Now Playing : Raisa - Apalah Arti menunggu.
~~~
Hari ini Nazwa ada jadwal kerja kelompok di rumah teman kelasnya. Kebetulan sekali jatuhnya pada hari minggu, namun yang disayangkan dia tidak bisa full time bersama Kelvin.
Nazwa duduk di bangku teras rumah dengan segala keperluannya. Tas sudah dia gendong, Nazwa menunduk, meyakinkan diri bahwa outfitnya kali ini tidak memalukan untuk kerja kelompok. Hanya kaos putih berlengan pendek dengan gambar kecil di dada atas sebelah kanan sementara celana yang dipakainya jeans berwarna hitam, dan dipadukan dengan sepatu putih yang dia punya. Rambutnya tergerai indah, kini hanya perlu menunggu Alina yang katanya akan menjemputnya dan Helen.
"Alina udah dateng?" tanya Helen begitu keluar dari rumah dan menutup pintu membuat Nazwa berjingkrak kaget. Lalu Helen duduk di bangku sebelahnya yang terhalang oleh meja bundar di tengah-tengah mereka.
"Belum. Katanya sebentar lagi."
Helen hanya mengangguk. Tangannya membuka ponsel, memeriksa beberapa notifikasi masuk dari ponselnya. Kedua sudut bibirnya terangkat, jarinya menari-nari diatas layar dengan raut wajah yang tak bisa digambarkan bagaimana arti senyuman itu.
Nazwa menatap Helen aneh. Ada apa dengan dia? Sesekali melirik Helen takut gadis itu kesurupan atau bagaimana Nazwa mengetuk jarinya diatas meja. Menunggu Alina yang sampai saat ini tak kunjung datang. Nazwa menghela nafas tepat saat mendengar deru mobil memasuki pekarangan rumahnya.
Nazwa berdiri sembari menggendong tasnya, "Hel ayok!"
"Eh iya." Helen mengambil tasnya diatas meja. Lalu menyusul Nazwa yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.
~~~
"Ini di gimanain sih?! Susah banget. Males gue kan!" keluh Rani. Teman sebangku Helen saat ini.
Nazwa mendekat, dengan telaten gadis itu membantu Rani mengerjakan tugasnya. Menjelaskan dengan detail dengan pelan sampai membuat Rani mengangguk paham benar-benar paham.
"Udah sore nih, pulang yuk." ajak Helen yang mulai bosan. Padahal gadis itu hanya membantu sedikit saja. Tapi yang lain tidak keberatan, toh yang penting mereka datang tidak hanya minta enaknya saja ditulis nama diatas kertas.
"Gue juga udah cape. Perasaan baru bentaran eh udah sore aja." keluh Alina, menyandarkan punggungnya pada tembok.
"Nggak makan dulu?" tawar Rani.
"Nggak deh Ran. Udah capek soalnya." sahut Helen.
"Udah tepar gitu. Makasih ya Ran." Nazwa menjabat tangan Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...