Malika memutar kran wastafel hingga air yang sedang mengalir berhenti. Ia mendongak menatap cermin besar di depannya lalu mengusap wajahnya dengan tissu yang ia bawa sendiri.
Dari pantulan cermin, Malika melihat Dista barusaja keluar dari bilik toilet sambil membersihkan roknya. Dista menatap Malika kemudian berjalan mendekat ke arah gadis itu.
"Mal, lo masih suka emang sama Kelvin?" Dista bertanya setelah berdiri di samping Malika. Tangannya terulur membuka kran wastafel kemudian mencuci tangannya di sana.
Malika membuang bekas tissu ke dalam tong sampah yang berada di bawah wastafel. Mengendikkan bahunya sembari menatap Dista dari samping. "Masih. Tapi gue sadar begitu Kelvin deket sama Nazwa, gue sama Nazwa beda jauh Dis. Nazwa itu ratu sekolah sedangkan gue.... tapi, begitu gue liat reaksi dia sama sekali cuek dengan Kelvin gue nggak jadi lepas Kelvin. Apalagi liat tadi Nazwa sama murid baru di kantin serasa deket banget, ya walaupun yang gue rasa murid baru itu yang deket."
Dista manggut-manggut menunggu Malika melanjutkan ucapannya. Membiarkan air kran yang masih mengucur deras mengenai telapak tangannya.
"Lo tau murid baru itu nggak?" Malika membalikkan badannya hingga membelakangi wastafel. Menatap Dista dari samping dengan wajah bertanya.
"Setau gue namanya Dimas. Nggak tau bener atau bukan, soalnya gue denger dari anak sebelah." Dista menutup kran wastafel lalu mengambil tissu dari balik saku untuk mengusap tangannya yang masih basah. Setelahnya ia membuang tissu itu di tempat sampah. "Ngomong-ngomong ganteng juga loh Mal." lanjut Dista sambil membalikkan badannya.
"Ganteng Kelvin." sanggah Malika. "Lo suka sama murid baru itu?" Malika menautkan kedua alisnya, menatap Dista penuh curiga.
Dista memutar matanya malas. Inilah yang dia tidak suka dari Malika. Selalu berkata tanpa tau yang sebenarnya, ia hanya bilang ganteng bukan suka. Apa perlu perjelas lagi?!
"Nggak! Gue cuma bilang doang Mal. Lagian kalo ngomong seenaknya aja sih lo."
"Yakan gue curiga. Nggak usah gitu juga kali.
"Serah!"
"Yaudahlah. Keluar yuk."
Dista mengangguk kemudian keluar dari toilet dengan Malika di sebelahnya. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor yang nampak sepi karena jam pelajaran sudah di laksanakan sejak tadi.
Tatapan Malika terarah pada lapangan basket, di sana ada Kelvin dan juga teman-temannya yang sedang bermain basket padahal sekarang mereka bukan jam pelajaran olahraga.
"Dis ke sana yuk. Ada Riyan juga loh." Dista menoleh mengikuti arah jari telunjuk Malika yang mengarah ke lapangan basket. Dista kembali menatap Malika.
Tak lama dari itu senyum lebar Malika terbit setelah mendapat anggukan dari Dista. Gadis itu menarik lengan tangan Dista semangat menuju lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Princess [Sudah Terbit]
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] ••• Terkadang kita perlu jatuh untuk bangkit kembali. Dimana ada kesempatan disitu ada harapan. Nazwa pernah merasakan bagaimana pahitnya dunia. Keterpurukan, pengkhianatan, kegagalan, hingga hancurnya sebuah persahabatan dia rasaka...