26● Apa maksudnya?

1.7K 209 37
                                        

Mungkin banyak typo karena baru diketik langsung dipublish.

...

Tik tok
Tik tok
Tik tok

Apa kalian tahu itu bunyi apa?

Yaps, itu bunyi jam. Tepatnya perpaduan antara jam tanganku dan jam tangan Sean. Sejak keluar dari lingkungan kantor sampai jalanan, baik aku dan Sean belum mengeluarkan kata-kata. Aku diam dan dia sibuk dengan setir. Kami persis dua orang asing yang tak saling kenal.

Dan sebagai orang yang tak suka diam, susana ini benar-benar menyiksaku. Tapi, kalau berpikir ingin membuka obrolan, saat mulutku terbuka, justru tak ada kata yang terucap. Aku hanya mangap-mangap seperti ikan yang diangkat ke darat.

Ah, harusnya tadi aku memaksa Mbak Tari dan Riska ikut bersamaku. Mengantar mereka lalu pulang. Setidaknya aku tidak mati kebosanan bersama patung hidup.

Aku kembali melirik Sean. Laki-laki itu tetap fokus pada jalanan. Tapi, karena itu pula aku bisa bebas mengagumi wajah tampannya. Wajah seriusnya saat fokus membuat ketampanannya berkali lipat. Belum lagi otot-otot yang membangun tubuhnya. Kalau tidak salah ingat, Sean punya perut kotak-kotak impian semua wanita. Bagaimana rasanya kalau aku menyandar di dadanya? Pasti....

Ck, aku menggeleng. Ya ampun, bisa-bisanya aku memikirkan hal-hal jorok sekarang, apalagi objek fantasiku sedang duduk di sampingku. Aku benar-benar tertular virus omesnya Mbak Tari dan Riska pasti.

"Kamu ngapain geleng-geleng seperti itu?"

Aku berpaling pada Sean, namun laki-laki itu tak menatapku. Ia tetap sibuk pada jalanan di depan kami.

"Gak ada apa-apa. Saya cuma membayangkan acara yang dibuat mereka tadi."

"Oh, saya kira kamu lagi mikir jorok."

Aku membulatkan mata mendengar jawaban Sean. Bagaimana bisa laki-laki itu menebak pikiranku dengan tepat?

"Ih, Bapak kali yang mikir jorok."

Satu alis Sean menukik. Dari spion depan aku bisa melihatnya sedang melirik padaku. Lalu ia menyengir. Senyum mengejek tepatnya.

"Kamu tahu penelitian tentang bahasa tubuh dan cara bicara manusia?" Dia mulai buka suara. Dan aku mengangguk, "Body Language?" Terus hubungannya apa yah dengan mikir jorok?

"Ya." Sean mengangguk singkat.

Aku cuma nyimak. Bingung dengan permulaan topik yang ia buka.

"Dan salah satu ciri orang yang sedang berbohong persis apa yang tadi kamu lakukan. Ketika seseorang menebak benar pemikiran lawan bicaranya, ia akan melakukan tindakan refleks. Seperti intonasi suaranya naik atau suaranya bergetar karena takut, atau menggerakkan bagian tubuh tertentu tanpa sadar."

Aku mendengus saat sadar ia sedang menyinggungku. "Tindakan refleks kan biasa, Pak. Lagian, kalau saya mikir jorok pun, itu yang tahu cuma saya sendiri. Penting saya gak publikasi ...."

Aku membekap mulut cepat-cepat saat sadar apa yang sudah kuucapkan. Ya ampun mulut, kenapa malah bongkar rahasia sendiri sih. Aduh dimana aku harus simpan mukaku?

"Tapi, masalahnya objek fantasi kamu lagi duduk di samping kamu."

Eh?

"Bapak Narsis ih. Ngapain saya mikir jorok tentang Bapak?" tanyaku menantang. Padahal sudah jelas, karena Sean itu punya tampang di atas rata-rata. Badannya ditutupi otot kuat tapi nyaman buat disandari-- Eh, tunggu bentar, kok aku mikir jorok lagi?

"Perlu saya buka forum khusus karyawan perempuan di kantor terus nanya mereka?" Sean menantang balik dan lagi-lagi aku mendengus. Yah kalau buat itu, jelaslah aku kalah. Di kantor saja kalau lihat Sean lagi jalan, mata liar para karyawati itu sudah menjelajah ke mana-mana. Gimana kalau Sean buat, terus mereka minta gambar Sean shirtless?

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang