4● Setitik Mimpi

4.4K 451 28
                                    

Mumpung saya lagi baik sekarang 😂😂😂
Btw, selamat sholat taraweh bagi yang melaksanakannya.

...

Ah, hari yang benar-benar melelahkan.

Baru tiga bulan bekerja di sini, tapi rasanya masih seminggu. Perlakuan Sean padaku masih belum berubah. Bukannya disuruh mengerjakan pekerjaanku, aku malah dikerjai dan menjadi HK pribadinya. Kenapa tidak sekalian aku disuruh jadi babunya?

Arrrggghhhh... Aku benar-benar kesal dengan Sean Si Manusia Goa itu.

Aku masih ingat, bahkan kejadian itu masih jelas tertancap dalam benak hingga rasanya sulit untuk dicabut apalagi dibuang. Hari pertama bertemu, ia langsung memelukku, mengatakan sesuatu yang terlalu absurd buat ditelaah otakku. Katanya, ia merindukanku. Hell, yang benar saja? Mana pernah aku mengenalnya, bertemu saja baru kali itu.

Dan, siapa pun yang berada di situasi seperti itu, pasti akan kaget, bukan? Siapa yang tidak kaget kalau tiba-tiba saja seseorang yang tak kau kenal memelukmu? Tidak ada. Membiarkannya? Apalagi. Biar kata ia tampan, salah satu lelaki idaman, pemilik posisi penting dalam perusahaan tepatku melamar kerja, bahkan pemilik feromon yang memikat para wanita, tetap saja itu adalah tindakan kriminal. Tidak bisa dibenarkan.

Aku tidak salah bukan kalau melakukan pertahanan diri? Yah, meski pun itu refleks. Aku hanya mendorongnya kok sampai ia terjatuh─ dengan sangat tidak elit sebenarnya. Kalian bisa membayangkannya sendiri, Sean yang tampan jatuh dan terjengkang ke belakang hingga tubuhnya membentur meja dan membuat tubuh bagian bawahnya berada di atas meja, sementara kepala dan badannya ada di bawah meja. Belum lagi kopi hitam yang mengenai wajah dan serakan kertas yang berhamburan dan melengket di wajah dan bajunya. Aduh, kenapa aku malah ingin tertawa kalau mengingat itu. Hahaha...

Tetapi,

Sayangnya, istilah hukum alam sangat berlaku dalam perusahaan ini. Atasan selalu benar, tidak ada yang bisa membantahnya. Dan aku sebagai calon karyawan baru tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima konsekuensi dari apa yang sudah kulakukan.

Malangnya nasib anakmu ini, Mah.

"Mau sampai kapan kamu melamun?"

Aku menghela nafas, bersyukur bukan teguran dari atasan atau perintah yang kudapatkan, tapi dari Deasy, cewek manis ala Barbie sekaligus sahabatku. Ia berdiri sambil bertumpu tangan pada sekat pembatas antar kubikel.

"Gak lah. Gue hanya istirahat. Capek..." keluhku. Dahiku kubenturkan di atas meja kerja lalu memejamkan mata. "Gue gak sanggup. Gue mau resign."

"Heh!? Yakin?" dia mengejek, tahu kalau tidak ada kesungguhan dalam ucapanku.

Aku menggeleng. "Tapi ingin."

Deasy berdecih, "Tapi tidak sanggup."

Dan aku hanya bisa merutuki diri sendiri karena ucapan Deasy yang benar. Aku memang tidak sanggup melakukannya. Sudah cukup, aku merasakan jadi seorang pengangguran selama hampir tiga tahun. Mendengar omelan orang tua tiap hari, diremehkan oleh letting karena tidak bisa menghasilkan apa-apa, juga rasa iri pada mereka yang sudah sukses di usia muda. Tidak lagi.

Cari lowongan kerja di kota sekeras ini benar-benar butuh perjuangan yang luar biasa. Aku sudah merasakan bagaimana terik menggosongkan kulitku, setor berkas ke berbagai perusahaan (yang entah dibuat apa sekarang berkas yang sudah kukumpulkan), dan ketika sudah mendapatkan kerja dengan gaji yang bagus, aku mau keluar begitu saja hanya karena GM-nya yang menyebalkan? Tidak akan.

"Ya. Tidak sanggup..." sahutku lemas, masih dengan kepala yang tertumpu pada meja. "Tapi, gue benar-benar tidak bisa tahan dengan Manusia Goa itu. Laki-laki diktator, bengis, tidak punya hati. Masa iya, tiap hari selalu saja nyuruh gue ini, itu, jadi babunya dan buat gue menelantarkan pekerjaan sendiri? Jobdisk-nya darimana coba? Terus itu HK gunanya buat apa? Kenapa harus gue? Dan paling gak bisa gue terima, gara-gara dia, gue sering kelewatan anime karena pekerjaan gue yang harus gue selesaiin setelah jam empat. Dia itu seperti penjelmaan iblis."

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang