18© Dinner

2.6K 321 22
                                    

Warning : Typo bertebaran di mana-mana.
Habis diketik langsung diup. Jadi, kalau banyak typo atau kalimat yang gak nyambung diingatkan yah 😊😊😊

Btw, bintang sama komentarnya dong saya minta 😁😁

....

Getar ponsel di atas meja membuat fokusku beralih. Aku mengambilnya dan menemukan satu chat dari orang yang kutunggu kabarnya sejak dua hari yang lalu. Bisa kalian tebak siapa dia?

Fandy.

Senior yang satu fakultas denganku dulu sekaligus teman Mbak Tari. Tapi, aku tidak mau memberitahunya, bisa-bisa aku ditikung sebelum memulai.

Berkat wujudnya yang berubah hampir 180° aku yakin jika Fandy menjadi salah satu laki-laki idola Mbak Tari dan bisa kubayangkan bagaimana reaksinya jika bertemu Fandy, 100% Mbak Tari akan mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk memaksa Fandy memperhatikannya. Lalu aku? Mungkin aku hanya akan menjadi penonton mereka sambil menepuk udara mematikan nyamuk.

Aku menggeleng. Meyakinkan diri, jika aku harus menutupi dan menyembunyikan Fandy dari jangkauan Mbak Tari.

Hai, juga Kak. Ketikku lalu mengirimkan pada Fandy.

Kamu punya kesibukan besok?

Aku menggeleng lalu merasa bodoh karena Fandy tidak mungkin melihat reaksiku saat ini.

Tidak. Kenapa, Kak?

Jantungku tiba-tiba berdetak oleh rasa harap yang besar.

Mau temani aku nonton?
Aku dapat dua tiket nonton dari teman kemarin, tapi tidak ada teman yang temani.

Aku mengangguk kuat-kuat, lalu tersenyum. Sepertinya ada yang bersemi di dalam dada, terasa hangat dan mendebarkan.

Mau, Kak.

Ketikku cepat tanpa sempat berpikir dua kali lalu mengirimnya. Setelah itu, aku langsung menyesalinya. Kenapa aku seperti anak SMA yang bakal diajak kencan sama pacar pertama? Nyatanya hati lelaki itu sudah ada pemiliknya. Sedangkan aku hanya orang yang kebetulan diajak.

Jadi, dimana besok aku jemput?

Sejenak aku berpikir. Kemungkinan besar besok aku akan pulang jam enam lebih, jadi tidak akan sempat pulang untuk mengganti baju. Lagipula, aku juga tidak bisa membiarkannya ke rumahku, karena ada adik-adikku. Apa yang akan mereka pikirkan? Hari sabtu kemarin, Sean datang menjemputku dan besok, laki-laki lain lagi yang datang. Tetangga-tetangga yang keponya luar biasa mungkin akan menggosipiku macam-macam.

Kafe depan kantorku saja. Ketikku.

Oke. Balasnya.

Lalu chating kami terhenti, namun senyum yang terbit di wajaku belum juga memudar. Aku bahkan membayangkan bagaimana kami besok jalan berdua. Seperti kencan dua orang yang sedang pendekatan untuk hubungan yang lebih jauh ke depan. Astaga, AC ruangan ini sepertinya tidak berfungsi karena wajahku benar-benar menghangat sekarang.

Kemudian Deasy datang dan memudarkan euforia yang kualami. Gadis kepo itu sedang menaik turunkan kedua alisnya menatapku sambil menyeringai.

"Aduh, kayaknya udara di ruangan ini berubah." katanya sambil mengibas tangannya untuk menghalau udara, "Banyak bunga-bunga mekar yang bertebaran."

"Apaan sih lo, Des. Mana bunganya?"

"Alah, kamu kayak gak ngerti aja. Jadi, bahagianya karena apa? Bagi-bagi dong?"

Aku menggeleng, "Nanti. Supaya jadi surprise buat kalian para jomblo-jomblo akut. Hahaha..."

Deasy menegakkan tubuhnya sambil bersidekap. Matanya memicing menatapku, kebiasaannya jika curiga, "Cowok, mana?"

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang