19● Keledai Malang

1.9K 230 35
                                    

Abaikan sub judulnya 😅😅😅
Btw, maaf karena baru update setelah dua bulan dianggurkan. Dan terima kasih untuk kalian yang sudah menunggu cerita ini.
Vote dan komen yang positif ditunggu 😊😊

🌿🌿🌿

"AMPUN!!!"

Aku berteriak sekencang-kencangnya ketika melihat jam yang semakin menunjukkan angka lebih tinggi sedangkan laporanku belum rampung. Untungnya, di ruanganku sudah tidak ada orang. Jangan menghitung karyawan shift hotel yang sedang bertugas, karena kantor dengan kamar hotel berada di lantai yang berbeda. Dan meski kantor EDP berada di lantai yang sama, namun letak ruangan mereka berada paling ujung dan sangat jauh dari ruanganku.

Sejak selesai makan dua jam yang lalu, aku terus berkutat dengan laporan. Suasana sepi kantor membuatku bisa lebih fokus, meski banyak suara-suara aneh yang berdengung di telinga, tapi itu tak lantas membuatku takut sama sekali. Bukan berarti aku tidak mempercayai hal seperti itu, karena sebenarnya aku ini sangat paranoid pada makhluk-makhluk astral dan sebangsanya.

Untuk sekarang, aku hanya berfikir logis dan realistis. Laporanku saat ini lebih penting dari apapun. Jadi, aku akan menganggap bahwa suara-suara yang muncul di sekelilingku adalah angin dari AC yang melewati sela-sela kecil benda yang ada di ruangan ini.

Bahkan dengan derit pintu, tidak akan menggangguku. Karena aku juga tahu jika itu adalah hasil angin yang dihasilkan oleh AC- eh, pintu itu tidak akan terbuka jika kekuatan dorong tidak kuat, dan angin dari AC tidak begitu kuat sampai bisa menerbangkan selembar kertas. Lalu?

Ya ampun, Aria please deh, jangan berpikir aneh-aneh! Kerjaan lo sekarang lagi numpuk, jam dua belas juga gak bakal kelar meski lo kejar, batinku mulai mewanti-wanti.

Lalu suara derap langkah terdengar samar di telinga yang semakin lama terasa mendekat. Badanku secara refleks bersiaga. Aku memejamkan mata seraya menenangkan detak jantungku yang mulai menggila karena takut yang tiba-tiba kurasa. Tidak mungkin, kan hotel ini ada setannya? Tapi, kata Mbak Tari tempo hari... aku menggeleng kepala keras. Aarrgh, anjir. Gara-gara Andra nih, gue jadi paranoid begini.

WUSH

Nafasku tersentak dengan mataku yang refleks membulat saat ada hembusan angin kecil yang terasa di belakang leherku.

"Ar-"

"Aaaaaaaahhhh...!!! Setan!"

DUK

"Aww... sh... aduh pantat gue, ya ampun sakit banget." desisku ketika mengelus pantatku yang berciuman dengan dinginnya lantai keramik. Dan bukan cuma itu, pergelangan tanganku juga sakit karena menahan bobot tubuh ketika terjengkang dari kursi. Kali ini kesakitan di tubuhku mengalahkan rasa takutku pada hantu.

"Apa-apaan kamu?"

Refleks kepalaku terangkat saat suara bas yang sangat kukenali terdengar di telinga. Dan ketika mataku bersiborok dengan mata kelamnya, emosiku tiba-tiba meningkat. Yah, dia bahkan lebih buruk dari pada setan. Dia adalah Sean. Siapa lagi, orang kurang kerjaan yang akan mendatangi kantor malam-malam untuk berpacaran dengan laptop? Hanya dia. Siapa lagi orang yang sering membuatku naik darah di kantor? Hanya dia.

"Bapak?! Ya ampun, Bapak ngagetin tahu gak. Kenapa datang gak permisi sih?" Aku mengelus dada sambil bersungut-sungut jengkel. Tapi, agak legah juga karena yang datang adalah Sean, bukan setan atau jin penjajah perawan. "Kalau saya jantungan gimana? Bapak mau ganti jantung saya? Gak, kan? Lagian Bapak ngapain coba datang ke kantor jam segini? Biasanya juga sudah pulang." sungutku. Rasa sakit pada pergelangan tangan kembali kurasa. Dan bukan cuma itu- astaga aku baru sadar kalau Sean menyaksikan kelakuanku barusan. Sekarang apa yang akan ia pikirkan tentangku? Aku benar-benar malu permirsah.

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang