InsyaAllah semua yang diawali dengan niat yang baik akan berakhir dengan baik pula. Maka dari itu terimalah Islam karena Allah bukan karena makhluk-Nya.
__Aditya Hutama
Ana Maryam tidak terkejut sama sekali ketika Saga menyatakan bahwa dirinya akan memeluk Islam. Ana tau cepat atau lambat hal ini akan kejadian. Gadis itu tersenyum dan merasa terharu, Saga akhirnya benar-benar memperjuangkan Hanin, sahabatnya.
"Aku dukung kamu, Ga!" Seru Ana sambil menepuk-nepuk bahu sepupunya itu. "Aku juga akan bela kamu nanti!" timpalnya. Ana melihat kekhawatiran di wajah sepupunya itu. Saga pasti sedang memikirkan tanggapan keluarga bila mengetahui niatnya.
"Jangan kasih tau Hanin dulu, Na!" ucap Saga ketika melihat Ana mengeluarkan ponselnya. Saga mengira Ana pasti akan memberitaukan Hanin tentang ini.
Ana mengerutkan keningnya, kemudian mendumel. Saga berlaku seolah-olah tau apa yang barusan akan dilakukannya. Gadis itu kemudian berlalu meninggalkan Saga menuju ruang tengah melanjutkan niatnya hendak menonton TV.
"Cece mana Na?" Saga ternyata mengekori sepupunya itu ke ruang tengah.
"Ke rumah mertuanya!" tutur Ana masih fokus dengan kartun kesukaannya.
"Ck...ck...ck..., udah umur segini masih nonton yang begituan!" Saga menggeleng-gelengkan kepalanya ketika sepupunya itu tertawa karena film kartun yang di tontonnya. Tetapi Ana tidak menggubrisnya sama sekali, masih asyik tertawa.
*****
Adit tersenyum kepada Saga, hari ini pemuda itu akan bersyahadat. Walau hanya sebentar dibimbing oleh Adit. Tetapi pemuda itu sudah memantapkan hatinya untuk memeluk Islam.
"Bang! Saya ingin menanyakan ini dari kemarin." Tutur Saga.
"Tentang apa?" tutur Adit.
"Saya mencintai seorang perempuan yang beragama Islam." Tutur Saga, pemuda itu menghela nafas kemudian berkata lagi "Awalnya, saya berniat memeluk Islam karena ingin dia menerima saya. Tetapi, setelah mengetahui banyak hal tentang Islam, hati saya benar-benar tersentuh. Saya menjadi bertambah yakin untuk memeluk Islam."
"Jadi?" tanya Adit.
"Kemarin bang Adit menjelaskan perkara niat. Tetapi sekarang saya masih belum tau, apakah saya masuk Islam benar karena percaya atau rasa cinta saya kepada perempuan itu yang membuat seolah-olah saya percaya dengan agama ini." tutur Saga lagi.
Adit meremas bahu Saga pelan. "Ga! InsyaAllah semua yang diawali dengan niat yang baik akan berakhir dengan baik pula. Terimalah Islam karena Allah bukan karena makhluk-Nya. luruskan niat kamu! Jujur, saya lega kamu mengatakan ini. lebih lega lagi saat kamu bilang bertambah yakin dan benar-benar tersentuh dengan Islam."
"Ga! Untuk perempuan itu, mungkin Allah jadikan dia sebagai perantara hidayah Allah kepadamu. Jangan goyah! Mintalah kepada Allah, semoga dia benar jodohmu, tetapi jika bukan jangan sampai kamu berpaling dan mengingkari agama ini kembali." Tutur Adit. "Ayo berangkat!" seru Adit lagi.
*****
Saga kini sudah berada di dalam mesjid Nurul Ikhlas. Dirinya duduk berdampingan dengan Adit dan beberapa jamaah lain yang akan menjadi saksi dirinya memeluk Islam.
Jantung pemuda itu berdetak tak karuan. Apakah ini wujud cinta kepada-Nya, Tuhan yang tunggal. Batin Saga.
Setelah mendengar santapan rohani dari salah satu pimpinan di mesjid itu yaitu ustadz Salman, Saga akhirnya dipanggil. Dirinya disuruh untuk memperkenalkan diri. Setelah selesai, Saga disuruh duduk di tengah-tengah jamaah, berdua dengan ustadz Zainudin.
Ustadz Zainudin mengucap basmalah, kemudian menuntun Saga mengucapkan kalimat syahadat. Walau sedikit terbata dan disuruh mengulang mengucapkannya, akhirnya pemuda itu sudah benar-benar menjadi muslim sekarang.
Saga meneteskan air mata ketika ada perasaan rindu yang sudah terluahkan ketika dirinya selesai mengucapkan dua kalimat syahadat. Adit menghampirinya, kemudian memeluk saudara seimannya itu.
"Yusuf! Seru ustadz Salman. Nama Yusuf adalah nama yang diberikan oleh ustadz itu kepadanya. Katanya, wajah Saga itu tampan. Laki-laki paruh baya itu kemudian memeluk Saga. "Semoga istiqomah dan sabar dalam belajar." Tutur usatdz Salman.
*****
Fadhlan menyampaikan niatnya kepada orang tuanya. Nadia, mamanya terkejut mendengar perkataan putra semata wayangnya itu. Tega nya Fadhlan berkata seperti itu, pikirnya.
Sementara Ashraf, hanya bergeming mendengar penuturan anaknya. Laki-laki paruh baya itu dapat mengerti putranya itu. Sebenarnya Ashraf juga sedikit ragu dengan perjodohan ini, namun karena permintaan Ayahnya kakek dari Fadhlan semua ini dilakukannya.
"Baiklah!" seru Ashraf. Jika ini permintaan kamu, Papa nggak bisa berbuat apa-apa. Ini hidup kamu, kamu yang akan menjalaninya. Papa setuju." Tutur Ashraf.
"Nggak!" seru Nadia. "Mama nggak setuju!" cetus Nadia. "Mama nggak mau kamu ngelakuin hal ini."
"Nad!" Seru Ashraf sambil menggenggam tangan istrinya. "Biarlah! Anakmu sudah dewasa, dia bebas menentukan pilihannya." Tutur Ashraf. Namun perempuan paruh baya itu bangkit dari duduknya.
"Mama kecewa sama kamu Lan!" tuturnya, kemudian pergi meninggalkan suami dan anaknya itu.
Fadhlan hanya menunduk, dirinya tau sudah mengecewakan mamanya. Karena mamanya perempuan, pasti Nadia lebih tau perasaan Hanin karena diperlakukan oleh Fadhlan seperti ini.
*****
"Makasih bang!" ucap Saga saat pemuda itu berhasil duduk dibelakang kemudi. Adit yang duduk disampingnya pun tersenyum.
"Makasihnya sama Allah SWT Suf!" tutur Adit. "Eh, kalo saya manggil kamu Yusuf juga, nggak apa-apa kan?" tanya Adit.
"Silahkan bang. Saya suka dipanggil Yusuf." Tutur Adit.
"Bang!__" Saga baru hendak mengatakan sesuatu ketika suara ponsel milik Adit menghentikan niatnya.
"Halo!" Oh ya dek. Kenapa?" Adit mulai berbicara dengan benda pipih itu. Saga kemudian menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya. Saga bergeming mendengar Adit yang berbicara dengan orang diseberang telepon.
"Siapa bang?" tanya Saga, saat Adit telah menyimpan ponselnya.
"Adik sepupu. Ada masalah dengan pernikahannya" Tutur Adit.
"Ehm... !" Saga menganggukkan kepalanya paham.
"Suf! Bentar lagi libur kan ya?" tanya Adit yang kemudian diiyakan oleh Saga."Kamu mau ikut abang ke Padang nggak?"
"Padang bang!" seru Saga, Antusias. Membuat Adit bertanya kenapa.
"Saya tinggal di Padang bang." Tutur Saga terkekeh.
"MasyaAllah, kebetulan dong. Kamu pulang libur ini kan?" tanya Adit tak kalah antusias.
"Iya bang. Mau sampaikan ke orang tua juga kalau saya pindah agama." tutur Saga. "Doain orang tua nerima ya bang!" timpalnya.
"InsyaAllah abang doain Suf!" ucap Adit.
*****
Assalamualaikum...
Ayo siapa yang bisa nebak jalan cerita selanjutnya?
Huhuhu... antara sedih dan bahagia ini!
Jangan lupa vote, comment dan follow!...
XOXO uniyola
KAMU SEDANG MEMBACA
SABDA CINTA [END]
Teen FictionHanin membelalakkan matanya mendengar penuturan Nadia, jantungnya seakan memompa lebih cepat. Gadis itu tiba-tiba berubah jadi kaku. Namun Nadia malah terkekeh senang. Entah apa yang membuat perempuan paruh baya itu demikian. Hanin melirik Fadhlan...