Mungkin yang bagian pertama saya publish itu rada gak nyambung. Ya kan judulnya cit cat, mengobrol. Biasanya kalau mengobrol itu memang nyambungnya ke mana-mana tapi pasti balik ke topik semula 😅.
Vote sama commentnya di tunggu yah 😘
🙈🙈🙈
Kami kemudian berjalan menuju lantai bawah setelah Jessi kembali dengan barang-barangnya. Dan meski aku mendapat tatapan tidak mengenakan dari beberapa karyawan, aku tidak peduli. Yang penting perutku bisa terisi dan aku mendapatkan tenaga untuk bertahan sebelum jam kantor usai.
Karena Sean adalah bosku, jadi aku, Riska, Mbak Tari dan Jessi ke rumah makan dengan menggunakan mobilnya. Dan persis seperti yang Jessi bilang, kami ke rumah makan lesehan yang sudah terkenal dengan hidangan lautnya.
Tanpa sadar air liurku keluar. Apalagi ketika melihat bahan-bahan lautnya yang segar. Menurut penjelasan Riska, seafood di rumah makan ini, baru akan diolah ketika ada pesanan. Jadi, bisa dibayangkan sendiri bagaimana ikan, udang, cumi-cumi, dan makanan laut yang lain itu masih segar ketika masuk di mulut kalian.
"Gak sia-sia gue gak makan tadi pagi, Mbak." bisikku ketika kami semua sudah berada di posisi duduk dalam satu tepat. Aku tidak memedulikan beberapa orang yang melihatku dengan kening mengkerut karena mungkin gosip yang sudah tersebar itu. Di pikiranku hanya bagaimana aku bisa secepatnya merasakan udang yang ada di depanku saat ini.
Mbak Tari di sebelah kiriku menegur, "Ar, jangan malu-maluin deh. Lo gak lihat tu sekertarisnya pak Darman liatin lo kayak singa yang natap tikus kejepit?"
Aku menyengir. Masa bodoh dengan dia. Aku tidak punya urusan dengannya. Siapa dia pun aku tidak begitu tahu.
"Kalau kamu mau makan, makan saja duluan. Perutmu terlalu besar suaranya."
Mulutku tiba-tiba berhenti bergerak ketika suara bas milik Sean mampir ke gendang telingaku. Aku melirik ke kanan dan menghela nafas lemah, kenapa pula Sean memilih duduk tepat di sampingku dan bukan di samping para bos? Kan aku tidak bisa bergerak bebas. Mau cuci mata pun tidak bisa. Rasanya semua pergerakanku terkunci oleh keberadaannya.
"Terima kasih, Pak." balasku berbisik. Tidak mau sampai kegiatan kami ini terlihat oleh orang lain dan gosip yang beredar semakin parah. Tapi, rasanya itu tidak mungkin, karena mata netijen itu luar biasa tajam, setajam laser melewati tembok tebal. Bergerak sedikit saja sudah ketahuan. Apalagi, bahan gosipnya sedang duduk bersampingan.
"Apa semua hidangan sudah terhidang?" Sean bertanya yang diangguki oleh semuanya. Aku menatapnya dan terpekur kagum dengan pesonanya. Bahkan hanya dengan bicara biasa seperti itu, karismanya muncul. Orang ganteng memang beda.
"Sepertinya sudah." sahut salah satu kepala bagian.
Aku kembali memandang makanan di depan. Melupakan karisma Sean dan membayangkan bagaimana semua makanan itu melewati tenggorokanku lalu menutup mulut cacing-cacing yang sedang berdemo di dalam perut.
Astaga, liurku sudah hampir banjir di dalam mulutku. Kapan sih makannya? Lama amat.
"Kalau begitu, silahkan."
Seperti mendengar suara air di gurun sahara, semangatku langsung meledak.
Namun, semangatku kembali luntur ketika mengingat tidak boleh mendahului atasan. Alhasil, aku hanya bisa menunggu sampai mereka memulai. Sabar, Aria. Akan ada masa dimana kamu akan menikmati hidangan itu, batinku mengingatkan. Dan ketika mereka sudah mulai makan, aku tak lagi malu untuk makan.
"Ar, liat-liat juga tempat, woy." Mbak Tari berbisik, mengingatkan. Aku melirik pada piring di depanku. Dan aku bingung, apanya yang berlebihan? Tetapi, ketika melihat porsi makan karyawan di sekelilingku, aku tersedar jika porsi makan yang aku ambil lebih banyak dari porsi makan yang lain. Bahkan Sean sendiri tidak sebanyak diriku. Ampun, kenapa harus menahan diri kalau memang lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance"Sleeping Beauty seri 2" Label menjadi pengangguran abadi akhirnya tidak lagi disandang oleh Aria setelah ia lolos dan bekerja di perusahaan besar. Tapi, kalau bosnya seperti Sean yang seenaknya sendiri, tukang buli, dan pemaksa sepertinya Aria haru...