidak mengangkat telfonku jadi aku langsung pergi saja”
“Jinjja? Astaga. Mianhae. Aku tidak tahu kalau keadaanmu seperti ini. Ada apa sebenarnya?”
“Aku tidak ingin membahasnya”
“Geurae, aku tidak akan memaksa. Kalau memang tidak mau menghabiskan makananmu, tak apa. Sekarang kau istirahat ne”
“…” Aku mengangguk karena aku benar-benar butuh istirahat. Untung saja aku tidak pingsan di tengah jalan. Aku baru ingat bahwa baru saja kemarin aku pingsan. Sepertinya sakit ini kambuh lagi. Dan kali ini, tidak ada seorang dokter yang bisa dengan cepat memberiku obat
.
Aku tidur di kamar Chanyeol oppa. Chanyeol oppa menyelimutiku lalu mengusap keningku sambil tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. Sungguh, aku merindukan senyum itu
.
“Aku janji kalau aku sudah sembuh aku akan tidur di luar”
“Hm, sekarang istirahatlah. Kalau ada apa-apa, panggil aku. Aku akan siap membantumu kapanpun”
“Gomawo oppa”
“Aku keluar ne. Perlu kututup pintunya?”
“Jangan”
“Geurae, dengan seperti itu kau lebih mudah saat memanggilku. Jaljayo”
.
Chanyeol oppa keluar dari kamar dan aku mulai memejamkan mataku. Pada awalnya terasa biasa saja. Namun semakin lama, aku semakin kedinginan. Badanku terasa sakit semua. Kepalaku sangat sakit hingga aku tak mampu membuka mataku. Nafasku seakan tercekat karena saat aku ingin memanggil Chanyeol oppa, aku sangat kesusahan
.
“Op… pa… Hk… Oppa…” Hanya sebatas itu yang aku bisa. Nafasku sesak. Aku tidak mampu membuka mataku. Tanganku berusaha meraih apapun yang berada di nakas lalu menjatuhkannya. Ternyata ada ponselku yang berhasil aku jatuhkan dan berhasil membuat Chanyeol oppa mendengar panggilanku
.
“Jihye-ya. Astaga. Sadarlah. Jihye?” Chanyeol oppa menepuk-nepuk pipiku dan menyentuh keningku. Sedangkan aku hanya mampu mengerutkan dahiku
.
“Astaga. Kau demam tinggi. Aku ambilkan kompres dulu” Ucapnya yang terdengar sangat khawatir
.
Ternyata itu alasannya kenapa aku bisa seperti ini. Aku demam tinggi dan saat ini Chanyeol oppa sedang mengompres keningku. Tanganku menggenggam erat tangan Chanyeol oppa seakan tidak ingin ditinggalkan oleh lelaki yang memang kurindukan ini
.
“Jihye-ya, tenangkan dirimu. Kau sudah berada disini bersamaku. Jangan khawatir, aku akan membantumu. Atur nafasmu pelan-pelan Jihye” Aku hanya bisa mendengar suara baritone Chanyeol oppa yang masih berusaha menenangkanku
.
“Aku tidak tahu apa masalahmu. Tapi cobalah untuk tenang. Aku janji akan membantumu menyelesaikan masalahmu. Tenang ne, kau harus sembuh dulu” Mendengar kalimat itu, aku mulai bisa menata nafasku dan lebih tenang
.
Tidak lama kemudian aku tertidur dan entah jam berapa ini, aku baru membuka mataku yang tentu saja masih terasa berat
.
“Akh…” Rintihku sambil memegangi kepalaku
“Hey, sudah bangun? Apa yang kau rasakan?” Tanya Chanyeol oppa yang ternyata berada di sisiku sejak tadi malam. dia duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur ini
“Sakit” Kepalaku benar-benar sakit. Padahal aku masih dalam posisi tidur
“Jangan dicengkeram. Kita ke rumah sakit ne”
“Andwe”
“Kita ke klinik saja kalau kau tidak mau ke rumah sakit karena takut bertemu suamimu”
“Andwe. Aku ingin di rumah saja”
“Geurae, aku ambilkan bubur dulu ne, aku tadi sempat membuat bubur. Sembari kau makan, aku akan ke apotik untuk membeli obat”
.
Saat Chanyeol oppa mengambilkan bubur, aroma bubur itu menyeruak ke hidungku dan semakin membuatku mual. Aku tidak dapat menahannya dan terpaksa aku bangun dan berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku
.
Chanyeol oppa yang mengetahuinya langsung menghampiriku dan memijat tengkukku. Tanganku memberi isyarat agar Chanyeol oppa keluar namun dia tidak mengindahkannya
.
“Aku tidak mau makan”
“Sedikit saja. Kau sudah muntah. Perutmu pasti kosong”
“Aku tidak mau. Hiks…”
“Aku suapi ne. Kau ingat kan kalau kau tidak menuruti kata-kataku kau tidak boleh menginap disini?”
“Oppa…”
“Buka mulutmu. Makan sedikit saja”
.
Akhirnya aku makan walau beberapa kali aku ingin muntah lagi tapi aku menahannya. Aku tidak enak hati kepada Chanyeol oppa yang sudah membuatkan bubur untukku
.
“Sudah” Ucapku
“Sedikit lagi”
“Aku tidak kuat oppa”
“Geurae, aku belikan obat dulu ne” Chanyeol oppa berdiri dari tempat duduknya
“Jangan lama-lama” Kuraih tangan besarnya itu
“Aku janji tidak akan lama. Istirahatlah”
.
Kepalaku terasa semakin sakit. Aku kembali menangis. Menangisi nasibku dan menangisi rasa sakit yang menurutku sangat luar biasa ini
.
Sampai Chanyeol oppa kembali, aku masih menangis sambil mencengkeram kepalaku. Chanyeol oppa semakin khawatir dan seperti kehabisan akal dalam menanggapiku yang terus meracau
.
“Jangan pergi oppa… Hiks…” Ucapku sambil terus menggenggam tangan Chanyeol oppa
“Aku harus ke studio Jihye”
“Andwe… Aku takut. Hiks…”
“Disini aman. Tidak banyak orang tau apartment ini. Kau percaya padaku kan?”
“Kajima… hiks…” Aku tidak bisa mengontrol alam bawah sadarku yang terus melarang Chanyeol oppa untuk pergi
“Geurae. Aku tidak akan pergi. Aku akan disini bersamamu, disampingmu”
.
.
Kondisiku tidak kunjung membaik. Aku masih menahan rasa sakit di kepalaku dan tubuhku ini. Demamku juga tidak turun secara signifikan padahal aku sudah meminum obat yang Chanyeol oppa beli
.
“Ada apa denganmu Jihye. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi karena kau tidak mau kuajak ke klinik apalagi rumah sakit” Ucap Chanyeol oppa sambil mengusap lembut kening dan kepalaku
“Kata Baekhyun oppa… Aku hanya kelelahan, dan hipotensi”
“Baekhyun hyung sempat memeriksamu?”
“Hm, aku sempat pingsan. Lalu dia memeriksa kondisiku”
“Pasti dia sedang mencarimu sekarang”
“Tidak akan. Dia tidak ingin aku kembali”
“Jihye-ya. Aku tidak ingin kau seperti ini”
“Tapi Baekhyun oppa selingkuh. Dia selalu menyiksaku. Dia juga tidak pernah menghargai hasil kerjaku. Aku lelah oppa!” Suaraku mulai meninggi walau semakin aku berteriak, semakin sakit pula kepalaku
“Be-benarkah?”
“Aku tidak peduli. Aku juga salah, tapi aku tidak pernah dihargai sebagai istri. Lebih baik aku pergi. Dia juga tidak akan peduli lagi”
“Jihye… Lalu bagaimana dengan wasiat mendiang eommamu?”
“Aku akan bersimpuh di depan pusaranya. Aku akan meminta ampun karena aku tidak sanggup melanjutkan wasiatnya. Aku menyerah”
.
“Jebal, bicarakan semua ini dengan suamimu. Bicarakan dengan appa dan mertuamu. Pernihakan itu bukan permainan”
“Aku ingin menangkan pikiranku oppa. Jangan bahas tentang ini”
“Mianhae. Tapi apa mertua dan appamu tahu kalian seperti ini?”
“Entahlah. Ponselku mati sejak kejadian itu. Tolong izinkan aku disini dulu ne, jebal. Aku akan melakukan apapun untuk oppa asal oppa membantuku. Kalau perlu aku akan menjadi pembantumu”
.
“Mwo? Andwe Jihye-ya. Kau tetaplah Jihye, sahabatku. Bukan pembantuku atau orang yang harus membayar atas pertolonganku. Geurae, sekarang kita makan. Sudah waktunya minum obat. Kalau sampai besok kondisimu tidak membaik, aku harus membawamu ke klinik”
“Ne”
.
Makanan apapun yang masuk ke mulutku terasa pahit dan tidak enak. Tapi karena Chanyeol oppa menyuapiku, maka aku tidak bisa berbuat banyak. Semakin aku menolak semakin aku tidak enak kepadanya
.
Sampai keesokan harinya, kondisiku masih sama seperti ini. Terpaksa aku menuruti perintah Chanyeol oppa untuk pergi ke klinik. Karena kalau aku tidak segera sembuh bisa-bisa aku terus merepotkan Chanyeol oppa karena sudah 2 hari ini Chanyeol oppa absen dari pekerjaannya
.
Chanyeol oppa harus merangkulku karena aku tidak kuasa untuk berjalan tanpa bantuan. Nafasku masih berkejaran karena hanya untuk berjalan saja terasa sangat melelahkan untukku. Dokter memintaku mengecek di lab secara lengkap karena melihat kondisiku yang sangat lemas lebih dari 3 hari ini
.
Setelah menunggu beberapa menit, hasil labku keluar dan Dokter meminta kami kembali masuk ke ruangannya untuk membacakan hasil labnya
.
“Anda memang kelelahan dan apakah anda dalam tekanan sekarang? Karena terlihat sekali tingkat stress anda cukup berat” Ucap Dokter tersebut
“N-ne” Jawabku gugup
“Untung saja tidak ada yang patut dikhawatirkan. Pemilihan obat yang benar, pola makan yang baik serta menejemen stress yang baik sudah cukup membantu” Tambah beliau
“Jadi tidak ada yang bahaya kan Dok?” Tanya Chanyeol oppa yang sedikit memajukan posisi duduknya sambil terus menggenggam tanganku
“Sementara ini tidak ada. Tapi saya akan menambahkan suplemen karena kondisi janinnya bisa terganggu”
.
Tunggu, janin? Janin siapa? Hamil? Apakah aku hamil? Sepertinya aku salah dengar karena aku masih sering ngelantur. Mungkin Dokter itu mengatakan hal yang berbeda
.
“Janin?” Tanyaku
“Ne. Anda sedang hamil kan? Tunggu. Jangan bilang anda tidak tahu bahwa anda sedang mengandung” Dokter itu tampak terkejut dengan perkataanku
“Jihye… Hamil? Be-berapa bulan Dok?” Kini Chanyeol oppa yang tidak kalah terkejut
“Kandungannya sudah 4 bulan. Selamat tuan Park, sebentar lagi anda akan menjadi appa” Dokter itu menganggap Chanyeol oppa adalah suamiku karena kami datang berdua dengan mesra seperti ini
.
“Tidak mungkin” Sanggahku
“Apa siklus menstruasi anda tidak berhenti beberapa bulan terakhir?”
“Siklus menstruasi saya memang sering tidak normal. Beberapa bulan saya tidak menstruasi, tapi bisa sewaktu-waktu saya menstruasi lagi. Ini tidak mungkin Dok” Mataku mulai berkaca-kaca dan Dokter itu semakin bingung
“Hh… Tuan Park. Apakah tekanan istri anda cukup berat hingga mengganggu siklus menstruasinya seperti itu? Maafkan saya, tapi anda harus merawat istri anda dengan baik” Dokter itu tampak sedikit marah kepada Chanyeol oppa karena mengira Chanyeol oppa yang sebagai “suamiku” malah membuatku stress
“Itu… Emmm…” Chanyeol oppa kehabisan kata-kata dan tidak mampu menyanggah ucapan Dokter itu
.
“Baiklah begini saja. Saya berikan rujukan untuk periksa ke Dokter Kandungan di rumah sakit. Saya jadi khawatir ada masalah pada janinnya karena kehamilan ini belum diketahui. Nyonya Park, apakah 4 bulan terakhir anda mengkonsumsi obat-obatan?”
“N-ne… Saya… Minum obat penghilang rasa sakit, dan… obat anti-depresan. Terkadang kalau saya flu atau merasakan sakit yang lain saya juga minum obat” Jawabku
“Astaga. Semoga tidak ada hal yang membahayakan janin anda ne. Saya akan berikan rujukannya. Kalau bisa besok kalian ke rumah sakit ne”
“Ne Dokter. Kamsahamnida” Jawab Chanyeol oppa yang tidak melepaskan genggamannya sedikitpun dari tanganku
.
Kami pun pulang dengan perasaan yang bercampur aduk. Aku tidak menyangka ada malaikat kecil yang hidup dalam rahimku. Tapi aku masih belum bisa menerima semua ini. Ini tidak benar
.
“Aku tidak mau anak ini” Ucapku lirih
.
.
.
TBC
Voment nya please. Pada suka baca diam2 ya? 😞

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang