"Yang bener?" teriak Caroline girang esoknya, setelah Bayu menceritakan kejadian semalam.
"Jadi, kamu udah baikan sama Om?" Bayu menganggukkan kepalanya tak jelas, yang segera dipukul oleh Caroline.
"Jawab dong yang bener! Nggak usah pake gengsi gitu," tegur Caroline disambut cengiran Bayu.
Caroline sangat senang melihat Bayu yang sekarang tampak jauh lebih bahagia. Bayu meluruskan duduknya di samping Caroline, matanya menerawang ke luar jendela.
"Selama ini aku bener-bener bego. Nggak dewasa. Seneng nyalahin orang lain. Seneng nyusahin orang lain. Seneng buat orang lain khawatir," kata Bayu seolah membuat pengakuan dosa. Bayu terdiam sebentar untuk mengambil napas. Caroline membiarkannya. Caroline ingin mendengarkan Bayu.
"Udah terlalu banyak orang-orang yang jadi sasaranku. Ayah, Bunda, Wisnu, Ardi, Deandra. Semua orang," lanjut Bayu, lalu menoleh kepada Caroline.
"Kamu."
"Selalu. Selalu nyalahin semua orang, tanpa pernah berpikir kalau setengahnya atau lebih adalah kesalahanku juga. Nggak pernah berpikir jernih, selalu bertindak berdasarkan apa yang aku liat. Mungkin karna, yah, karna aku nggak pernah bisa percaya lagi sama kata hati aku. Kamu tau, kan, aku udah berhenti berharap sejak lama," kata Bayu lagi.
"Tapi mulai sekarang, aku bakal coba lagi untuk berharap, dan semoga aja, harapanku bisa terwujud, supaya aku bisa percaya lagi sama kata hati aku. Omonganku aneh nggak Lin?" tanya Bayu ke arah Caroline, yang tersenyum.
"Nggak, kok," Caroline meraih tangan Bayu dan menggenggamnya.
"Kalo begini caranya, kamu bisa menang lomba pidato antar-RT." Bayu nyengir lebar, lalu mempererat genggamannya.
"Kamu tau, Lin," kata Bayu kemudian.
"Semua ini, semua perubahan ini, semuanya karna kamu. Kamu yang membuka hati aku, kamu yang... yang begitu sabarnya nemenin aku, bahkan bertahan di saat aku bener-bener kacau. Aku nggak tau keajaiban apa lagi yang bisa bikin aku lebih bahagia dari ini." Caroline tergelak.
"Oke, sekarang yang aku tau, kamu tukang gombal."
"Aku nggak gombal," kata Bayu cepat-cepat.
"Yah, sedikit sih, di bagian akhir..." Caroline pasang tampang cemberut. Bayu tertawa kecil.
"Bener kok, Lin," kata Bayu lagi, matanya menatap Caroline serius.
"Berkat kamu, semua bebanku terangkat. Kamu bener-bener seorang malaikan penyelamat bagi aku." Caroline tersenyum sesaat, tapi lantas memandang Bayu bimbang.
"Tapi Bay, masih ada yang belum kamu selesaiin." Bayu memandang Caroline heran, wajahnya meminta penjelasan lebih lanjut.
"Banyu," kata Caroline lagi. Bayu kembali menatap ke luar jendela.
Didengarnya Banyu menutup pintu depan dan suara motor dinyalakan. Jelas dia akan berangkat ke kampus untuk berlatih basket.
"Kamu tenang aja, Lin," kata Bayu kemudian.
"Kami bakal baik-baik aja kok." Tapi Caroline tahu, Bayu sendiri tak yakin dengan ucapannya.
***
"Nice shot!" seru Dias ketika Banyu berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Farel memandang Banyu tidak suka, sementara Banyu tidak mengacuhkannya dan berjalan ke bangku untuk mengambil handuk. Banyu sedang mengelap wajahnya ketika Farel mendekatinya.
"Lo nggak ambil serius kata-kata gue kemaren rupanya," kata Farel sambil berpura-pura minum untuk menghindari tatapan curiga Dias.
"Buat apa?" tantang Banyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze
FanfictionKarna Cinta tidak pernah salah remake dari novel Orizuka yang berjudul sama Beware typo✌