Quattrodici

187 13 4
                                    

CAROLINE memerhatikan kalau setelah perkelahian itu, hubungan Bayu dan Banyu semakin buruk. Mereka tak pernah bicara satu sama lain. Caroline bahkan menyaksikan apa mereka memang pernah berbicara. Caroline mengamati Bayu yang sedang mengambil baju di lemari. Semalam, Caroline sempat berpikir untuk menyerah tentang Bayu, tapi tak bisa dilakukannya.

"Bay, kenapa kamu nyerahin aku sama Banyu?" tanya Caroline tiba-tiba, membuat Bayu menghentikan kegiatannya.

"Ngomong apa sih lo?" kata Bayu sambil meneruskan pekerjaannya memindahkan baju.

Bayu memutuskan untuk memasukkan semua bajunya ke koper sehingga dia tidak harus masuk kamar ini lagi selama Caroline masih di sini.

"Kemaren kamu bilang kalo Banyu mau aku, dia tinggal ambil aja. Apa maksudnya? Apa kamu pikir aku ini barang? Aku berhak milih, Bay!" sahut Caroline.

"Terus, lo emangnya mau milih gue? Lo udah gila?" kata Bayu dengan nada mencemooh.

"Ya, aku gila! Aku milih kamu! Emangnya kenapa aku balik lagi ke sini? Aku mau ketemu kamu!" sahut Caroline tegas. Bayu menutup lemari, lalu menatap tajam mata Caroline.

Sepertinya gadis itu bersungguh-sungguh, tapi Bayu tak peduli. Tak ada seorang pun yang pernah memilihnya.

"Amerika ternyata udah ngubah lo jadi perayu ulung ya? Ck, ck... liat lo sekarang, Lin," sindir Bayu. Caroline menggeleng.

"Bay, kamu tuh cuma skeptis! Kamu anggap aku sama dengan yang lain! Aku beda Bay, aku bener-bener peduli sama kamu!"

"Olin, apa bedanya sih lo sama orang lain? Lo sama, lo khianatin gue juga!" seru Bayu.

"Bay, aku ngaku salah, aku lupa alamat rumah kamu, aku lupa nomor telepon kamu, selama sepuluh tahun aku berusaha nyari tapi bahkan papa-mamaku juga nggak inget! Pas tanggal 14 Februari, aku sampe nangis gara-gara nggak tau mau ngapain! Aku kangen banget sama kamu, Bay," Caroline mulai terisak.

"Baru pas sebulan setelahnya, aku liat nama Banyu di internet, setelah itu baru aku nemu titik terang! Aku seneng banget waktu liat dia di sana. Dengan begitu aku bisa dapet alamat kalian lagi, terus bisa ketemu kalian lagi!" Bayu sangat ingin memercayai cerita Caroline, tapi entah mengapa Bayu tidak ingin menerima alasan itu begitu saja.

"Bay, please... Waktu di The Club, aku pengen cerita. Sebenernya, begitu nyampe sini aku udah pengen cerita. Tapi karna kamu nggak pernah mau liat aku, kamu juga nggak keliatan seneng ngeliat aku, aku jadi ragu. Aku sedih banget waktu Banyu bilang kamu udah ngelupain aku..." Bayu menatap Caroline yang sekarang sudah berhenti menangis.

"Bay, kamu tuh cuma takut, ya kan? Kamu takut memercayai orang. Aku salah Bay, aku pernah sekali ngekhianatin kamu, tapi waktu itu aku masih kecil! Dan sumpah mati, aku nggak akan ngelakuin itu lagi!" sahut Caroline dengan seluruh sisa tenaganya.

Caroline sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa tentang seorang anak laki-laki yang sudah kehilangan kepercayaan kepada semua orang ini. Bayu terlalu menarik diri sehingga Caroline tidak bisa lagi menggapainya. Bayu menatap Caroline lama. Bayu tahu, Caroline benar. Bayu sudah terlaku takut untuk memercayai siapa pun lagi. Bayu takut jika dia memercayai Caroline, dan jika Caroline mengkhianatinya sekali lagi maka Bayu akan benar-benar hancur.

"Bay, all you have to do is have a little faith in me," kata Caroline pelan. Bayu masih bergeming. Caroline akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya pasrah.

"Ya udah kalo kamu masih nggak yakin. Kamu mau kuliah kan? Entar, habis kuliah, kamu cepet pulang ya. Aku mau buktiin kamu satu hal," Caroline lalu tersenyum.

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang