Rintikan gerimis turun sedikit demi sedikit membasahi jalan raya hingga menjadi genangan di jalan yang berlubang. Semalam ibu kota Jakarta habis di guyur hujan lebat hingga pagi hari tiba menjadi rintikan gerimis.
Mobil sport merah sudah terparkir manis di parkiran SMA Starlight. Namun, si pengendara mobil masih berada di dalam mobil, nampaknya enggan untuk keluar sebab gerimis kini menjadi lebih deras.
Nazwa melirik jam di pergelangan tangan kanannya. Pukul 06.30, berarti masih ada waktu 30 menit lagi untuk menunggu hujan sedikit reda. Nazwa mengambil ponselnya di dalam tas untuk menemani kesunyiannya di dalam mobil seorang diri.
Namun yang di harapkan Nazwa tidak tercapai. Nazwa melirik jamnya lagi, kini sudah pukul 06.50 yang berarti 10 menit lagi bel masuk berbunyi dan jam pertama akan segera dimulai.
Setelah menaruh ponselnya di dalam tasnya kembali pada tempat semula, dengan amat terpaksa Nazwa membuka pintu mobil dengan pelan-pelan agar gerimis tak mengenai seragamnya.
Sungguh ini sangatlah membuat Nazwa kesal setengah mati. Terjebak hujan di dalam mobil di tambah lagi dengan tidak membawa payung atau pun jas hujan. Nazwa berpikir dengan keras agar bisa cepat masuk kedalam lobby sekolah. Tangannya masih memegang gagang pintu mobil dengan keadaan melamun, sampai tak sadar jika di depannya ada laki-laki yang tengah menatap dirinya sembari membawa jaket di tangannya.
Saat melangkahkan kaki satunya turun mobil, tiba-tiba rintikan hujan tidak mengenai sekitar dirinya namun masih deras di luarnya. Nazwa tersadar bahwa di depannya terdapat seseorang laki-laki saat melihat sepatu laki-laki menghadapnya.
Nazwa mendongak lalu tatapannya bertemu dengan laki-laki yang berada di depannya sambil memegangi jaket yang kini berada pas di atas kepalanya dan kepala laki-laki itu. Nazwa memalingkan wajahnya terlebih dahulu sebelum tatapannya lebih lama.
Kelvin tersenyum geli kemudian mengulurkan satu tangan kanannya ke Nazwa dengan tangan kiri yang masih menahan jaketnya di atas. "Ayok turun mau masuk."
"Nggak usah."
Tangan kanannya masih berada pada posisi awal, Nazwa melirik sekilas lalu kembali lagi.
Kelvin menghembuskan nafasnya terlebih dulu. Nazwa memang keras kepala hingga harus menghadapinya dengan sabar. "Lo mau sampe kapan disini? hujan nggak bakal reda dan 5 menit lagi masuk!"
Nazwa diam sesaat memikirkan perkataan Kelvin barusan. Ada benarnya juga kata Kelvin. 5 menit lagi bel berbunyi dan jam pertama di awali pelajaran fisika dengan guru mapel killer, bisa berabe nanti kalo sampai datang terlambat apalagi alasan yang tidak tepat.
Nazwa melirik tangan Kelvin yang masih terulur lalu beralih menatap Kelvin yang tangah menatapnya dengan senyuman. Nazwa menghembuskan nafasnya pasrah, terpaksa memilih tawaran Kelvin agar tidak terlambat dan urusannya menjadi hukuman. Nazwa meraih tangan Kelvin mengaitkan dengannya, barulah Nazwa turun dari mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...