Apakah sebuah dosa jika aku berpikir mengenai kemungkinan terburuk. Dan lagi, kita harus selalu waspada demi keselamatan bukan?
__Hanindia Irawan
Hanin membelalakkan matanya ketika Fadhlan memberhentikan mobil di depan sebuah hotel yang bisa dibilang sangat mewah. Dirinya melihat ke sekitar untuk mencari tau dimana dirinya berada. Maklum, selama menjadi mahasiswa, Hanin tidak pernah kemanapun selain kampus, asrama, pasar dan tempat kajian.
"Nin? kok bengong. Ayo turun."
"Ehm, iya."
Hanin mengikuti langkah kaki Fadhlan yang melangkah ke meja resepsionis. Dirinya tidak terlalu memperhatikan pembicaraan mereka, karena masih bingung kenapa Fadhlan membawa dirinya ke hotel.
"Nin? ayo!"
"Mas Fadhlan, kita mau kemana?" tanya Hanin masih berdiri di tempatnya. Wajah Hanin terlihat pias.
"Kan tadi__" Fadhlan tidak menyudahi kalimatnya. Bibirnya malah menyunggingkan senyum kemudian berubah menjadi tawa. Hal itu membuat Hanin bergidik ngeri kemudian memutuskan berbalik melangkah menuju pintu hotel tentunya dengan tujuan keluar dari hotel tersebut.
Fadhlan menghentikan tawanya ketika melihat Hanin melangkah setengah berlari keluar dari hotel. Astaga, batinnya sebelum menyusul istrinya itu.
"Lepasin mas!" teriak Hanin di depan pintu hotel membuat semua orang di sekitar menoleh ke arah mereka. Pasalnya Fadhlan mencoba menahan dirinya dengan menggenggam pergelangan tangannya.
"Kamu mau kemana sih?"
"Lepasin, aku mau pulang ke asrama."
Fadhlan mengusap mukanya kasar. Kemudian menatap Hanin lamat-lamat. "Kamu mikir apa sih?, Kamu pasti mikir buruk ya?." Tutur Fadhlan.
"Astaga Nin!" ujar Fadhlan bingung kenapa Hanin sampai berpikir yang tidak-tidak. Dengan perlahan dihampirinya Hanin yang masih bergeming di tempat. Fadhlan kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu Hanin membuat gadis itu sedikit terkejut kemudian mendongak menatapnya.
"Kita kesini pure cuma untuk makan, nggak ada yang lain. Lagian soal itu, mas nggak akan nuntut macam-macam dari kamu sampai kamu bisa buka hati kamu untuk mas."
Hanin menunduk malu setelah mendengar penuturan Fadhlan.
"Ayo masuk!" tutur Fadhlan dengan nada lembut. Kita makannya di Rooftop, makanya harus naik lift." Ujar Fadhlan menjawab raut wajah bingung Hanin.
"Ini tempatnya." Tutur Fadhlan ketika baru saja keluar dari lift. Sementara Hanin terdiam melihat pemandangan di hadapannya sebelum dirinya kembali dibuat terkejut karena Fadhlan kini sudah menggenggam jemarinya menuntun dirinya ke tempat duduk.
"Pesan apa kak, bang?"
Fadhlan melirik Hanin ketika waitress mendatangi meja mereka. "kamu mau makan apa? Disini kita bisa pesan tanpa menu, jadi pesanan akan dibuatkan sesuai kemauan pelanggan."
Hanin menggangguk sekilas. "Menu spesial disini apa ya kak?" tanya Hanin kepada Waitressnya.
"Kalo yang spesial ada sate kambing kak."
"kalo gitu pesan sate kambing dan mie tarempa khas Batam ya." Ujar Hanin.
"Sip kak, kalo abangnya?"
"Saya pesan Kerapu steam dan kepiting saos Padang. Minumnya jus alvokad ya."
"Baik, kakaknya mau minum apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SABDA CINTA [END]
Teen FictionHanin membelalakkan matanya mendengar penuturan Nadia, jantungnya seakan memompa lebih cepat. Gadis itu tiba-tiba berubah jadi kaku. Namun Nadia malah terkekeh senang. Entah apa yang membuat perempuan paruh baya itu demikian. Hanin melirik Fadhlan...