Arti kebahagiaan adalah bukan ketika semuanya berjalan seperti apa yang kita mau, tetapi kesyukuran kita terhadap semua yang telah Dia tetapkan.
__Aro Alsava
Ana menatap wajah murung sahabatnya dengan cemberut. Dirinya tidak tau apa yang sudah terjadi dengan sahabatnya itu. setiap ditanya, Hanin selalu saja menjawab dia tidak apa-apa dan tak ada yang terjadi.
"Terus kalo nggak kenapa-napa, kenapa kamu diam terus sih Nin. Udah dua hari lo ini. Aku perhatiin kamu juga sering banget narik nafas dalam. Ini bukan kamu biasanya loh Nin!" Seru Ana. Dirinya benar-benar butuh keterangan dari sahabatnya itu.
"Nggak ada apa-apa kok An! Udah ah biasa aja tampangnya, kok malah jadi kamu yang cemberut!"
"Nin, aku tau kamu ada masalah. Cerita aja kenapa sih! Kamu kok kayak ada sesuatu yang ditutupin gitu dari aku, biasanya kamu juga cerita!"
"An! Please!"
"Oke! Tapi kalo ada apa-apa, kamu cepat kasih tau aku ya!"
"Ehm!"
"Ya udah, aku pulang ya Nin. Jangan lupa pesan dari bu Hafsa loh ya!"
"Iya tau. Udah buruan pulang! Udah sore ini!"
"Ya udah, Dah!"
"Dah!"
Hanin menatap Ana yang telah melaju dengan motornya. Gadis itu kemudian menarik nafas dalam, sebenarnya Hanin ingin sekali menceritakan masalahnya kepada Ana, namun dirinya takut hal itu hanya akan menambah masalah.
"Hanin!"
Baru saja gadis itu hendak membuka pagar asramanya, suara yang tidak asing memanggilnya. Hanin membalikkan badan dan melihat sosok Fadhlan kini berdiri dihadapannya.
"Orang tua saya hari ini akan ke Padang!" Seru Fadhlan ketika melihat Hanin mengacuhkan dirinya dan berniat hendak memasuki asrama.
"Kapan?"
"Setengah jam lagi sepertinya sampai. Bisa kamu ikut saya sekarang?"
Hanin lagi-lagi menarik nafas dalam. Mau tidak mau dirinya menuruti permintaan Fadhlan. Mau bagaimana lagi, dirinya tak memiliki pilihan lain.
*****
Fadhlan menghentikan laju mobilnya tepat didepan rumahnya. Membuat Hanin mengkerutkan keningnya, kenapa pemuda itu malah membawanya kesini.
"Kamu bilang, Orang tua kamu mau datang? Kita nggak pergi jemput?"
"Biar mas aja yang jemput Nin. Keadaannya udah mendesak. Kamu bisa pindahin barang-barang kamu sementara ke kamar mas?" ujar Fadhlan. Sebenarnya dirinya juga baru dikabarkan orang tuanya saat mereka hendak akan menaiki pesawat. Jadilah Fadhlan kelabakan mencari keberadaan istrinya terlebih dahulu.
"Astaghfirullah! Saya lupa."
"Kamu bawa kunci rumah?" Tanya Fadhlan lagi, takutnya istrinya itu lupa membawa kunci yang memang Hanin pegang.
"Iya saya bawa." Ujar Hanin sambil membuka pintu mobil.
"Ya sudah. Oh, satu lagi Nin."
"Iya?"
"Mas tadi udah beli makanan untuk makan malam karena mas pikir kamu pasti udah nggak sempat lagi masak. Bisa tolong panasin?" ujar Fadhlan lagi yang diangguki oleh Hanin. Setelah mengucap salam, Fadhlan kembali melajukan mobilnya, sementara Hanin bergegas memasuki rumah."
*****
Hanin membuka pintu, ketika mendengar deru mesin mobil yang memasuki halaman rumah. Benar saja, Fadhlan sudah pulang. Gadis itu kemudian tersenyum dan bergegas menghampiri mertuanya yang baru keluar dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
SABDA CINTA [END]
Teen FictionHanin membelalakkan matanya mendengar penuturan Nadia, jantungnya seakan memompa lebih cepat. Gadis itu tiba-tiba berubah jadi kaku. Namun Nadia malah terkekeh senang. Entah apa yang membuat perempuan paruh baya itu demikian. Hanin melirik Fadhlan...