33. LAGI ASA

79 4 0
                                    

Asa dan rasa selalu ada dalam setiap doa. Aku tidak tau kapan rasa ini mulai berlayar, tetapi aku tau pasti dimana dia akan bermuara.

__Fadhlan Minallah A


Fadhlan sedikit lega ketika akhirnya orang tua Hanin mengizinkan dirinya masuk. Sudah hampir dua minggu Fadhlan bolak-balik ke rumah orang tua Hanin untuk bicara dengan mertuanya dan meminta izin membawa Hanin besertanya.

Setelah kedua orang tuanya menemukan titik buntu dan tidak mendapat kesepakatan dengan mertuanya, Fadhlan memutuskan untuk mencoba peruntungannya. Walau terus ditolak, tetapi Fadhlan tidak akan menyerah begitu saja.

Fadhlan tau, semuanya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Dirinya harus kembali mengambil hati mertuanya yang sudah terlanjur kecewa. Fadhlan rela batal ujian skripsi karena semua ini. Jangankan itu, apapun itu akan ia relakan asalkan dirinya diizinkan menemui Hanin dan membawanya serta.

"Kamu bercandain saya? Berani-beraninya kamu berucap demikian. Kamu pikir anak saya barang? Hei bung, gunain otakmu sebelum bicara." Sambar Irawan.

Fadhlan tidak menjawab ketika Irawan berkata kasar kepadanya. Dirinya tau, ayah mertuanya sedang naik pitam. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima semua perlakuan mertuanya. Fadhlan sangat sadar akan kesalahannya.

"Saya minta maaf Pa. Saya hanya ingin meluruskan semuanya. Saya mohon, izinkan saya menjelaskan semuanya dari awal." Ujar Fadhlan tegas.

"Pa!" teriak Hanin, ketika papanya baru saja akan menampar Fadhlan. Sementara Fadhlan sudah siap akan konsekuensi yang akan diterimanya.

Hanin menundukkan kepalanya ketika papanya tiba-tiba berdiri berkacak pinggang. Sementara Ratna memeluk putrinya.

"Papa heran. Kamu malah membela pemuda ini." Ujar Irawan dengan wajah berang. Sementara Fadhlan senantiasa bergeming di tempat duduknya. Dia tidak menyangka Hanin tiba-tiba keluar dan memohon kepada papanya untuk memaafkan dirinya.

Irawan memijit pangkal hidungnya. Kepalanya tiba-tiba terasa berat. "Kamu pulang saja!" ujarnya. "Hanin nggak akan ikut sama kamu."

"Pa saya mohon." Tutur Fadhlan, mendongak menatap ayah mertuanya dengan mimik penuh harap Irawan akan memenuhi permintaannya. Dia tidak mau hari ini juga akan berlalu sia-sia.

"Hanin kamu masuk kamar!" Bentak Irawan.

"Pa!" lirih Hanin.

"Masuk!" bentak Irawan dengan suara yang semakin meninggi.

Ratna merangkul putrinya kemudian mengajak Hanin meninggalkan ruang tamu. Hanin mau tidak mau menurut.

"Kamu boleh pergi sekarang!" ujar Irawan.

Fadhlan kembali mendongak."Pa?"

Fadhlan menghela nafas ketika Irawan meninggalkannya begitu saja. Terpaksa dengan langkah gontai pemuda itu meninggalkan rumah mertuanya itu. Sementara Irawan hanya memperhatikan menantunya itu diam-diam. Saya akan lihat sejauh mana perjuangan kamu. Batinnya.

*****

Ana memeluk boneka beruang berwarna putih yang baru saja diterimanya. "Makasih banyak Fa" ujar Ana, tersenyum kepada Syifa. "Sayang nggak ada Hanin!" cebik Ana.

"Iya juga ya An. Hanin gimana kabarnya ya?" Syifa bertanya.

"Semalam Hanin nelpon, ngasih semangat dan dia doain aku biar lancar ujian skripsinya Fa. Padahal aku tau banget dianya juga butuh semangat" ujar Ana.

Syifa bergeming kemudian tersenyum namun dipaksakan. "Orang tuanya masih belum ngizinin Fadhlan untuk nemuin Hanin ya An?"

"Ya gitu lah Fa" jawab Ana.

SABDA CINTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang