Now Playing : Ruri Republik feat Chynthia Ivana - Pesan Dari Hati.
•••
"Naz, semalem lo pergi sama Kelvin?"
Nazwa yang tengah mengaduk baksonya berhenti. Menatap Helen dengan kedua alis terangkat. "Nggak."
Sejak semalem Kelvin sama sekali belum menghubunginya lewat handphone. Tetapi pagi ini Kelvin tetap menjemput dirinya dirumah, seperti hari-hari biasanya.
Nazwa tidak marah namun kecewa. Cewek mana yang tidak khawatir saat pacarnya tidak ada kabar seharian? Rasanya campur aduk takut terjadi apa-apa. Tadi pagi Nazwa sedikit cuek terhadap Kelvin. Bukannya menjelaskan apa yang terjadi kemarin cowok itu malah bersikap seolah biasa saja.
"Terus yang gue liat semalem siapa dong?" tanya Helen.
Nazwa menggeleng emang dasarnya dia tidak tau siapa yang dilihat Helen. Walaupun tidak terlalu peduli sebenarnya dalam hati Nazwa terbesit rasa ingin tahu. Apa yang Helen lihat kemarin sama seperti yang dirinya lihat atau bukan.
"Emang lo liat dimana?" Alina menatap Helen heran. Sementara tangannya sibuk menuangkan saus kedalam mangkuk.
Nazwa memukul tangan Alina. "Jangan banyak-banyak!" Alina menyengir lucu. Menaruh kembali saus ditengah-tengah meja.
"Di Mall semalem. Gue liat Kelvin sama cewek, eh kirain Nazwa tapi bukan." jawab Helen.
Mata Alina menyipit. "Jangan ngarang deh Hel!"
"Gue nggak ngarang astaga."
"Ya terus itu cewek siapa?!" sentak Alina.
Helen mengendikan bahunya. "Mana gue tahu! Nggak liat mukanya gue."
"Udah!" Nazwa mendengus. "Lo ke Mall sama siapa?" tanya Nazwa menatap Helen.
Helen menyengir lalu menunduk malu-malu. Kedua tangannya bertautan dibawah meja.
"Sok-sok'an malu-malu najis!" ucap Alina sinis. "Siapa sih?"
Helen mendongak menatap Alina sengit. "Astagfirullah. Emosi mulu sih Al!"
"Hormon gue." Helen mengangguk paham. Alina kalau sudah marah ya udah kaya macan, jangan ditanya lagi. Apalagi kalau tamu bulanan datang.
"Jangan bilang-bilang ya?" Helen menatap kedua sahabatnya menyipit. Dua sudut bibirnya tertarik ke atas. Wajahnya memerah mengingat bagaimana kejadian semalam saat ia jalan dengan seseorang. Helen menelungkupkan wajahnya di atas meja kantin.
"Lahh bocah! Ayok katanya mau ngomong. Ga gue sebar aelah." dengus Alina.
"Sumpah gue malu."
"Ngapain malu? Kan lo biasa curhat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Jugendliteratur[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...