Bayu terbangun di sofa ketika Ayah membangunkannya. Bayu mengerjapkan matanya, kemudian menganga seolah tak percaya tadi Ayah yang membangunkannya.
"Bangun, Bay, udah siang. Ayah mau nonton berita," kata Ayah sambil sembarangan menempatkan pantatnya di sebelah Bayu.
Bayu melongo menatap Ayah, tapi bergeser memberikan tempat baginya. Detik berikutnya, dia ikut menonton dengan senyum konyol di wajahnya. Sudah terlalu lama Bayu tidak sedekat ini dengan Ayah.
"Di berita ada yang lucu ya?" tanya Banyu -tanpa bermaksud benar-benar bertanya- sambil melangkah ke luar rumah untuk latihan terakhir sebelum turnamen.
Bayu meliriknya sebal, lalu pandangannya bertemu dengan Caroline yang sedang membantu Bunda di dapur. Caroline malah tersenyum geli. Bayu menjulurkan lidah kepadanya, lalu melirik Ayah yang tampaknya tenang-tenang saja menonton berita.
"Bay, besok kamu yang antar Caroline, ya. Ayah nggak bisa," kata Ayah tiba-tiba.
"Iya," jawab Bayu pendek. Mau tau mau, perutnya kembali terasa mual mengingat besok Caroline harus pulang.
Bayu menoleh ke arah Caroline, yang sedang tertawa-tawa karna terciprat minyak goreng. Tiba-tiba, Bayu mendapatkan ide gila. Ide yang sangat gila.
***
"Nyu, si Farel akhir-akhir ini kenapa ya? Kok sering banget keliatan ngobrol sama lo? Nggak biasanya." Banyu mengencangkan tali sepatunya, lalu mendongak menatap Farel yang sedang berusaha mati- matian di lapangan menghadapi Dias. Banyu menoreh ke arah Deandra yang tampak bingung.
"Dia nggak pernah cerita sama lo?" tanya Banyu, dan Deandra menggeleng. Banyu mendesah.
"Dia minta final besok." Deandra hanya mengerjapkan matanya selama beberapa detik, tanda tak mengerti. Banyu mendesah lagi.
"Dia mau gue nyerahin posisi gue buat dia di final besok, Dey," jelas Banyu.
"Katanya sih, bokapnya bisa bunuh dia kalo dia nggak main." Mulut Deandra menganga dan matanya melebar saat Banyu selesai berbicara.
"Yang bener lo? Gue sih tau bokapnya mantan pemain basket, tapi dia nggak akan bunuh si Farel, lah!"
"Dey, besok banyak manajer tim besar mau dateng, nyari bibit baru. Jelas aja Farel mau banget kesempatan ini. Tapi gimana bisa kalo mainnya aja kayak begitu," Banyu memerhatikan Farel yang kena marah Dias karna tak bisa melakukan tembakan tiga angka.
Baru sedetik Banyu selesai berbicara, Farel mendelik ke arah mereka, lalu memelototi Banyu dengan penuh rasa benci.
"Oke, gue bisa liat dia benci banget sama lo. Dan gue yakin, bokapnya bener-bener bakal bunuh dia kalo dia nggak main," kata Deandra, sedikit ngeri melihat ekspresi Farel.
"Terus gimana? Dia harus berusaha dong, kalo dia mau main. Kalo nggak, Dias bakal maksa gue main penuh. Yang repot kan gue juga," kata Banyu, lalu bangkit dan masuk ke lapangan.
***
Bayu pulang ke rumah dengan dada berdegup kencang. Belum pernah dia merasa setegang sekaligus sekonyol ini sebelumnya. Saat Caroline melintas, keringat dinginnya mengucur deras dan detak jantungnya bertambah cepat tiga kali lipat.
"Hei, abis dari mana?" tanya Caroline saat melihat Bayu di pintu depan.
"Hm... Lin, ikut aku ke taman sebentar," kata Bayu sambil memainkan jari-jarinya. Konyol sekali. Caroline sampai bingung melihatnya.
"Hah? Oh, oke," katanya, lalu mengikuti Bayu ke taman. Setelah sampai di bawah pohon akasia mereka, Bayu tidak segera berbicara atau melakukan apa-apa. Baru kali ini Caroline melihat Bayu salah tingkah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Breeze
FanfictionKarna Cinta tidak pernah salah remake dari novel Orizuka yang berjudul sama Beware typo✌