"Banyu! Lo niat nggak sih?! Konsentrasi!" sahut Dias, pelatih basket tim kampus Banyu.
Banyu berhenti berlari, menyeka keringatnya, lalu kembali menjaga Farel yang sedang berperan sebagai lawannya. Tapi berulang kali, Farel bisa lolos dari pengawalan Banyu.
"Banyu!" sahut Dias lagi.
"Lo pikir, kita lagi main-main? Dua hari lagi kita final!"
"Kenapa gue dipindah ke guard?" protes Banyu kepada Dias.
"Kenapa? Kenapa, lo bilang? Coba lo pikir kenapa! Lo pikir, gue mau nempatin lo di forward trus ngebiarin kita kalah dengan mudah?!" teriak Dias emosi.
"Tapi kemaren kita menang pas gue di forward!" sahut Banyu lagi.
"Lo masih belum ngerti juga, ya? Beberapa hari terakhir ini lo nggak bisa konsentrasi! Selalu gagal shoot, walau lay up sekali pun! Sekarang, masih berani lo minta posisi?" seru Dias. Banyu diam walaupun emosi. Dia sadar perkataan Dias ada benarnya.
"Sekarang, gue taro lo di guard lo malah ngelolosin semua lawan! Kalo lo terus-terusan kayak gini, lo nggak akan gue turunin di final nanti! Inget itu!" sahut Dias lagi, lalu menoleh ke timnya yang menonton.
"Latihan sampe di sini dulu. Dan buat lo Nyu, kalo besok lo masih kayak gini, lo tau apa risikonya." Dias meninggalkan lapangan sambil menendang apa pun yang dilihatnya. Banyu sendiri mengepalkan tangannya keras-keras, mengambil bola basket, lalu membantingnya sampai memantul tinggi ke udara.
"Kenapa lo?" sahut Farel mengejek.
"Udah ilang semua rupanya mantra-mantra lo. Sekarang lo balik lagi jadi upik abu." Banyu menatap Farel tajam, yang dibalas kekehan oleh Farel.
"Nggak usah sok-sokan deh, Capt," kata Farel lagi.
"Ups, kayaknya sang kapten nggak bakalan diturunin pas final, ya? Jadi, siapa dong kaptennya sekarang?"
"Elo!" seru teman-teman Farel serempak. Farel terkekeh lagi, lalu berjalan ke arah Banyu.
"Udah deh, terima aja kalo lo nggak lebih baik dari gue," Farel menepuk bahu Banyu.
"Nikmatin aja gelar kapten lo selama belum dicabut. Gue ikhlas kok. Dah," kata Farel, disambut tawa oleh pengikutnya. Banyu menahan dirinya untuk tidak memukul Farel. Banyu tidak mau menambah masalah dengan dikeluarkan dari tim. Banyu sangat menginginkan final ini. Banyu sangat menginginkan gelarnya sebagai MVP.
"Ada apa sih,lur?" tanya Elvin prihatin. Sedari tadi dia hanya bisa diam di samping Banyu sementara dia dimarahi Dias.
"Kalo ada masalah, lebih baik lo selesain dulu. Inget Nyu, lo pengen banget final ini. Kapan lagi?" Banyu tidak menjawab. Dia tahu, Elvin benar. Tapi masalahnya, masalah ini tidak bisa diselesaikan begitu saja. Masalah ini sudah menjadi masalah menahun. Masalahnya dengan Bayu, Saudara kembarnya. Masalah yang melibatkan Caroline.
***
Banyu tidak langsung pulang begitu selesai latihan. Banyu kembali bermain basket di taman kompleks, walaupun saat itu sedang gerimis. Begitu banyak hal yang sedang dipikirkannya. Setelah mengetahui dengan jelas bahwa Caroline sekarang milik Bayu, Banyu tidak baik-baik saja.
Kemampuan belajarnya menurun drastis, dia pun tidak bisa berkonsentrasi dalam berlatih basket. Beberapa kali Banyu melakukan shoot, beberapa kali itu pula bolanya tidak masuk. Banyu membanting bola itu kesal.
"Kenapa, Nyu?" Banyu kaget, dan mendapati Caroline sedang berdiri di samping lapangan basket di bawah lindungan payung.
Hari ini, dengan gaun selutut berwarna pink, dia tampak manis sekali. Banyu menghela napas. Semua itu percuma saja. Caroline sudah tidak bisa diperjuangkannya lagi. Banyu kembali melemparkan bola ke arah ring, tapi meleset lagi. Saking kesalnya, Banyu sampai sempat berpikiran bahwa apa yang dikatakan Farel benar -tentang Banyu yang hanya kena suatu mantra sihir sampai bisa bermain basket dengan baik beberapa bulan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze
Fiksi PenggemarKarna Cinta tidak pernah salah remake dari novel Orizuka yang berjudul sama Beware typo✌