Dicittio

156 14 4
                                    

Bayu memukul pohon akasia keras-keras sampai tangannya berdarah. Bayu tidak peduli. Bayu terlalu kacau dan butuh pelampiasan. Setelah lima belas menit menjadikan pohon sebagai karung samsak, Bayu akhirnya terduduk kelelahan. Belakang kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan, rasanya seperti mau pecah. Suara denging memenuhi kepalanya.

Di antara dengingan itu, terdengar bunyi langkah seseorang. Bayu bersumpah demi Tuhan tidak ingin bertemu dengan siapa pun saat ini, tapi, yang muncul malah yang sedang dipikirkannya.

"Aku udah denger dari mereka berdua, Bay," kata Caroline pelan. Bayu tak berani memandangnya. Bayu telah berbuat kesalahan karna menyukai gadis lain selain Caroline. Dan ini bahkan bukan kesalahan Caroline, sebagaimana yang bertahun-tahun ini Bayu sangka.

"Tapi belum dari kamu," sambung Caroline.

"Apa yang kamu denger dari mereka udah cukup," kata Bayu.

"Aku memang deket sama Deandra setelah kamu pergi. Waktu itu cuma dia yang peduli sama aku." Caroline menatap Bayu sambil menggigit bibirnya. Bayu memang pernah menyukai Deandra.

"Bay, aku nggak sebaik yang kamu pikir," kata Caroline sambil menghapus air matanya yang mulai menetes.

"Jangan kamu pikir aku nggak marah. Jangan kamu pikir aku bisa begitu aja nyerah." Bayu menatap Caroline sedih.

"Olin, aku nggak cukup baik buat kamu. Dari awal emang harusnya bukan aku yang kamu pilih," kata Bayu pelan.

Bayu ingin sekali memeluk Caroline. Tapi Bayu harus menahan segala keegoisannya.

"Kenapa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Bukannya itu hak aku buat milih? Sekarang kamu yang harus milih! Kamu harus tegas, Bay!" sahut Caroline.

"Apa kamu mau egois dengan memperlakukan aku kayak gini? Atau... kamu malah pengen ngelepasin aku?" Bayu tak menjawab Caroline dan hanya menatapnya lama.

Caroline pun segera mengetahui jawabannya. Jadi, Caroline segera menangis. Bayu menundukkan kepalanya, tak tahu harus berbuat apa. Ternyata, memiliki dua hal tidak selalu bagus. Bayu sekarang malah merindukan keadaannya dulu, saat dia tidak pernah memiliki apa pun.

"Bay." Bayu kembali mendongakkan kepalanya. Satu orang lagi gadis yang butuh penjelasan muncul, dan

berdiri tepat di sebelah Caroline. Bayu merasa dunianya akan hancur dalam hitungan detik.

"Gue nggak pernah meminta lo untuk memilih," kata Lala sambil tersenyum getir. Tangannya merangkul Caroline yang terlihat bingung.

"Lo tau gue nggak akan buat lo menderita lagi." Bayu menatap Lala bimbang, tak mengerti dengan perkataannya.

"Bay, gue nggak menuntut apa pun. Masa sih, gue ngak bahagia liat lo bahagia? Gue cuma pengen kita balik kayak dulu lagi, bersahabat. Kalo yang itu boleh kan Lin?" tanya Lala, lalu tersenyum kepada Caroline.

Mendadak, Bayu merasakan kelegaan yang luar biasa pada hatinya. Ternyata hal ini bisa juga diselesaikan tanpa bunuh diri. Padahal, hal itu sempat terbesit dalam pikiran Bayu.

***

"Thanks, Dey," kata Bayu tulus. Lala bergerak ke arah Bayu yang masih terduduk, lalu memeluk Bayu.

"That's what friends are for," gumamnya. Perlahan, senyum Bayu terkembang. Dia menatap Caroline yang juga tersenyum.

Bayu merasa, setelah ini, tidak akan ada lagi masalah yang bisa menimpanya. Bayu sudah memiliki Caroline, dan sekarang, dia mempunyai tambahan seorang teman. Bayu tak bisa lebih bahagia dari ini.

"Ngaku aja, kamu tadinya udah pengen ngelepasin aku, kan?" tanya Caroline malamnya di taman. Caroline benar-benar berterima kasih Lala mau melepaskan Bayu.

"Aku udah pengen ngelepasin kalian berdua," jawab Bayu.

"Jujur aja, nggak punya apa pun ternyata jauh lebih baik daripada punya dua sekaligus." Caroline menatap Bayu lama.

"Jadi, kalo tadi Deandra nggak ngelepasin kamu, kamu bakal ngerelain aku?"

"Aku mohon Lin, jangan minta aku jawab itu. Aku nggak mau kehilangan kamu, tapi aku juga nggak bisa mengabaikan Lala begitu aja. Dia yang selalu ada buat aku kalo aku lagi susah," kata Bayu pelan.

"Dan aku nggak nyangka dia berbuat kayak gitu. Jujur, aku tadi sempet ngerasa kalo lebih baik dia dulu emang bener ngekhianatin aku."

"Terus?" tanya Caroline lagi.

"Untungnya aku cepet sadar, kalo aja Lala nggak ngaku, kami pasti bakal terus-terusan salah paham," kata Bayu.

"Untuk sesuatu yang dia tanggung sendiri." Memikirkan kata-kata Bayu, Caroline terdiam. Caroline dapat membaca dengan jelas bahasa tubuh Bayu yang terlihat lelah.

Caroline memang sakit hati dengan kejadian tadi, tapi ini tidak membuat perasaan Caroline berubah.

"Aku nggak minta kamu untuk mengerti aku," Bayu menoleh kepada Caroline dan menatapnya dalam-dalam.

"Jadi, kalo kamu merasa aku nggak adil, aku nggak akan nyalahin kamu kalo kamu ninggalin aku. Ini semua salahku." Caroline membalas tatapan Bayu yang benar-benar memohon.

Sesaat Caroline merasa bimbang, tapi kemudian ditepisnya perasaan itu. Selama ini Bayu sudah cukup menderita. Seharusnya, Caroline berterima kasih lebih banyak kepada Lala, karna sudah membuat Bayu setidaknya tetap hidup sampai bertemu dengan Caroline.

"Aku ngerti." Caroline meletakkan kepalanya ke bahu Bayu.

"Tadi, aku seharusnya nggak mendesak kamu buat milih. Maafin aku, Res." Bayu benar-benar tidak percaya. Bayu pikir, Caroline akan meninggalkannya. Bayu pikir, dia tidak akan punya kesempatan lagi.

"Kamu tau," kata Caroline sambil menatap Bayu.

"Mulai sekarang kamu harus ngasih kesempatan kedua, karna semua orang butuh itu." Caroline kembali meletakkan kepalanya pada bahu Bayu. Caroline dapat merasakan Bayu bahu Bayu yang turun naik karna napasnya. Caroline akan melupakan semua masalah ini, karna bukan sepenuhnya salah Bayu. Bagaimanapun juga, Caroline memiliki andil. Kalau saja Caroline sempat mencatat alamat rumah atau telepon Bayu, pasti tidak akan begini jadinya.

"Jangan ngertiin aku karna kamu ikut-ikutan Deandra," kata Bayu kemudian.

"Tadi kamu sempet bilang kan, kalo kamu nggak sebaik yang aku pikir."

"Emang, tapi rasa sayang aku buat kamu melebihi rasa cemburu aku," kata Caroline membuat Bayu terkekeh.

"Kalo gitu, aku bisa terus-terusan selingkuh dong," canda Bayu. Caroline mendelikinya.

"Coba aja kalo berani." Bayu tertawa kecil, merengkuh Caroline, lalu mencium lembut puncak kepalanya. Bayu bukannya tidak berani.

Bayu tidak akan pernah meninggalkan Caroline demi wanita mana pun. Tidak akan terbesit sebuah niat pun.

Tbc  

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang