Beberapa hari berlalu, aku mulai merasakan perbedaan pada Baekhyun oppa. Dia tidak mudah marah dan lebih sering bicara padaku. Walau masih terasa dingin namun ini sudah lebih baik. Aku tidak takut lagi. Tapi aku tidak bisa bohong bahwa bayang-bayang Chanyeol oppa masih menghiasi pikiranku
.
Perilakunya yang santun, baik, ceria, dan selalu memberi perhatian kepadaku tidak bisa semerta-merta aku lupakan. Bahkan aku masih merindukannya. Aku tahu aku tidak boleh merasakan hal ini. Tapi semuanya sudah terjadi dan aku menyesal karena membiarkan Chanyeol oppa masuk terlalu jauh dalam hidupku
.
“Jihye-ya. Besok ada pertemuan istri dokter lagi. Apa kau mau ikut?” Ini adalah pertama kalinya Baekhyun oppa menawarkan sesuatu. Biasanya Baekhyun oppa hanya langsung memerintah tanpa meminta pendapatku dulu
“Apa… semuanya… sudah tahu tentang…”
“Mereka hanya tahu kau tidak sehat beberapa minggu terakhir. Dan mereka tahu kau hamil”
“Emmm…”
“Kau tidak mau datang?”
“Ani… aku… sebenarnya ragu”
“Ya sudah tidak usah datang”
“Gwenchana? Aku boleh tidak datang?”
“Kau bilang kau ragu?”
“Ne… tapi…”
“Putuskan sekarang, mau datang atau tidak?”
“Aku belum siap”
“Geurae. Aku nanti pulang cepat”
“Ne oppa. Hati-hati”
“Ah iya, minum vitaminmu”
“Ne oppa aku tidak akan lupa”
.
Mendapat perhatian yang seperti itu saja sudah membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan semakin aku merasa tersanjung, janin dalam rahimku pun seakan bersorak gembira. Pergerakannya sangat aktif namun tidak menyakitkan seperti sebelumnya
.
Minseok oppa bilang bayiku sangat aktif namun kondisi fisikku cukup lemah sehingga bisa mempengaruhi kandunganku. Aku harus ekstra hati-hati mulai sekarang
.
Beberapa bahan makanan sudah habis, Baekhyun oppa menyuruhku membeli secara online saja namun karena tidak banyak yang bisa kukerjakan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi keluar saja
.
Aku mempersiapkan diri dan hendak pergi menggunakan taxi. Namun tiba-tiba langkahku terhenti, aku tidak boleh melanjutkan kebiasaanku pergi tanpa pamit. Aku harus meminta izin dulu kepada suamiku mulai sekarang
.
(Telfon)
“Yeoboseyo?”
“Wae?”
“Oppa… apa aku boleh pergi?”
“Kemana?”
“Ke supermarket. Belanja bahan makanan”
“Aku sudah bilang beli online saja”
“Aku ingin keluar, pekerjaan di rumah sudah selesai”
“Tidak boleh”
“Hanya sebentar kok”
“Sendirian?”
“Ne. Naik taxi”
“Kau tidak membohongi aku kan?”
“Aniya… Jankanman, maksud oppa…”
“…”
“A-aniya. Aku tidak pergi bersama Chanyeol oppa”
“Tunggu aku. Kuantar kau ke supermarket”
“Jinjja? Tapi… bagaimana dengan pekerjaan oppa?”
“Tunggu di rumah. Jangan keluar sendiri”
“Ne oppa”
-----
.
Aku tidak tahu harus senang, bingung atau malah takut. Ini pertama kalinya Baekhyun oppa menawarkan bantuan saat aku harus berbelanja seperti ini. Aku rasa aku suka. Dan tentu saja anak kami juga sangat menyukainya
.
Baekhyun oppa menjemputku dengan mobilnya dan kami pergi ke supermarket bersama untuk pertama kalinya. Setiap tatapan mata orang-orang yang berada di sekitar kami menunjukkan kebahagiaannya melihat kami yang “tampak” kompak dan serasi
.
“Oppa mau aku masakkan apa?” Tanyaku
“Samgyetang saja”
“Oppa sedang sakit?”
“Ani. Wae?”
“Terakhir kali oppa ingin samgyetang ternyata oppa sedang sakit”
“Aku hanya lelah dan ingin relax saja kali ini”
“Geurae, akan kumasakkan samgyetang nanti malam”
“Siang ini kita makan di luar saja”
“Oppa tidak harus cepat kembali ke rumah sakit?”
“Sebentar lagi jam istirahat, sekalian saja”
“Hm, aku mau” Jawabku dengan senyum renyahku
.
Aku bahagia, aku sangat bahagia. Ya Tuhan, andai Baekhyun oppa bisa mencoba menerimaku seperti ini sejak dulu, mungkin aku tidak akan merasakan sakit seperti kemarin. Kami berjalan berdua namun kami belum terbiasa bergandengan tangan sehingga kami sama-sama hanya memegang pegangan trolly belanjaan kami. Dan… Ngomong-ngomong, tiba-tiba saja aku terfikirkan sosok wanita yang kemarin sempat bersama Baekhyun oppa. Appa bilang namanya Soobin, aku jadi penasaran siapa dia sebenarnya
.
Kami makan di salah satu resto terdekat. Baekhyun oppa menyuruhku makan dengan jumlah yang banyak namun terkadang masih terasa mual. Untung saja kali ini aku tidak mual sehingga aku bisa menghabiskan makananku dengan bangga karena aku tidak mengecewakan Baekhyun oppa
.
Setelah Baekhyun oppa mengantarku pulang, aku istirahat sebentar lalu memulai proses memasak samgyetang. Memang sedikit melelahkan, namun aku melakukannya dengan hati yang senang. Beberapa kali anakku menendang perutku dengan cukup keras membuatku sempat membungkuk karena nyeri. Namun rasanya tidak sesakit saat aku bersama Chanyeol oppa. Aku benar-benar heran dengan anak ini, karena seolah dia ingin menyatukan appa dan eommanya
.
Malam pun tiba, Baekhyun oppa sudah pulang sejak sore dan saat ini kami sedang menyantap makan malam kami. Baekhyun oppa terlihat sangat lahap memakan makanan favoritnya itu. Aku tersenyum puas karena aku berhasil membuat suamiku senang
.
“Uhuk uhuk…” Aku terbatuk bukan karena tersedak, namun lagi-lagi bayiku menendang
“Gwenchana?” Tanya Baekhyun oppa sedikit panik
“Dia menendang lagi. Sangat kencang”
“Dia?”
“Anak oppa”
.
Baekhyun oppa memandangi perut buncitku namun tangannya tetap diam, seolah tidak berani memegang perutku
.
“Coba oppa rasakan. Dia ingin oppa menyentuhnya” Ucapku sambil meletakkan tangan Baekhyun oppa ke perutku
“Astaga” Baekhyun oppa terkejut karena memang saat itu juga anakku menendang lagi
“Hihihi… dia sangat kuat” Ucapku sambil terkekeh
“Apa dia laki-laki? Kenapa dia menendang kencang sekali? Apa kau tidak kesakitan?”
“Sedikit. Tapi ini sudah jauh lebih baik daripada…” Ucapanku menggantung karena aku takut Baekhyun oppa marah jika aku membahas tentang Chanyeol oppa lagi
“Besok kita temui Minseok hyung”
“Wae? Jadwal check up ku kan minggu depan saat masuk usia 6 bulan”
“Aku ingin tahu jenis kelamin anakku”
“Lebih baik kita tidak melihat itu agar menjadi kejutan saat bayi ini lahir”
“Aku ingin mengetahuinya Jihye. Besok kita temui Minseok hyung. Kau harus mau. Arraseo?”
“N-ne oppa”
.
Aku harus menurut apa yang diperintahkan oleh Baekhyun oppa. Toh memang tidak ada ruginya mengecek jenis kelamin anak kami. Alasanku tidak ingin mengeceknya dulu adalah karena aku masih takut menerima kenyataan bahwa aku akan memiliki anak dari Baekhyun oppa. Namun sepertinya aku harus membuang jauh pikiran itu
.
Keesokan harinya aku ikut Baekhyun oppa bekerja sekaligus mengecek kondisi kandunganku walau saat ini memang belum waktunya aku cek rutin
.
“Aigoo… ada apa ini? Bukannya kalian harus kembali saat usia kandunganmu 6 bulan? Memangnya sudah 6 bulan ya?” Tanya Minseok oppa
“Aku ingin tahu jenis kelamin anakku, Dok”
“Apa kau sudah berdiskusi dengan istrimu? Tak apa kalau kalian tidak ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian sebelum lahir. Banyak suami istri yang juga memutuskan seperti itu kok”
“Sudah. Jihye sudah setuju”
“Benar Jihye?”
“Ne? N-ne… saya setuju” Jawabku sedikit terkejut
“Geurae, berbaringlah di ranjang itu”
.
Ternyata aku merasa sangat gugup saat ini karena hari ini aku akan mengetahui jenis kelamin anak yang sedang kukandung. Aku memperkirakan anak ini adalah laki-laki, mengingat keaktifannya yang bahkan sempat membuatku masuk rumah sakit
.
“Dok, apa anakku baik-baik saja? Dia bergerak sangat kencang bahkan aku sendiri bisa merasakannya. Dan… keadaan Jihye yang dulu sempat kram cukup parah, apa itu bukan karena bayinya? Lalu sampai kapan Jihye harus seperti itu? Apa Jihye harus kesakitan seperti itu sampai dia melahirkan” Tanya Baekhyun oppa yang ternyata menyimpan banyak kekhawatiran
“Hh… Jihye-ya, lihat suamimu. Aku sampai bingung harus menjawab bagaimana. Bahkan aku belum mulai memeriksamu” Canda Minseok oppa mengalihkan pembicaraan
“Aish, cepatlah periksa istriku dan tolong lihat kondisi anakku”
.
Aku yang awalnya gugup kini menjadi lebih tenang karena mengetahui bahwa suamiku ternyata memiliki kekhawatiran sejauh itu. Aku senang karena Baekhyun oppa memperhatikanku. Walau menurutku pasti alasan utamanya adalah anaknya yang sedang kukandung ini
.
“Jihye-ya, menurutmu… apa jenis kelamin anakmu?” Tanya Minseok oppa sambil masih melihat monitor dan mengusapkan alat USG pada perutku
“Emmm… laki-laki mungkin?”
“Wae?”
“Karena pergerakannya sangat kuat. Saya benar-benar kewalahan bahkan untuk berdiri saja susah. Padahal usia kandungan saya belum lebih dari 5 bulan”
“Kuharap kau bisa sabar dan percaya pada anakmu ne untuk 4 bulan kedepan. Ini tidak akan mudah”
“Maksud… dokter?”
“Anakmu perempuan, tapi dia memiliki bentuk tubuh yang cukup besar. Perkembangannya cukup pesat namun kondisi rahimmu cukup lemah. Kau harus banyak berisitirahat. Kalau anakmu mulai berulah, kau harus diam, relax dan atur nafas serta emosimu. Arraseo?”
“Ne dokter”
.
“Perempuan tapi bisa sekuat itu? Apa tidak bahaya?” Sela Baekhyun oppa
“Tidak bahaya. Malah bagus kalau dia aktif. Ah iya, nanti akan kuberikan rujukan kepada ahli gizi untuk mengatur pola makan Jihye. Dia sedikit terlalu kurus untuk bayi sebesar ini”
“Syukurlah… aku cukup lega”
“Banyak-banyaklah berdo’a Baekhyun-ah. Dan ingat, jangan buat Jihye stress”
“Kau mau menyindirku lagi?”
“Mwoya? Apakah seorang Dokter Byun menjadi sesensitif ini sejak istrinya hamil? Hehehe…”
“Aish geumanhae…”
“Hahaha… ajaklah istrimu jalan-jalan. Membeli perlengkapan bayi mungkin? Kau belum pernah mengajaknya pergi kan?”
“…”
“Hh… geurae, lakukan yang terbaik Baekhyun-ah. Kau pasti bisa. Dan Jihye, kau harus semangat. Segala kemungkinan masih bisa terjadi baik atau buruk. Jadi kita harus menjaganya”
“Ne dokter” Jawabku
.
Baekhyun oppa mengantarku kepada ahli gizi lalu setelah mendapat saran makan, Baekhyun oppa segera mengantarku pulang karena dia harus melanjutkan pekerjaannya. Aku mulai merasa kasihan karena beberapa kali dia harus menghentikan pekerjaannya hanya untuk mengantarku. Aku harus berterima kasih kepadanya dengan cara melayaninya dengan baik di rumah
.
Sesampainya di rumah, aku membereskan beberapa pekerjaan rumah lalu istirahat. Aku mulai memasak sore hari. Aku membeli mochi kesukaan Baekhyun oppa sebelum dia pulang. Aku harap dia menyukainya
.
Sampai malam tiba, Baekhyun oppa tidak kunjung pulang. Aku mulai khawatir, apakah pekerjaannya sedang menumpuk? Atau ada kejadian yang tidak diinginkan? Atau malah Baekhyun oppa bertemu lagi dengan Soobin? Astaga… kenapa pikiran-pikiran ini selalu muncul? Aku tidak boleh curiga kepada suamiku, dia bekerja keras untukku dan anak kami. Ya… Dia tidak akan selingkuh lagi
.
Aku menunggunya di ruang tamu dan tidak terasa aku tertidur. Sampai akhirnya aku merasa ada yang memanggilku sambil mengusapkan tangannya di kepalaku
.
“Jihye-ya, bangunlah” Ucapnya sangat lembut membuatku tidak ingin bangun karena suaranya begitu nyaman
“Jihye… Maaf aku tidak mengabarimu kalau aku pulang larut” Ucapnya lagi. Astaga, ini suara Baekhyun oppa. Kenapa aku sangat terlena dengan suara lembut itu?
.
“Astaga. Mianhae oppa. Aku ketiduran” Ucapku
“Gwenchana. Pindahlah ke kamar”
“Oppa sudah makan? Aku sudah memasak”
.
Sekilas Baekhyun oppa menolehkan kepalanya ke arah meja makan melihat makanan-makanan itu lalu dia menghelakan nafasnya
.
“Mian. Tapi aku benar-benar tidak nafsu makan. Tadi aku harus mendampingi operasi dan aku sangat lelah. Aku ingin tidur”
“Emmm… kalau makanan itu aku simpan dan kuhangatkan untuk besok bagaimana?”
“Hm, tak apa. Aku ke kamar dulu ne”
“Ne oppa”
.
Baekhyun oppa terlihat kelelahan. Dia sangat lemas. Bajunya lusuh dan wajahnya sedikit pucat. Setelah aku membereskan makanan itu, aku segera memasuki kamar dan melihat Baekhyun oppa duduk di kursi kerjanya sambil memijat pelipisnya
.
“Mau… aku pijit?”
“Tidurlah”
“Gwenchana. Aku sudah sempat tertidur tadi”
.
Tanpa banyak bicara, Baekhyun oppa menghampiriku di tempat tidur dan duduk di sebelahku. Kupikir dia akan tidur di tempatnya ternyata dia malah tidur di pangkuanku lalu mengusap perutku sambil memejamkan matanya
.
“Boleh begini kan?”
“Tentu saja”
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie #wattys2019
FanfictionAku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya mencari ketenangan. Apa itu cinta? Bagaimana rasanya rindu? Apakah itu yang dinamakan cemburu? Lalu...