Seperti biasa, Bayu memasuki kampus tanpa semangat macam apa pun. Tidak ada niat untuk belajar. Dia hanya datang ke kampus untuk menghindari rumah selama mungkin. Tidak ada alasan lain selain itu.
Bayu berjalan menuju kelas mata kuliah Telaah Drama Inggris. Bayu betul-betul muak. Segala paket yg dihidangkan dalam mata kuliah, baik dosen, diktat, maupun Shakespeare membuatnya sakit perut seketika. Selama dua tahun ini, Bayu menyesali seluruh kehidupan perkuliahannya.
Bayu membuka pintu kelasnya dengan malas. Begitu menampakkan diri, Pak Agus, sang dosen lah yang pertama kali terlihat. Bayu menatapnya sebal sesaat lalu memtutuskan untuk mencari tempat duduk paling belakang, yang paling memungkinkannya untuk tidur dengan nyaman. Tapi sebelum Bayu sempat bergerak, Pak Agus menghalanginya.
"Look who's coming?" katanya sinis sambil memindai Bayu dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Worn out t-shirt, refugee-like pants, dog necklace... So a next generation. I'm wondering... What are you doing in my class, Mr.Bayu ?" Bayu menatap Pak Agus dengan pandangan menantang. Si tua ini merasa dirinya sebagai pemilik kampus ini.
"You have a problem with that?" tanya Bayu dingin. Pak Agus langsung membelalakkan matanya.
"YOU!" seru Pak Agus berang, tapi detik berikutnya langsung mengendalikan diri karna seluruh kelas memerhatikannya.
"If you don't have any intention to get along in my class, you may leave now. Please," Pak Agus menunjuk ke pintu pintu. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Bayu melangkah keluar dengan menendang pintu kelas hingga menjeblak terbuka. Di koridor, dia masih menendang apa pun yang dilihatnya. Tempat sampah, kursi, bahkan pot bunga. Tanahnya sampai berhamburan. Bayu diteriaki oleh semua orang, tapi Bayu tak peduli. Saat ini, dia benar-benar di luar kendali.
"Bay!" Seseorang memanggil Bayu , tapi Bayu sedang tak ingin berbicara dengan siapa pun. Yang memanggilnya ternyata Deandra. Gadis manis itu berlari sekuat tenaga untuk menyamai langkah Bayu .
"Bay! Lo kenapa sih? Kok semua ditendangin?" serunya setelah bisa sejajar dengan Bayu .
"Apa urusan lo?" bentak Bayu tanpa menoleh.
"Bay, lo tau si Banyu ada di man-" Langkah Bayu segera terhenti. Dia mendelik sengit ke arah Deandra yang malah tersenyum. Bayu menatapnya seakan ingin membunuh seseorang.
"Apa lo serius mau tau jawaban dari gue?" sahut Bayu keras.
"Nggak," jawab Lala tenang, sudah mengetahui watak Bayu dengan jelas.
"Gue cuma mau bikin lo berhenti jalan kayak The Flash aja," sambungnya, lalu tertawa kecil. Bayu tidak ikut tertawa. Dia masih memandang tajam Lala, membuat Lala segera menghentikan tawanya.
"Gue mau ngomong," kata Deandra akhirnya.
"Tapi setelah lo kasih tau kenapa lo jalan kayak orang kesurupan gitu."
"Gue udah bilang bukan urusan lo," tandas Bayu sambil kembali berjalan. Deandra segera mengikutinya.
"Kok bisa begitu? Perasaan gue, dulu apa pun urusan lo urusan gue juga," kata Deandra lagi. Bayu berhenti mendadak sehingga Deandra menabrak punggungnya. Bayu menatap Deandra lagi, lalu tertawa sinis.
"Lo bercanda, kan?" tanyanya.
"Bercanda gimana?" Deandra balas bertanya.
"Gue serius, Bay. Kenapa sih lo?"
"Gue juga serius," Bayu mencondongkan wajahnya ke wajah Deandra, tatapannya menjam.
"Lo jangan bercanda lagi. Gue muak dengan tampak sok innocent lo, dengan kata-kata lo yang seakan nggak pernah terjadi apa-apa," sambungnya, lalu kembali berjalan cepat menuju taman. Deandra terdiam sesaat, lalu mengejar Bayu . Deandra meraih tangan Bayu yang kekar dan membalik tubuhnya.
"Apa, Bay? Apa? Apa yang udah terjadi? Kita baik-baik aja, kan?" seru Deandra, matanya sudah berkaca- kaca. Bayu benar-benar muak dengan gadis ini, walau juga diam-diam menyayanginya. Tapi, perasaan itu segera sirna setelah dia ingat bahwa gadis ini, gadis yang sangat dekat dengannya setahun lalu, adalah kekasih Banyu.
"Denger ya, Dey. Jangan lo pikir kita masih bisa baik-baik aja setelah apa yang lo lakuin terhadap gue! Udahlah, lo minggir, cari sana si atlit tengik itu," Bayu berkata lelah, lalu berbalik.
"Bay! Gue sama Banyu udah putus!" sahut Deandra, membuat langkah Bayu terhenti.
"Gue sama dia udah putus! Lo denger kan?" Bayu bergeming. Berita itu mengejutkannya. Selama ini, dia menyangka hubungan Deandra dan Banyu baik-baik saja.
"Gue baru sadar kalo yang gue peduliin tuh elo. Dan gue nyesel banget kehilangan lo," kata Deandra lagi, suaranya sudah bergetar. Selama beberapa menit, yang terdengar hanyalah isakan Deandra.
"Penyesalan selalu datang belakangan," komentar Bayu akhirnya, lalu untuk ke sekian kalinya mencoba untuk pergi. Tapi untuk kesekian kalinya juga, tangan Deandra mencegahnya.
"Bay, tolong dengerin gue!" jerit Deandra. Bayu menatap Deandra lagi. Gadis yang pernah dekat dengannya, bahkan satu-satunya yang pernah berbicara dengannya. Gadis yang dulu pernah mendapat tempat di hatinya. Tapi semua lenyap dan terbakar menjadi kemarahan saat Deandra dengan cerianya mengatakan bahwa dirinya dan Banyu sudah bersama. Ternyata, selama setahun Deandra mendekati Bayu , hanyalah untuk mendapatkan seorang Banyu. Oh, bukan 'hanya' seorang Banyu, tapi seorang cowok yang hebat di segala bidang, baik akademis maupun ekstrakurikuler, sekaligus cowok paling populer di kampus.
"Dey, denger. Denger baik-baik karna gue cuma mau ngomong sekali. Gue nggak mau dengerin apa pun lagi. Lo pikir, setelah lo putus sama Banyu dan lo bilang nyesel dan segala macem, lo bisa deket lagi sama gue? Jangan mimpi lo," kata Bayu dingin sambil berusaha melepaskan tangan Deandra. Tapi gadis itu memegangnya dengan sekuat tenaga.
"Bay, tolong kasih gue kesempatan...," kata Deandra lirih.
"Gue mohon..." Bayu menatap Deandra jijik. Dia tak menyangka Banyu sudah memutuskan hubungannya dengan gadis ini. Dulu, Bayu mengira Banyu tak akan menyia-nyiakan Deandra. Tapi tidak. Bayu tidak akan peduli apa pun lagi. Kebenciannya kepada Deandra sudah terbentuk sejak Deandra mengatakan bahwa diam mencintai Banyu. Dan karna statusnya sebagai pasangan dari Banyu, Deandra yang tadinya bukan siapa-siapa mendadak menjadi cewek terpopuler saat itu.
Deandra jelas menikmatinya sehingga melupakan keberadaan Bayu . Tetapi dari semua itu, yang paling membuat Bayu muak adalah, Deandra mengetahui ada persaingan di antara Bayu dan Banyu Maka dari itu, dia mendekati Bayu dengan tujuan membuat Banyu cemburu. Bayu tahu betul hal itu. Hal bahwa selama ini Deandra sudah memperalatnya.
"Dey. Lo tau gue bukan tipe orang yang ngasih kesempatan kedua. Jadi lo harusnya tau nggak ada gunanya lo ngelakuin yang kayak begini," kata Bayu .
Disentaknya tangan Deandra sehingga terlepas dari tangannya.
"Bay, gue nyesel! Gue nyesel, oke? Gue nyesel!" sahut Deandra putus asa. Gadis itu mulai menangis lagi. Bayu mencoba untuk tidak menatapnya.
"Bagus kalo lo nyesel. Tapi itu nggak ada artinya buat gue."
"Bay! Gue kangen elo. Gue kangen saat-saat dulu kita main bareng!" sahut Deandra lagi.
Bayu meliriknya tajam.
"Dey, lo kenapa sih? Pengen balik lagi sama Banyu tapi nggak tau caranya? Mau ngegunain cara licik kayak dulu? Udah nggak populer lagi lo rupanya?" bentak Bayu, membuat Deandra menangis lebih keras. Bayu membuang mukanya. Kalau saja Deandra menangis bukan karna hal sepenting ini, Bayu pasti sudah memeluknya untuk menenangkannya.
Tapi Bayu pantang menyentuh apa pun yang sudah disentuh Banyu. Deandra tiba-tiba melompat ke arah Bayu dan memeluknya erat.
Sejenak, Bayu terdiam karna terkejut. Tapi detik berikutnya, dia sadar dan melepas pelukan Deandra. Deandra masih terisak.
"Bay, apa bener nggak ada jalan buat kita balik kayak dulu?" tanya Deandra di tengah isakannya. Bayu menghela napas.
"Benar," katanya mantap.
"Jadi, jangan sangkut pautin gue ke dalam urusan lo sama Banyu lagi." Bayu meninggalkan Deandra yang menatapnya sedih. Bayu tak mau tahu lagi soal Deandra dan Banyu. Cukup sudah semua pengkhianatan yang dialaminya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze
FanfictionKarna Cinta tidak pernah salah remake dari novel Orizuka yang berjudul sama Beware typo✌