DiciasSette

165 11 0
                                    


BAYU terbangun dengan rasa sakit luar biasa menyerang kepalanya. Perlahan, Bayu membuka mata, lalu melihat ruang keluarga yang sepi. Bayu berjalan limbung ke arah meja makan dan menemukan surat di sama. Dari Caroline.

Dear Bayu,

Aku ke kampus bareng Banyu, mau nonton pertandingan.

Trust me, would you?

Love, Olin.

Bayu melipat surat itu, lalu meletakkannya kembali ke meja. Bayu duduk di kursi makan dan mencomot sepotong sosis, tapi mulutnya terlalu sakit untuk dibuka. Bayu melempar sosis kesal lalu kembali berjalan ke sofa dan memutuskan untuk menonton saja. Kepalanya sudah sangat sakit. Mungkin setelah ini dia akan ke rumah sakit, karna sepertinya dia butuh beberapa jahitan.

***

"Ayo Nyu! Semangat!" seru Caroline sambil melonjak-lonjak di bangku penonton. Caroline sedang menyaksikan pertandingan perempat final dari turnamen yang diikuti oleh tim Banyu.

Caroline tidak menyadari bahwa sedari tadi, Deandra mengawasinya dari sisi berseberangan. Ketika Deandra bermaksud mendekati Caroline, pertandingan berakhir. Deandra melihat Banyu melangkah ceria ke arah Caroline.

"Dey." Suara Farel terdengar sayup-sayup, tapi Deandra tidak mendengarkan. Dia masih memerhatikan Banyu yang sekarang sudah tertawa-tawa bersama Caroline.

"Deandra," kata Farel lagi, kali ini sambil mengguncang-guncang Deandra. Deandra mendelik pada Farel.

"Apa sih?"

"Gue menang," Farel memberitahu dengan senyum lebar.

"Oh," komentar Deandra tak peduli, lalu kembali mengawasi Caroline dan Banyu.

"Bagus." Farel mengikuti arah pandang Deandra, lalu mengernyitkan dahinya tak suka. Banyu. Bocah tengik itu lagi.

Setelah merebut posisi kapten miliknya, sekarang Deandra juga sudah kembali memerhatikan Banyu. Farel mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Tanpa diketahui Deandra, Farel sudah memutar rencana di dalam otaknya. Deandra sendiri sudah memutuskan untuk mendekati Banyu dan Caroline. Deandra memaksakan senyum kepada mereka berdua.

"Nyu, selamat ya," kata Deandra. Banyu nyengir lebar.

"Wuah, thanks, Dey." Deandra tersenyum, lalu melirik Caroline tajam. Caroline jadi segera salah tingkah. Banyu memandang mereka bergantian, lalu merangkul Caroline. Deandra memandang Banyu penuh tanda tanya.

"Bayu mana, Nyu?" tanya Deandra lagi, dan dia menangkap ekspresi Caroline yang sepertinya ingin tahu.

"Di rumah," jawab Banyu ringan.

"Ngapain juga lo tanya-tanya soal dia? Dia kan nggak bakal dateng ke pertandingan gue."

"Pengen tanya aja," kata Deandra.

"Soalnya ada yang pengen gue omongin sama dia." Deandra menatap Caroline puas sebentar, lalu berbalik dan memutuskan untuk ke rumah Bayu. Deandra benar-benar ingin meluruskan sesuatu.

"Nyu," kata Caroline setelah Deandra tidak terlihat lagi.

"Emang, Deandra itu siapanya Bayu sih?" Banyu bengong sebentar atas pertanyaan Caroline, lalu tersenyum.

"Mereka dulu pernah sahabatan." Caroline merasakan sesuatu menusuk hatinya. Bayu pernah bersahabat dengan orang lain. Berarti Caroline tidak se spesial yang pernah dikiranya.

***

Deandra mengintip melalui jendela rumah Bayu, lalu memutuskan untuk mengetuk pintunya. Beberapa saat kemudian, Bayu sendiri yang membuka pintu. Deandra terkesiap begitu melihat wajah Bayu babak belur. Sama halnya dengan Deandra, Bayu juga terkejut melihat Deandra di depan pintu rumahnya. Deandra tidak pernah datang lagi semenjak Bayu melarangnya.

"Bay! Lo kenapa? Ya ampun... apa Raul lagi?" jerit Deandra begitu melihat Bayu dengan kepala terbalut perban. Bayu segera menangkis tangan Deandra yang berusaha menggapainya.

"Bukan," tukas Bayu dingin.

"Mau apa lo di sini?" Deandra terdiam sesaat, lalu menatap Bayu serius.

"Bay, ada yang harus gue omongin." Bayu terdiam.

"Udah gue bilang, nggak ada lagi yang har-"

"Ini tentang Caroline," sambar Deandra cepat.

"Apa dia cewek yang sepuluh tahun lalu itu?" Bayu terdiam lagi, tapi sejurus kemudian, dia mengangguk tanpa melihat Deandra. Deandra mendesah pelan.

"Bay," desak Deandra.

"Kalo aja gue nggak berbuat kesalahan, kalo aja gue nggak pacaran sama Banyu, lo bakal pilih siapa?"

"Dey, nggak ada yang namanya 'kalo aja'. Semua udah terjadi," kata Bayu lelah. Kepalanya sekarang sudah kembali terasa nyeri.

"Bay, kalo gue bilang gue pacaran sama Banyu cuma pengen bikin lo cemburu, lo bakal percaya? Kalo gue bilang gue marah karna lo nggak pernah jujur soal perasaan lo sama gue, lo bakal percaya?" sahut Deandra, membuat Bayu membeku.

Detik berikutnya, Bayu mendengus geli.

"Gue nggak percaya." Namun Bayu segera terdiam ketika melihat ekspresi Deandra.

Dari matanya, Bayu tahu betul Deandra tidak sedang berbohong. Hanya saja, Bayu tak mau memercayainya. Bagi Bayu, segalanya lebih mudah jika Deandra emang berpacaran dengan Banyu tanpa ada maksud lain. Bayu menghantam tembok di sebelahnya dengan buku-buku jarinya. Deandra hanya terisak di samping Bayu.

"Gue pikir," kata Deandra di sela isakannya.

"Lo bakal cemburu dan berusaha ngerebut gue dari tangan Banyu. Nggak taunya, lo malah pergi dari gue. Gue nggak tau harus ngapain lagi." Bayu ingin menyumbat telinganya dengan apa saja. Dia tak ingin mendengarkan Deandra.

"Gue tau gue salah, dan gue pikir gue bisa ngeyakinin lo, tapi gue terlambat. Orang itu tiba-tiba dateng, dan jelas, lo nggak bakal pilih gue," isaknya lagi.

Bayu menatap Deandra, gadis yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya. Gadis yang pernah disayanginya. Deandra menggeleng-geleng pelan.

"Gue sering bertanya-tanya, apa sih bagusnya gue? Tapi, sebagus apa pun gue, walaupun gue nggak berbuat kesalahan apa pun, lo pasti tetep milih dia, kan?" Tanpa pikir panjang, Bayu segera menarik tubuh mungil itu dan mendekapnya erat-erat.

Tangis Deandra segera saja lepas tanpa kendali. Bayu sadar, dia sedang berada dalam situasi yang pelik. Bayu mungkin bisa lebih mudah memutuskan, kalau saja tidak ada yang berubah. Dia bisa saja berpura-pura tidak memercayai Deandra, tapi dia tidak bisa. Bayu tidak bisa tidak menghiraukan Deandra. Bayu tidak ingin Deandra merasakan ketidakadilan yang pernah dirasakannya.

"Bay?" Bayu segera mengetahui bahwa hidupnya mulai sekarang akan bertambah sulit begitu mendengar suara Caroline.

Bayu mendongak, lalu mendapati Caroline dan Banyu di pagar. Deandra melepaskan diri dari pelukan Bayu, lalu memutar tubuhnya. Caroline menatap Bayu dan Deandra bergantian, meminta penjelasan. Banyu juga memandang Bayu.

"Lo udah kasih tau dia ya, Dey?" tanya Banyu hati-hati.

Dulu, Banyu menyanggupi permintaan Deandra untuk berpacaran, semata-mata karna Deandra meminta bantuannya. Deandra sering mengeluh tentang Bayu yang tidak pernah menyatakan perasaannya.

Banyu sebenarnya menyayangi Deandra, tapi Deandra sudah memutuskan untuk siapa hatinya akan diberikan, dan Banyu tak bisa berbuat apa pun selain membantunya. Mendengar pertanyaan Banyu, Bayu merasa darahnya mendidih.

Dia bergerak maju dan menyerbu Banyu. Ternyata, selama ini Banyu juga menyembunyikannya. Entah apa yang membuat Caroline begitu berani, tetapi dia menempatkan dirinya di depan Banyu sehingga Bayu tak bisa memukulnya. Bayu menatap Caroline sebentar, menarik napas, lalu segera berderap keluar rumah.

Caroline terdiam. Jelas sekali Bayu dan Deandra tidak hanya bersahabat.

Ternyata,keputusannya untuk kembali adalah salah.

Tbc

Summer BreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang