Part 30

335 24 0
                                    

~1 Tahun Kemudian~
Aku sedang sibuk dengan dress putihku karena setelah melihat jam ternyata aku sudah hampir terlambat. Aku kesusahan memasang resleting belakangku karena aku memakai baju sambil membantu Jihyun yang baru saja beres aku dandani
.
“Jihyunie diam dulu ya sayang, eomma belum pakai baju dengan benar ini” Aduku kepada anakku yang malah dibalas tawa
“Sudah siap belum sih?” Tanya Baekhyun oppa yang daritadi merapikan jasnya di depan cermin
“Jankanman oppa, aku belum… selesai… pakai baju…” Ucapakan terbata-bata karena berusaha meraih resleting punggungku dengan kedua tanganku yang tidak seberapa panjang ini
“Sini” Baekhyun oppa mendekatiku dan membantu membetulkan resletingku
“Ah akhirnya, gomapta oppa. Aku titip Jihyun sebentar bisa kan? Aku belum pakai make up”
“Tidak lebih dari 15 menit”
“Mwo? N-ne… 15 menit. Aku janji”
.
Aku segera duduk di meja riasku dan mulai memakai make up ku secepat mungkin. Baekhyun oppa lantas menggendong Jihyun yang sudah cantik dengan dress putih senada dengan milikku dan tatanan rambutnya yang juga sudah aku rias sepantas mungkin
.
Kalau Jihyun sudah bersama Baekhyun oppa, dijamin semuanya akan aman. Jihyun akan senang dan tidak meminta yang aneh-aneh. Karena baginya, bisa berduaan dengan appanya itu sudah lebih dari cukup. Ya, cinta pertama Jihyun adalah Baekhyun oppa
.
Aku sudah terbiasa mengaplikasikan make up dan tatanan rambut secepat kilat karena Baekhyun oppa tidak pernah suka dengan sesuatu yang “lamban”. Dia selalu marah kalau aku lamban dalam menyelesaikan sesuatu sehingga mau tidak mau aku terlatih untuk terampil dalam waktu yang cepat
.
“JIHYE-YA!” Panggil Baekhyun oppa dari ruang depan
“NE!!! JANKANMAN-YO!” Balasku juga berteriak dari dalam kamar
.
Aku segera menyelesaikan semua dan berlari keluar kamar. Namun seperti biasanya, aku kembali melihat seisi kamarku untuk melihat apakah ada barang yang tertinggal atau tidak. Setelah aku yakin, baru aku menutup kamarku dan menghampiri Jihyun dan Baekhyun oppa
.
“Aku sudah siap” Ucapku dengan nafas sedikit terengah-engah
“Lihat eommamu, lama sekali dandannya” Sinis Baekhyun oppa
“Kekekek…” Tawa Jihyun seakan mengejekku
“Tolong jangan bersekongkol untuk menyudutkanku”
“Kajja, kita berangkat”
.
Kami bertiga berangkat menuju lokasi pernikahan Chanyeol oppa dan Soobin eonni. Akhirnya setelah perjuangan yang cukup panjang, Chanyeol oppa bisa meyakinkan Soobin eonni untuk menjadi suaminya. Sejujurnya sampai saat ini aku merasa tidak enak dengan Chanyeol oppa. Aku tahu Chanyeol oppa melakukan ini karena aku, agar aku bisa hidup bahagia dengan Baekhyun oppa tanpa ada gangguan dari Soobin oenni
.
Sesampainya disana, Baekhyun oppa terus menggendong Jihyun karena dia tidak ingin Jihyun hilang dibalik kerumunan banyak orang. Aku setuju saja karena memang yang paling aman ya digendong, usia Jihyun juga masih 1 tahun walau sesungguhnya tubuhnya gembul dan membuat Baekhyun oppa sedikit kesusahan jika menggendongnya terlalu lama
.
“Annyeong oppa, eonni” Sapaku kepada kedua mempelai
“Annyeong Jihye-ya, hyung… Aigoo uri Jihyunie neomu yeppo…” Balas Chanyeol oppa sambil mencubit pipi tembem Jihyun
“Chukae Chanyeol-ah, Soobin” Ucap Baekhyun oppa
“Ne, do’akan kami ne hyung”
“Pasti. Semoga kalian bahagia”
“Dan semoga kami cepat memberi Jihyun teman ne. Hehehe…”
“Aigoo jangan terburu-buru Chanyeol-ah, nikmati saja”
.
Hanya Baekhyun oppa dan Chanyeol oppa yang berbicara, Soobin eonni begitu diam sampai akhirnya aku mengajaknya bicara
.
“Eonni, gwenchana?” Tanyaku
“Eoh, n-ne. Nan gwenchana”
“Waeyo? Noona sakit?” Tanya Chanyeol oppa
“A-aniya. Hanya masih… ah sudahlah. Nikmati makanan yang sudah kami sediakan ne”
“Noona…” Rengek Chanyeol oppa masih belum percaya
“Gwenchana. Jeongmal”
.
“Soobin-ah, apa kau menyuruh suamimu memanggilmu noona? Dia pemimpin dan pembimbingmu sekarang. Dan dia adalah pria hebat. Kau harus percaya itu” Sela Baekhyun oppa
.
“Arraseo. Emmm… mian, aku belum menghentikanmu untuk memanggilku noona. Mulai sekarang kau boleh memanggilku dengan sebutan apapun Chanyeol-ah”
“Jinjja? Kalau chagi? Yeobo? Ah, atau baby saja ne. Biar keren”
“Aish kau ini. Ya sudah, aku menurut saja”
.
“Soobin-ah, berbahagialah. Aku yakin kau bisa bahagia” Ucap Baekhyun oppa seakan mengerti apa yang ada di pikiran Soobin eonni
“Mianhae. Aku sudah berdosa padamu, dan juga padamu Jihye. Jeongmal mianhae”
“Kami sudah memaafkanmu”
“Kami juga minta maaf kalau kami punya banyak salah kepada eonni, dan kepada Chanyeol oppa juga” Lanjutku
“Gomapta”
.
Kami tidak mengikuti serangkaian acara sampai selesai karena kami membawa Jihyun. Kami tidak ingin Jihyun kelelahan karena harus pulang terlalu malam. Sesampainya di rumah, Jihyun yang sudah tertidur langsung direbahkan di tempat tidur kamarnya oleh Baekhyun oppa lalu aku mengganti bajunya. Selanjutnya tentu kami harus membersihkan diri kami sebelum tidur juga
.
Belum sempat aku membuka resleting bajuku, tiba-tiba Baekhyun oppa sudah memelukku dan mendorongku ke tempat tidur. Dia mengunci pergerakanku lalu menciumiku tanpa permisi
.
“Oppa kita mandi dulu saja”
“Eoh, biar kulepas bajumu. Sini”
.
Tidak ada kekerasan, kami rasa kami sudah menjadi suami istri yang normal sekarang. Baekhyun oppa tidak bisa merubah sifat kerasnya 100% tapi aku bersyukur dia hanya marah ketika aku melakukan kesalahan yang jelas. Tidak seperti dulu
.
“Ah jankanman, aku ingin bicara” Ucap Baekhyun oppa
“Ne”
“Aku ingin membuka klinik, agar aku tidak tergantung di rumah sakit. Otte?”
“Tapi… nanti oppa semakin sibuk”
“Ini demi keluarga kita. Aku ingin masa depan Jihyun terjamin kalau aku bekerja lebih keras”
“Bagaimana dengan Jihyun dan… aku? Kami jadi kekurangan waktu dengan oppa. Apalagi Jihyun, pasti dia sangat sedih kalau jarang bermain dengan oppa. Dia juga harus rutin pengobatan kan? Dia butuh semangat”
“Kau bisa membantuku kan? Kau percaya padaku kan?”
“Emmm… oppa yakin?”
“Aku yakin”
“Baiklah, kalau oppa yakin aku juga yakin”
.
.
Beberapa bulan berlalu, akhirnya Baekhyun oppa memiliki klinik sendiri. Selama ini Baekhyun oppa bekerja di rumah sakit dengan waktu penuh, namun saat ini dia menata waktunya untuk di rumah sakit dan di klinik. Walau ujung-ujungnya dia tetap sering pulang malam karena pasien di kliniknya tidak begitu bisa dikontrol tidak seperti pasien di rumah sakit. Dia juga harus mengurusi administrasi klinik walau dia sudah merekrut pegawai yang ahli di bidangnya
.
Pagi ini aku tidak langsung bangun. Aku ingin berbicara dulu dengan Baekhyun oppa sebelum aku ke kamar mandi dan membuatkan sarapan
.
Aku mengusap kening Baekhyun oppa, melihat wajah lelahnya yang saat ini sudah tidak menakutkan bagiku. Aku tahu dia pasti kelelahan tapi aku yakin dia pasti bisa menjalankannya dengan baik karena tekadnya sudah bulat untuk membahagiakan keluarganya
.
Aku belum pernah melakukan saran appa untuk mencium kening suamiku saat pagi hari. Sepertinya pagi ini aku ingin mencobanya. Semoga Baekhyun oppa tidak marah
.
Chup
Satu kecupan dariku yang sepertinya tidak berhasil membuatnya bangun. Akhirnya aku mencium lagi untuk kedua kalianya. Namun bahkan sampai kecupanku yang ketiga kalianya, Baekhyun oppa tidak kunjung membuka matanya. Aku mulai kesal dan akhirnya sedikit memukul pipinya
.
“Hh… kau marah ya?” Tanya Baekhyun oppa sambil tersenyum remeh dengan mata yang masih tertutup
“Mwo? Jadi oppa sebenarnya sudah bangun?”
“Aku bahkan sudah bangun lebih dulu darimu” Baekhyun oppa membuka matanya dan melihatku dengan tatapan mengejek
“Menyebalkan” Rajukku
“Hehehe… Apa itu tadi? Kau menciumku?”
“Mian”
“Aku suka. Bisakah kau terus melakukan itu?”
“Aku juga mau”
“Aigoo, kau tidak mau kalah rupanya” Chup… Akhirnya Baekhyun oppa mencium keningku sama seperti yang aku lakukan
.
“Aku tadi mencium oppa 3x, oppa juga harus menciumku 3x”
“Yakin? Mau 3x? Kau kuat menahannya 3x?”
“Omo… Mau dibawa kemana arah pembicaraan ini? Sudah sudah lupakan”
“Hehehe… Aku mau mandi dulu ne”
“Jankanman. Oppa, hari ini jadwal Jihyun check up. Oppa bisa menemani kami kan?” Tanyaku
“Aku sangat sibuk hari ini. Lagipula hari ini masih konsultasi dengan dokter anak lalu cek laboratorium dulu kan? Aku akan memeriksa hasil labnya besok”
“Jadi… oppa tidak bisa menemani kami lagi?”
“Kan besok Jihyun akan kuperiksa. Sama saja kan?”
“Bagaimana caraku berbicara dengan Jihyun? Bulan lalu Jihyun marah bahkan sampai ngambek tidak mau cek lab karena oppa tidak menemaninya”
“Umurnya sudah hampir 3 tahun, dia sudah pandai mengeluarkan emosi. Wajar dia suka uring-uringan. Biar aku nanti yang bicara”
“Aku heran. Bahkan saat dia masih bayi saja dia mudah mengerti dengan perintah oppa. Tapi aku sedikit kesusahan saat memberi pengertian kepadanya. Aneh”
“Karena Jihyun anakku, dan aku adalah cinta pertamanya. Hehehe…”
“Dia juga anakku kan?”
“Aigoo kau cemburu lagi rupanya. Sudah, buatkan kami sarapan. Nanti biar aku yang memandikan dan menyiapkan Jihyun sebelum aku berangkat”
“Ne”
.
Aku memasak dan menyiapkan makanan untuk Jihyun. Aku berhasil memberi ASI eksklusif untuk Jihyun dan melanjutkan sampai usianya 2 tahun. Dan sampai saat ini, aku tetap harus memilih makanan yang tepat untuk menunjang tumbuh kembangnya dan membantu menjaga imun tubuhnya. Jihyun memiliki jantung yang sedikit berbeda dengan orang lain. Kami tidak bisa mengelak lagi bahwa Jihyun memiliki kelainan jantung bawaan. Tapi kami bertekad agar Jihyun tetap sehat dan bisa hidup normal seperti anak-anak yang lainnya sampai dia dewasa nanti
.
Karena aku sudah selesai menyiapkan sarapan, aku mengintip kegiatan appa dan anak yang sepertinya asyik di dalam kamar itu. Baekhyun oppa memang sangat telaten dalam memperlakukan Jihyun. Mulai dari memandikan, memakaikan baju sampai mengganti popok
.
Kami saling membantu satu sama lain walau tugas utama mengurus rumah dan Jihyun tetap berada di tanganku, tapi Baekhyun oppa mau membantu jika aku kerepotan. Tapi kalau Baekhyun oppa kelelahan atau sedang tidak mood, aku tidak akan berani meminta tolong kepadanya, bisa-bisa dia marah lagi seperti orang kesurupan
.
“Cha… kita ganti baju. Hana… Dul… Set… Ci luk ba…” Canda Baekhyun oppa kepada Jihyun
“Appa…” Teriak Jihyun
“Aigoo kau semakin tembem ya? Ini kenapa bajunya tidak bisa di lepas?” Baekhyun oppa bercanda dengan cara tidak melepaskan baju Jihyun yang masih tersangkut di kepalanya
“Andwe… appa!!!” Teriak Jihyun sambil merengek karena merasa bajunya tersangkut dan wajahnya tertarik
“Hahaha… arraseo arraseo appa lepaskan”
“Appa nakal” Ucap Jihyun dengan masih sedikit cadel
“Appa nakal? Bukannya Jihyun yang nakal?”
“Aniya”
“Jinjja?”
“Ne!”
“Kalau begitu nanti periksa bersama eomma saja tidak apa-apa kan?”
“Appa?”
“Appa harus bertemu pasien yang lain. Besok giliran Jihyun yang bertemu appa. Jihyun mengerti kan?”
“Jihyun mau appa”
“Jihyunie nanti periksa bersama eomma. Eomma dan appa itu sama saja. Jihyun tidak boleh nakal, arraseo?”
“Ne…” Jawab Jihyun seakan ingin menangis
“Uljima. Appa tidak suka punya anak yang cengeng. Jihyun harus jadi anak yang pintar”
“Ne appa”
.
Suamiku cukup tegas dalam mendidik Jihyun. Terkadang aku kasihan jika Baekhyun oppa harus memperlakukan Jihyun cukup keras. Namun itulah caranya untuk membentuk karakter Jihyun kedepannya. Aku menurut saja karena sejujurnya aku tidak ingin Jihyun terlalu polos seperti aku, ah lebih tepatnya aku tidak ingin Jihyun bodoh seperti aku
.
Aku selalu luluh ketika Jihyun mengeluarkan jurus andalannya jika ngambek, yaitu menangis. Namun tidak dengan Baekhyun oppa, dia sangat tegas dan selalu berhasil membuat Jihyun tidak berani merengek kepadanya. Sehingga ujung-ujungnya Jihyun akan merengek kepadaku
.
“Jihye-ya, berdirilah dengan benar” Titah Baekhyun oppa
“Wae?”
“Tarik bajumu”
“Mwo? Apa sih maksud oppa?”
“Lakukan perintahku”
“N-ne”
“Kau hamil lagi? Kau tampak lebih gemuk”
“MWO? JINJJA???”
.
TBC

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang