Part 9

283 22 8
                                    

Entah mengapa aku mulai terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Aku juga ingin memiliki anak, aku juga ingin seperti mereka yang memang mesra dan memiliki hubungan yang baik dengan suaminya. Tapi apa mereka tidak bisa bertanya tanpa harus menghakimiku seperti itu? Seolah-olah aku tidak sehat dan tidak ingin memiliki anak
.
Setelah acara bakti sosial selesai, aku segera menghubungi Baekhyun oppa. Aku menunggu bersama Yonghwa karena Yonghwa juga dijemput oleh Dokter Kim. Kami berdua duduk di ruang depan yayasan itu sambil memandangi beberapa anak yang masih bisa aktif berlarian
.
“Jihye-ssi. Boleh aku bertanya sesuatu?” Tanya Yonghwa mengawali pembicaraan
“Ne, waeyo?”
“Aku melihat ada yang aneh dengan kau dan Dokter Byun”
“Aneh? Aneh apanya?”
“Memang aku melihat kalian berdua sangat mesra dan bahkan sangat serasi di mataku. Tapi aku melihat ada yang janggal. Mata kalian tidak saling bicara, kalian canggung”
“Ah… itu mungkin hanya pemikiranmu saja. Hehehe…”
“Emmm… iya juga sih. Tapi hubunganmu dengan Dokter Byun baik-baik saja kan?”
“Kalau tidak baik pasti Baekhyun oppa tidak akan memperlakukanku seperti tadi. Benar kan?”
“Benar juga ya. Hehehe… Eh itu Minseok oppa sudah datang, aku pulang dulu ne” Ucap Yonghwa sambil menunjuk sebuah mobil yang baru saja tiba di depan yayasan
“Eoh, ne. Hati-hati”
“Annyeong”
.
Ah, sepertinya aku dan Baekhyun oppa tidak pandai berakting. Atau memang karena tidak ada kejujuran dari dalam hati kami sehingga topeng kami sangat terlihat di mata orang? Entahlah. Andai saja aku masih bisa membicarakan ini dengan Chanyeol oppa, pasti aku tidak segalau ini sekarang
.
Tin tin…
Aku yang sedang melamun tidak sadar akan kehadiran Baekhyun oppa yang ternyata sudah sampai di depan pintu gerbang yayasan. Aku segera berlari dan memasuki mobil Baekhyun oppa. Aku akan pulang ke rumah, sedangkan Baekhyun oppa akan melanjutkan pekerjaannya di rumah sakit
.
“Emmm… oppa. Bolehkah aku menanyakan sesuatu?”
“Mwo?” Timpalnya dengan suara rendah dan dinginnya
“Seharian ini… Bahkan sudah sering sih. Aku selalu ditanyai tentang kapan kita punya anak. Aku mulai terganggu dengan pertanyaan itu”
“Tinggal jawab seperti yang kulakukan tadi saja apa susahnya”
“Ne. Tapi aku sangat terganggu. Mereka seakan menghakimiku oppa. Aku tidak nyaman”
“Kenapa kau malah memikirkan mereka?”
“Aniya, hanya saja. Aku tidak suka ditanyai seperti itu”
“Itu pertanyaan biasa Jihye-ya! Apa yang harus kau pusingkan?! Aish diamlah kau. Jangan membuatku pusing. Jangan bicara lagi” Baekhyun oppa mulai naik pitam dan dia membentakku lagi
“N-ne oppa… Mian” Nyaliku kembali menciut. Sepertinya keadaan belum berubah jika Baekhyun oppa masih seperti ini
.
Setelah aku sampai di rumah, aku menyibukkan diriku dengan menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah yang belum selesai seperti menyetrika dan mengepel lantai. Rasa-rasanya pekerjaan rumah ini memang melelahkan dan tidak ada ujungnya. Baru saja selesai mencuci baju, sudah ada baju yang harus disetrika. Baru selesai setrika, sudah ada baju kotor yang harus dicuci. Debu dan kotoran juga tidak pernah berhenti mengotori rumah kami sehingga aku harus rutin menyapu, mengepel dan mengelap beberapa perabotan rumah kami
.
Matahari mulai terbenam. Aku memulai untuk memasak. Hari ini aku memasak lebih leluasa karena aku baru saja berbelanja kemarin. Untuk bahan makanan segar, aku membelinya secara online setiap pagi dan tentu saja sudah atas persetujuan Baekhyun oppa
.
Saat aku baru selesai memasak, kudengar mobil Baekhyun oppa memasuki garasi. Ternyata Baekhyun oppa pulang cepat hari ini. Aku lupa belum menyiapkan baju gantinya sehingga aku berlari menuju kamar untuk menyiapkan bajunya. Belum sampai di depan kamar, aku memutar tubuhku dan kembali berlari menuju dapur karena lupa belum mematikan kompor. Dengan energi yang tersisa dan nafas yang sudah diujung tanduk, aku segera berlari menuju kamar sebelum Baekhyun oppa memasuki kamar dan marah-marah karena bajunya belum kusiapkan
.
Cklek…
Baekhyun oppa membuka pintu kamar tepat setelah aku baru selesai meletakkan baju gantinya di kasur
.
“Oppa? Sudah pulang? Tumben pulang cepat”
“Kau tidak suka kalau aku pulang cepat?”
“Aniya, bukan seperti itu. Hehehe… Mau langsung mandi?”
“Hm, aku mau ganti handuk, dimana handukku yang berwarna biru?”
“Ah, ada di ruang cuci baju dan setrika, mau kuambilkan?”
“Biar kuambil sendiri”
.
Ada beberapa baju yang kucuci tadi sore sehingga aku belum sempat memasukkan beberapa sisanya yang sudah selesai kucuci. Aku bernafas lega karena Baekhyun oppa tidak melihatku yang baru saja menyiapkan bajunya. Aku merebahkan tubuhku ke tempat tidurku karena punggungku terasa kaku dan tegang saat ini
.
“YAISH! YAK! JIHYE! KESINI KAU!!!!!” Teriak Baekhyun oppa yang membuat jantungku serasa berhenti berdetak
.
Aku segera berlari ke ruang cuci dan setrika. Saat aku sampai di pintu ruangan itu, aku melihat Baekhyun oppa berdiri di dekat mesin cuci dan sontak aku melihat lantai yang masih basah dengan beberapa busa dari deterjen. Ternyata aku lupa belum membersihkan sisa pembuangan limbah cuci baju tadi sore dan alhasil lantai sekitar mesin cuci pun licin
.
“Ceroboh sekali kau ini. Kau ingin membuatku celaka? HAH?!” Murka Baekhyun oppa dengan tatapan mata tajam yang sangat menakutkan
“A-aniya oppa… Mianhae…” Aku hanya bisa menunduk, aku takut melihat wajah Baekhyun oppa yang memerah karena dia benar-benar marah. Akupun menahan tangisku sambil meremas bajuku dengan kedua tanganku
“Apa sih yang tidak kau kacaukan? HAH?!” PLAK…
“Akh…”
.
Baekhyun oppa kembali menamparku membuat air mataku sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku memegangi pipiku yang terasa panas akibat tamparan dari tangan indahnya
.
“Sekali saja kau tidak membuatku marah bisa tidak sih?” Baekhyun oppa melangkahkan kakinya mendekatiku dan menjambak rambut panjangku
“Akh… Sakit oppa. Ampun”
“Sudah berapa kali kau minta ampun tapi kau tidak memperbaiki sikapmu! Dasar bodoh!” Baekhyun oppa menghempaskan tubuhku sampai aku limbung di lantai yang masih basah itu
.
Aku masih terdiam dan menangis sedangkan Baekhyun oppa berjalan meninggalkanku menuju kamar. Dia membanting pintu kamar dengan kencang sampai aku terhentak membuat air mataku semakin mengalir deras
.
“Hiks… Chanyeol oppa. Tolong aku. Aku takut. Hiks…” Perlahan aku bangun walau kepalaku cukup sakit akibat jambakan dari Baekhyun oppa. Tubuhku juga sedikit nyeri karena aku terjatuh
.
Aku mengambil bajuku yang ada di ruangan cuci dan setrika itu karena aku tidak berani memasuki kamar. Aku mengganti bajuku yang basah dengan baju yang kering. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku mencoba menghubungi Chanyeol oppa. Untung saja ponselku selamat dan tidak terkena air
.
Aku tahu Chanyeol oppa tidak akan membalas pesanku jadi aku langsung mencoba menelfonnya. Beberapa kali kucoba namun hasilnya nihil. Chanyeol oppa tidak menjawab telfonku. Sudah beberapa kali kutinggalkan mail box namun tetap tidak ada balasan
.
Aku menyerah. Aku berjalan menuju dapur dan menyiapkan makan malam untuk Baekhyun oppa. Aku menunggu disana sampai malam semakin larut tapi Baekhyun oppa tidak kunjung keluar kamar. Aku takut jika dia terlambat makan maka akan berdampak buruk pada kesehatannya karena dia sangat sibuk. Aku memang sakit hati dengan perlakuan Baekhyun oppa yang kasar namun bagaimanapun juga dia adalah suamiku. Dia melakukan semua itu karena lelah dan aku memang berbuat salah
.
Aku mengambil minuman serta satu porsi makanan lengkap dan kuletakkan di nampan. Kubawa nampan itu ke kamar. Baekhyun oppa ternyata sedang sibuk di meja kerjanya. Aku menata nafasku untuk bersiap berbicara dengan Baekhyun oppa
.
“Oppa… Aku minta maaf atas kecerobohanku hari ini. Maafkan aku karena aku baru mengerjakan semua setelah pulang dari yayasan jadi aku sedikit lelah. Sekarang oppa makan dulu ne, agar oppa tidak sakit” Ucapku memberanikan diri melihat Baekhyun oppa yang ternyata sama sekali tidak melirikku
“Kau masih mencari pembenaran rupanya. Kau itu salah”
“Ne oppa. Aku memang salah. Aku minta maaf”
.
Sejenak Baekhyun melirikku dengan tatapan tajamnya lagi. Hanya sebentar lalu dia kembali menatap laptop dan beberapa kertasnya itu
.
“Bawa keluar makanan itu”
“Tapi oppa harus makan”
“Aku tidak mau”
“Nanti oppa bisa sakit”
“Kau menyumpahiku? Cepat bawa keluar makanan ini! Aku sibuk Jihye!”
“N-ne oppa… Mianhae”
.
Aku membawa nampan itu kembali ke dapur dengan tubuh gemetar. Aku pun tidak nafsu makan dan akhirnya aku juga tidak memakan makanan itu. Aku lelah, tubuhku lebih lemas karena kejadian hari ini. Dan jangan lupa tentang jambakan, tamparan serta tubuhku yang terhempas tadi. Aku ingin tidur, aku ingin merebahkan tubuhku di atas kasur yang nyaman. Tapi aku terlalu takut untuk kembali ke kamar
.
Aku ingin tidur di kamar tamu, tapi kalau aku membuat keputusan yang tidak biasa bisa-bisa Baekhyun oppa semakin marah. Akhirnya aku memberanikan diri memasuki kamar dan langsung tidur memunggungi Baekhyun oppa yang sepertinya selalu kulakukan selama ini
.
Aku mengantuk tapi aku sama sekali tidak bisa tidur. Aku tidak tahu sudah jam berapa saat ini. Tapi kudengar Baekhyun oppa mulai beranjak dari meja kerjanya. Biasanya aku merasakan Baekhyun oppa berbaring di belakangku namun tidak untuk saat ini
.
Aku mendengar suara langkah kaki menjauh dariku dan mendekati pintu. Aku sedikit membuka mataku dan ternyata Baekhyun oppa sedang berjalan keluar kamar. Ah mungkin dia hanya haus. Atau mungkin lapar? Biar saja dia makan karena masih ada 1 porsi makanan di meja makan. Sisanya kumasukkan ke kulkas agar bisa kumakan besok. Iya, aku sendiri yang memakannya karena pasti Baekhyun oppa tidak mau makan makanan sisa
.
Hampir 1 jam aku tidak merasakan Baekhyun oppa kembali ke kamar. Kubuka mataku dan ternyata tidak ada siapapun di sampingku. Kemana Baekhyun oppa? Aku bangkit dan dengan sangat pelan beranjak dari tempat tidurku lalu keluar kamar. Kulihat sekeliling rumah dan tidak terlihat siapapun. Pikiranku langsung tertuju ke kamar tamu. Aku menuju ke kamar tamu dan membuka pintu kamar itu dengan sangat pelan
.
Ya, Baekhyun oppa tidur di kamar tamu. Oh Tuhan, sampai kapan aku harus hidup dalam keadaan seperti ini? Aku ingin hidup normal Tuhan. Hiks…
.
.
.
TBC
Voment please 🙏

Love and Lie #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang