30. IKHLAS

49 3 0
                                    

Aku pasrahkan semuanya Tuhan. Aku yakin rencana-Mu lebih Indah dan pilihan-Mu yang terbaik. Aku ikhlas melepasnya.

__Sagara Hadinata

Saga melirik sekilas ke arah Ana yang sedari tadi tak berhenti menatapnya. Siapapun jika ditatap seperti itu pasti akan risih.

"Kamu nggak bimbingan?" Saga berujar tanpa menoleh ke arah sepupunya itu. matanya masih terfokus kepada sebuah buku yang sedari tadi di bacanya. Namun yang ditanya masih setia diam. Hal itu membuat Saga mau tidak mau menoleh kepada sepupunya itu.

"Kamu lagi baca apa?" bukannya menjawab, Ana malah balik bertanya kepada pemuda itu.

"Kamu kebiasaan ya. Kalau ditanya itu dijawab, bukannya malah balik nanya." Tutur Saga memperlihatkan sampul buku yang dibacanya. "Udah sana!" cetusnya lagi membuat Ana mencebikkan bibirnya. kemudian gadis itu bangkit hendak beranjak dari balkon kamar sepupunya itu.

Saga melirik Ana sekilas kemudian menggelengkan kepala. kemudian kembali memanggil sepupunya itu.

"An!"

"Kenapa?"

"Kamu udah ada ngehubungin Hanin?"

"Buat apa?"

"An!"

"Apa?"

"Aku tau kamu juga kangen sama Hanin. Nggak baik mutusin silaturrahmi. Lain kali kalo Hanin kesini kamu temuin dia ya An. jangan suruh Buk Tini bohong, bilang kamu nggak ada ke Hanin. Hanin pasti punya alasan kenapa dia nggak bilang apa-apa sama kamu An. Kasihan Hanin, udah beberapa kali kesini tapi nggak ketemu kamu."

Ana bergeming. Benar apa yang dikatakan Saga. Dirinya memang merindukan sahabatnya itu dan ini sudah hari ketiga Ana tak menggubris Hanin. Ketika bertemu di kampus pun Ana mengabaikannya.

"Aku tau!" tutur Ana akhirnya. Setelah mengucapkan itu Ana keluar dari kamar sepupunya itu. Sedangkan Saga terus memperhatikan ke arah pintu kamarnya setelah Ana pergi. Pemuda itu sedang berpikir, apakah Ana akan menuruti nasehatnya karena gadis itu tak mengatakan apapun selain dua kata tadi.

******

Hanin bergegas menuju pintu dan segera membukanya ketika dirinya mendengar suara ketukan. Hanin yakin yang datang adalah Adit. Dan benar saja, Adit nampak berdiri dengan senyuman diwajahnya ketika pintu dibuka.

"MasyaAllah!" Seru Hanin. Melihat wajah kakak sepupunya itu membuat Hanin merasa senang.

"Assalamualaikum!" tutur Adit.

"Walaikumsalam mas! Ayo masuk mas."

Hanin mengamit lengan sepupunya menuju ruang tamu. Kemudian beranjak ke arah dapur untuk mengambil minuman sebelum terlebih dahulu menyuruh Adit untuk duduk.

"Minumnya mas."

"Iya dek."

"Maaf ya mas, Hanin gk bisa jemput. Mas nggak nyasar kan cari alamat sini?"

"Iya nggak papa. Kamu kan habis keluar dari rumah sakit, mas paham kok. Justru mas sendiri yang nggak akan ngebolehin kamu jemput kalaupun kamu ingin. Suamimu mana dek?"

"Mas Fadhlan lagi keluar mas. Mamanya mas Fadhlan kebetulan ada disini loh mas. Tapi sekarang lagi sholat dhuha. Nah itu mama."

"Wah, ini pasti Adit!" Nadia keluar dari kamarnya ketika mendengar suara Hanin yang mengobrol dengan seseorang.

"Iya tante!"

"Gimana perjalanannya Dit?"

"Alhamdulillah lancar tan."

SABDA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang