VentiCinque

239 12 1
                                    

semuanya...mau ngasih tau..kalo chapter ini panjang dan bakal nguras emosi so...bagi semuanya maaf kalo di luar ekspetasi dan please jangan baper

play lagu If You- BigBang menurut ku ngefeel

***

BANYU merasa sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat dingin. Dia pun sangat-sangat tegang sehingga tak bisa merasakan kedua kakinya. Banyu melirik cemas ke arah penonton yang semakin memadati halaman kampus untuk menonton final.

"Woles lur," Elvin tertawa geli melihat tampang Banyu.

"Woles." Banyu meringis tak jelas pada Elvin, lalu tanpa sengaja matanya tertumbuk pada Farel yang sedang berbicara dengan seseorang di tribun atas. Pasti ayahnya, kalau dilihat dari sikap hormat Farel yang hampir berlebihan. Banyu juga dapat melihat beberapa utusan dari tim-tim besar IBL berdatangan dan duduk di tenda VIP. Banyu sekarang serasa menelan sebongkah batu besar.

"Eh, ngomong-ngomong, si Deandra sama Caroline jadi akrab ya?" kata Elvin lagi, membuat Banyu menoleh untuk melihat Caroline dan Deandra. Mereka sedang duduk bersama di tribun, tepat di seberang Banyu berada, dan mereka tampak akur.

Kedua gadis itu tertawa-tawa sambil memegang bendera kampus, lalu mengibar- ngibarkannya sambil bernyanyi entah apa. Banyu hanya nyengir melihatnya. Banyu benar-benar tidak mengerti kaum hawa. Caroline dan Deandra menangkap tatapan Banyu, lalu melambai ke arahnya. Banyu balas melambai, lalu mendadak tersadar. Bayu tidak datang.

Banyu merasa setengah tenaganya lenyap tertiup angin. Entah mengapa, Banyu benar-benar mengharapkan kedatangannya di pertandingan penting ini, melebihi siapa pun. Banyu ingin melihat Bayu sesekali bangga padanya. Farel melintas di depannya sambil menatap tajam. Banyu balas menatapnya. Tanpa dia duga, Farel malah mendatanginya.

"Gue sebenernya nggak mau ngelakuin ini," Farel menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi lo udah maksa gue."

"Apa sih maksud lo?" tanya Banyu bingung.

"Setelah pertandingan ini, lo bakal tau," kata Farel geram.

"Jadi, kalo sampe terjadi, jangan salahin gue."

"Anceman kosong," Banyu meludah.

"Lo nggak jantan. Lo kalah, makanya lo bakal balas dendam. Gue nggak takut."

"Oke, kalo gitu," kata Farel enteng.

"Kita liat aja nanti." Farel berbalik lalu bergabung dengan tim. Banyu menghela napas, lalu bergerak mengikutinya untuk bergabung dengan tim. Banyu memang merasa ada sesuatu yang salah, tapi dia tidak bisa mundur lagi. Dia harus melakukannya seperti laki-laki, dan Bayu pasti bangga karnanya.

"Oke," kata Dias dengan suara khawatir yang dikuat-kuatkan.

"Kita punya tim yang bagus. Kita punya strategi bagus. Kita datang ke sini untuk menang, kan?" Suara Dias tenggelam oleh riuh rendah para penonton yang sudah memenuhi lapangan.

"Selamat datang di UII Cup, Turnamen Bola Basket antarkampus 2019, antara Universitas Kencana dan tuan rumah, Universitas Internasional Indonesia!" suara announcer membahana, membuat suasana semakin bising.

"POSISI STARTER KAYAK KEMAREN!" sahut Dias mengatasi suara announcer dan penonton yang menggila.

"Natha, Elvin, Keano, Angga, Banyu!" Anak-anak mengangguk mengerti, sementara Dias menjelaskan strategi. Banyu malah hampir-hampir tak mendengar suara Dias. Dia hanya memikirkan akan bermain sebaik mungkin sehingga membuat semua orang bangga.

"Dari Universitas Kencana, dengan nomor punggung 5, Mario! 17, Hernan! 11, Arman! 22, Rio! 10, Simon!"

Suara riuh rendah mengiringi saat para pemain basket dari Universitas Kencana memasuki lapangan.

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang