Undici

175 14 5
                                    

"Mau ke mana kamu?" jerit Ayah begitu Bayu memasuki rumah. Jarum jam baru saja bergerak ke pukul sembilan malam.

"Ke kamar," jawab Bayu ketus sambil bergerak cepat menuju kamarnya.

"Seharusnya kamu nggak usah pulang!" sahut ayahnya lagi.

"Sana tidur di luar!"

"OKE!" Bayu balas menyahut dari dalam kamar. Dia memasukkan beberapa pakaian dan buku ke ranselnya, lalu keluar kamar dan berderap menuju pintu.

"HEH? Anak nakal!! Mau ke mana lagi kamu?" Ayah terdengar semakin berang karna Bayu malah menurutinya.

"Katanya tidur di luar! Aku turutin!" Bayu membanting pintu, lalu menghilang di kegelapan malam.

"Anak kurang ajar!" sahut Ayah yang langsung ditenangkan oleh Bunda. Bunda melirik cemas ke arah Banyu.

"Nyu, Caroline mana?"

"Tadi sih katanya mau ke kamar," kata Banyu lalu memeriksa kamar Bayu.

Tak ada siapa pun. Banyu bergerak ke arah kamar mandi, tetapi juga kosong. Menyadari ada hal yang tidak beres, Banyu segera menyambar jaketnya dan berlari ke luar rumah, menyusuri jalan kompleksnya. Langkah Banyu terhenti di depan taman. Caroline tampak sedang terduduk di lapangan basket sambil terisak.

Dada Banyu mendadak terasa sakit. Dengan langkah cepat Banyu mendekati Caroline, melepas jaketnya, lalu meletakkannya di atas tubuh Caroline yang berguncang. Mendadak, Caroline bergeming. Dia tahu itu Banyu, wakaupun dia belum melihatnya.

Bayu tidak akan melakukan hal seperti ini. Banyu sendiri duduk di depan Caroline, lalu mengusap-usap pelan kepalanya. Banyu tahu ini perbuatan Bayu. Pasti Bayu telah mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Caroline. Sesuatu tentang melupakannya.

Bayu belum pulang semenjak kejadian semalam. Caroline menatap ke luar jendela depan, berharap sosok Bayu akan muncul dari balik pagar. Tapi Bayu tak kunjung datang.

"Jangan khawatir, Lin," hibur Bunda.

"Bayu pasti pulang. Dia sering kabur kalo lagi banyak masalah." Caroline hanya mengangguk sambil tersenyum miris, tapi tidak beranjak dari tempatnya semula.

Matanya masih menatap ke luar jendela. Sementara itu, Banyu mengawasinya dari meja makan, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Bayu. Bayu bahkan kabur dari rumah saat Caroline sudah susah-susah datang dari Amerika. Banyu mendesah, lalu melangkah menuju Caroline. Banyu menepuk pundak Caroline pelan.

"Lin, ngelamun mulu." Caroline memaksakan senyum, dan itu membuat Banyu sedikit sakit hati.

"Kita jalan yuk? Biar nggak bosen. Masa dari Amerika ke sini kerjaannya di rumah mulu," kata Banyu.

Caroline tampak menimbang-nimbang sebentar, lalu akhirnya menoleh ke arah Banyu.

"Boleh."

***

"Ini tempat nongkrong anak-anak Hits Bandung," kata Banyu begitu mereka masuk ke salah satu mal terkenal di Bandung. Caroline memandang mal itu tanpa minat. Sebenarnya, Caroline lebih mengharapkan tempat-tempat yang lebih nyaman seperti cafe.

"Nyu" Caroline mencegah Banyu memasuki mal itu.

"Kita ke kampus kamu aja, yuk?"

"Kampusku? Ngapain?" tanya Banyu bingung.

"Ya, aku pengen liat aja kayak apa tempat kamu sama Bayu kuliah," kata Caroline dengan wajah memohon.

"Ya?"

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang