☃12. | Cold Princess☃

40.7K 1.3K 3
                                    

Derap langkah kaki terdengar di setiap penjuru rumah berlantai dua itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah kaki terdengar di setiap penjuru rumah berlantai dua itu. Orang itu terus menunduk, memperhatikan setiap langkah kakinya seiring turun dari tangga.

Sementara di sisi lain, di ruang makan lebih tepatnya tiga orang menatap Nazwa dengan tatapan berbeda-beda. Veno menatap Nazwa dengan khawatir sebab gadis itu semalam belum makan. Sehabis di antar Kelvin pulang, Nazwa langsung pergi ke kamarnya dan menguncinya dari dalam, seolah tak mau di ganggu sama sekali.

Namun Nazwa masih bersikap seperti biasa. Gadis itu duduk di salah satu kursi lalu meminum susu yang sudah di siapkan di atas meja. Tangannya terulur mengambil selembar roti dan selai coklat, barulah Nazwa mengolesinya dengan rata tanpa peduli tatapan tiga orang di sekitarnya.

"Naz," panggil Veno yang hanya di jawab deheman oleh Nazwa yang masih menunduk. Veno menghembuskan napasnya, "Mau di anter nggak?" tawar Veno.

Nazwa mendongak menatap kakaknya, kemudian menggeleng. "Sama Alina."

"Nanti kalo pulang telfon yah,"

"Lihat nanti." Nazwa meminum susunya lagi setelah memakan satu lembar roti sebagai penutup. "Gue berangkat." Nazwa beranjak dari kursinya.

"Naz nggak pamit sama Mama, Papa?"

Langkah kaki Nazwa terhenti. Gadis itu tidak menoleh maupun berbalik tempat. Masih tetap diam di tempatnya, "Nggak." jawabnya lalu melanjutkan langkah kakinya keluar rumah.

Veno menatap Nazwa dengan pandangan nanar hingga Nazwa hilang di balik dinding. Pandangan Veno beralih menatap kedua orang tuanya. "Mama sama Papa kapan berubah sih? Nggak kasian apa sama Nazwa?" tanya Veno sedikit tidak suka dengan tindakan kedua orang tuanya.

"Bukannya nggak kasian Ven, tapi Nazwa yang nggak ngerti kita. Kita bekerja juga untuk kamu sama Nazwa." ucap Dino masih menikmati sarapan paginya.

Veno berdecak, meminum air putihnya setelah selesai sarapan. "Kalian tuh yang nggak ngerti! Gimana perasaan Nazwa saat kalian nggak ada? Sakit Ma, Pa. Dia sering drop, banyak pikiran, dulunya ceria sekarang dia dingin datar dan itu karena siapa? Karena Mama sama Papa. Apa kalian nggak ada waktu sebentar aja buat Nazwa, dia butuh kalian. Bukannya Veno gimana sok ceramahin kalian tapi Veno sayang Nazwa, adik Veno satu-satunya. Apa kalian nggak sayang Nazwa? Sebegitu pentingnya pekerjaan dari pada anak-anak Mama Papa?"

Dinda meletakan sendok dan garpunya di atas piringnya yang sudah kosong. Wanita berkepala empat itu menatap anak pertamanya dengan tatapan intens. "Veno. Mama sama Papa bekerja juga untuk kamu sama Nazwa. Kita sayang sama kalian berdua, mana ada orang tua yang nggak sayang sama anaknya sendiri. Kita cari uang untuk biayain kalian berdua biar hidupnya nggak serba kekurangan."

"Tapi Ma, Pa yang kita butuh tuh kalian berdua bukannya hanya uang, uang dan uang. Coba deh kita kembali kayak dulu, Mama di rumah aja terus Papa yang kerja apa nggak bisa?"

Cold Princess [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang