Kelvin memapah Nazwa masuk kedalam rumahnya. Kondisi gadis itu mulai membaik setelah meminum obat pereda pusing, namun keadaan fisik tidak, Nazwa menjadi lemas entah karna apa.
Pintu coklat kokoh terbuka menampakkan wanita paruh baya yang sedang menatap Nazwa dengan khawatir. "Ya ampun, non Nazwa kenapa?" tatapannya beralih menatap Kelvin dengan cemas.
"Bibi?" Bi Yuni mengangguk, "ini bi Nazwa tadi pingsan terus keadaannya jadi lemas." kata Kelvin sembari melirik Nazwa yang masih berada di rangkulannya, gadis itu tak menolak karena memang ia sangat lemas dan pandangannya terus menunduk.
"Astaga non, yaudah den tolong anterin non Nazwa kekamarnya aja, ada dilantai dua pintu putih ada namanya. biar bibi ke dapur dulu." Kelvin mengangguk membantu Nazwa berjalan kearah tangga menuju kamarnya.
Setelah kakinya tampak menginjak tangga terakhir, Kelvin menatap dua kamar yang berada disisi pojok berhadapan, laki-laki itu membaca nama di setiap pintu putih lalu tangannya memegang gagang pintu yang sudah terdapat nama Nazwa di pintu itu.
Pintu terbuka, yang pertama Kelvin lihat yaitu ruangan dengan dominan cat kuning yang terdapat beberapa foto terpasang di setiap penjuru ruangan dengan di lengkapi sedikit lampu tmblr sebagai hiasan. Bersih, rapi dan nyaman. Kelvin memapah Nazwa menuju sisi ranjang, namun kegiatannya berhenti saat tidak ada pergerakan dari gadis yang tengah berada didalam rangkulannya. Kelvin menurunkan badan Nazwa agar duduk disisi ranjang, namun sebelum lelaki itu memegang bahu Nazwa agar menghadap dirinya, lebih dulu badan Nazwa akan oleng kebelakang sebelum dengan sigap Kelvin memegangi kembali alhasil tubuh gadis itu menabrak dada bidang Kelvin dengan lemas.
Kelvin melihat Nazwa yang kini berada di dalam dekapannya. Dagu Nazwa diangkat agar Kelvin mudah menatapnya, matanya terpejam dan tidak ada pergerakan. Nazwa pingsan lagi!
Entah sejak kapan Nazwa sudah pingsan lagi Kelvin tak tahu. Barulah Kelvin mengangkat tubuh Nazwa membaringkan diatas ranjang lalu menutupinya dengan selimut hingga sebatas dada. Tangannya memegang kening Nazwa, wajah cemas bercampur khawatir tercetak kembali pada lelaki itu saat tangannya tepat berada di kening Nazwa. Badannya panas dan tangan gadis itu dingin. Tangannya beralih mengusap puncak kepala Nazwa dengan pelan, "Cepet sembuh Naz".
Kemudian Kelvin melangkahkan kakinya keluar dari kamar Nazwa hingga berpapasan tepat didepan pintu dengan Bi Yuni.
"Non Nazwa gimana?" tanya Bi Yuni khawatir, tangannya memegang nampan berisi baskom dan makanan.
"Badannya panas bi, Nazwa pingsan lagi. Kenapa bisa panas ya bi, Nazwa kenapa?" tanyanya bingung, jika hanya terkena bola gadis itu tidak akan mungkin separah itu sampai badannya panas dan pingsan dua kali. Mungkin ada faktor lain, pikirnya.
"Itu den, tadi pagi si non nggak mau makan dan pas tadi bangun matanya sembab, kayaknya habis nangis si non."
Penjelasan dari Bi Yuni cukup untuk Kelvin. Ia tak tega meninggalkan Nazwa sendiri apalagi melihat keadaan rumah gadis itu sangat sepi, hanya ada pembantu dan satpam yang berada di depan rumah. Namun ia harus kembali ke sekolah lagi setelah mengantar Nazwa pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...