Nazwa menginjakan kakinya tepat di depan pintu rumah setelah meninggalkan mobilnya yang masih terparkir manis di halaman rumahnya.
Bangunan kokoh berlantai dua dengan cat putih itu menjadi tempat tinggal Nazwa sekarang. Tinggal sendiri dalam sebuah rumah yang sangat besar kini sepi menyelimutinya. Orang tua yang gila kerja sehingga meninggalkan Nazwa sendiri di rumah bersama asisten rumah tangga.
Pintu kokoh berwarna coklat itu terbuka lebar menampakan seorang paruh baya dengan daster bunga-bunga dan terdapat celemek di satu bahunya.
"Masuk non." Bi Yuni mempersilahkan Nazwa masuk kedalam rumah. Bukannya Nazwa masuk ke dalam menuruti permintaan Bi Yuni malah masih setia berdiri di depan pintu.
"Bi, Papa sama Mama udah pulang?" tanya Nazwa.
Bi Yuni menggeleng memaksakan senyum agar majikan kecilnya itu tidak melihat bahwa dirinya sedang prihatin dengan Nazwa. "Belum non."
Nazwa menghela nafasnya lalu mengangguk, barulah masuk ke dalam rumah meninggalkan Bi Yuni yang masih setia melihat punggung Nazwa yang semakin menghilang menaiki tangga.
Tatapannya beralih sendu setelah Nazwa menghilang dari arah pandang. Bi Yuni memang tau bagaimana kehidupan Nazwa yang dulu dan sekarang. Sudah lama Bi Yuni bekerja dan mengurus Nazwa sejak kecil di keluarga ini.
Dulu Nazwa anak yang sangat periang dan manja, berbeda dari sekarang yang menjadi dingin dan tertutup dari semua orang. Tentu kejadian ini di sebabkan oleh sikap yang di berikan di masa kecil dari orang tuanya dan sebagian dari masa lalu hidupnya sehingga membuat Nazwa berubah 180° dari sebelumnya.
Nazwa menduduki dirinya di sofa kamar menyenderkan punggungnya sejenak agar rasa lelahnya berkurang. Memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosongnya mungkin menjadi beban dalam pikirannya sedikit berkurang.
Memiliki keluarga yang harmonis pasti sangatlah bahagia. Itulah yang ingin Nazwa rasakan sekarang. Bercerita seputar kehidupan di sekolahnya hingga masalah pribadi dengan kedua orang tuanya. Jika orang yang masih memiliki keluarga yang utuh pasti sangatlah mudah menginginkan hal itu, namun sangat susah bagi seorang Nazwa.
Kedua matanya memejam sejenak menikmati dinginnya sentuhan AC di dalam kamar ber cat kuning itu.
Tok tok tok.
"Masuk." suara pintu mampu membuat Nazwa tersadar hingga ke alam nyata, tapi Nazwa menjawab ketukan pintu itu masih dengan mata memejam seolah-olah tak ingin membuka mata kembali.
"Non makan dulu." Bi Yuni menaruh nampan berisi makanan untuk Nazwa di meja dekat sofa yang Nazwa duduki.
Nazwa membuka matanya lalu beralih menatap nampan yang berisi nasi goreng kesukaannya dan jus jeruk favoritnya itu lalu mengangguk.
Bi Yuni lantas tersenyum melihat anggukan Nazwa. Sekiranya Nazwa masih mau makan di bandingkan sama sekali tidak makan mengingat kondisinya saat ini. "Bibi tinggal dulu non."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Novela Juvenil[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...