Clodici

158 13 0
                                    


Sorry for typo :")


Caroline menatap ke luar jendela. Bayu masih belum pulang walaupun hari sudah larut. Caroline melirik jam tangannya dengan gelisah. Pukul sepuluh malam.

"Olin, nggak usah sekhawatir itu," kata Banyu, lalu menguap.

"Paling dia lagi manggung." Caroline menatap Banyu ingin tahu, tapi segera mengubah ekspresinya agar Banyu tidak curiga.

"Oh," kata Caroline seolah tak peduli.

"Emangnya suka manggung di mana?"

"Di The Club, kali. Itu kelabnya orang-orang katro," Banyu kembali menguap, tak menyadari Caroline mengangguk-angguk.

"Lin, tidur sana. Udah malem."

"Iya deh," kata Caroline, lalu melangkah riang ke dalam kamar Bayu. Setelah berada di dalam kamar, Caroline segera mengunci pintunya, lalu melangkah cepat menuju kopernya dan mengeluarkan baju-baju andalannya.

Setelah menemukan sebuah setelan cantik, Caroline mengenakannya dan memoles wajahnya dengan make up tipis. Caroline kemudian membuka jendela kamar Bayu dan tersenyum simpul. Memang jendela khas anak nakal yang sering kabur. Jendela kamar Bayu terbuka lebar tanpa memiliki teralis. Caroline dengan mudah melompat keluar, lalu dengan langkah berjingkat, dia bergerak menuju pagar dan melompatinya.

Caroline langsung memesan taksi online. Setelah berhasil memesan taksi, dia menunggu di kegelapan. Angin malam yang berembus membuat Caroline merasa bulu kuduknya berdiri. Dia tak pernah melakukan hal yang menegangkan seperti ini, tapi dia melakukannya demi Bayu. Tak lama taksinya datang, dan Caroline bergegas masuk.

"The Club ya Pak," kata Caroline, dan taksi pun bergerak maju.

"Makasih, Pak," kata Caroline setelah memberi uang kepada sopir taksi. Caroline menoleh ke belakang dan mendapati sebuah kelab malam yang ramai pengunjung dengan papan nama besar 'The Club'. Walaupun demikian, kelab ini tidak seperti kelab-kelab mewah seperti yang sering Caroline liat di serial TV Amerika, tapi lebih seperti kelab untuk kalangan menengah ke bawah mencari hiburan.

Caroline sempat bimbang apa kelab ini yang dimaksud Banyu. Caroline melangkahkan kaki ke pintu kelab yang dijaga seorang laki-laki bertubuh besar. Sebuah tangan tahu-tahu menjawil lengan Caroline.

"God!" seru Caroline kaget. Caroline mendelik ke arah segerombolan preman yang kira-kira seusianya. Anak-anak itu menatap balik Caroline dengan tatapan bernafsu. Caroline bergidik sebentar, lalu berlari menuju penjaga pintu.

"ID," kata penjaga itu dengan suara berat. Caroline menyerahkan pengenalnya yang berupa kartu pengenal penduduk Amerika Serikat. Penjaga itu mengernyit sebentar, lalu memindai Caroline. Detik berikutnya, dia mengedikkan kepala yang artinya membolehkan Caroline masuk. Caroline memasuki tempat itu dengan riang, kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran bahagia karna akhirnya akan bertemu dengan Bayu. Dia kemudian mengambil tempat di depan meja bar. Kelab ini penuh sekali.

"Ya, berikutnya, kita akan ber-headbanging bersama The Forsaken!!" seru sang MC, membuat Caroline menoleh ke arah panggung. Bayu tampak bergerak ke atas ke panggung tanpa ekspresi sementara semua orang bersorak riuh. Caroline tiba-tiba paham. Kelab ini ternyata tempat berkumpul para pecinta rock. Hampir semua orang yang ada di sini berdandan ala punk dan rock star, sementara Caroline mengenakan sebuah blus berenda dan rok mini yang juga berenda.

Pantas dari tadi ada saja yang terus memerhatikannya. Walaupun demikian, Caroline ikut bersorak saat Bayu bergerak menuju mikrofon. Bayu menarik napasnya sebentar, lalu mengembuskannya sambil menyapukan pandangan ke arah kerumunan di depan panggung.

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang