Bedak, cek.
Alis, cek.
Maskara, cek.
Lipstik, cek.
Parfum, cek.
Oke, sudah cukup. Tampilanku sudah bisa dikatakan layak untuk pergi berjuang di antara para manusia borju. Yah, meski di bilang tempat kerja bukanlah tempat ajang fashion, tetapi secara tidak langsung penampilan adalah nomor satu yang selalu dinilai oleh orang. Apalagi tempatku kerja adalah salah satu hotel berbintang yang tidak sedikit pengunjungnya. Kan malu kalau mereka menilaiku tidak layak bekerja di sini. Sudah susah payah di dapat, kerjanya berat, punya bos yang suka seenaknya sendiri, kalau ditambah penilaian orang-orang yang buruk, ah, aku tidak mau membayangkannya. Yang jelas pasti rasanya tidak terdifinisikan.
Betewe, pagi ini aku sengaja datang lebih cepat, menunggu Riska dan Mbak Tari yang sudah membuatku galau semalam. Gosip yang mereka beberkan, masih belum jelas dan masih mengambang di kepalaku. Semua spekulasi tentang tindak tanduk Sean bersileweran di kepala.
Mereka bilang Sean tidak bisa move on dari tunangannya. Tunangannya yang mana? Aku bahkan tidak pernah melihat laki-laki itu dikunjungi oleh cewek lain. Tunggu, ini tunangannya sebenarnya cewek apa cowok sih? Selama aku di sini yang sering datang pasti laki-laki. Ada cewek hanya Kayla, tapi Kayla adalah istri Tio. Atau jangan-jangan sebenarnya dia belum bisa move on dari cowoknya? Atau... Astaga!
Aku menggeleng saat pikiran melanturku kembali merambahi kepala. Kenapa aku jadi sepenasaran ini dengan Sean? Terserah dia kan, belum bisa move on atau tidak. Punya simpanan atau selingkuhan. Pacarnya cewek atau cowok. Itu tidak ada urusannya denganku.
Tapi lo penasaran, kan?
Aku mengangguk saat dewi batinku bertanya. Dan sekarang aku malah penasaran, kenapa jadinya aku penasaran dengan Sean?
Karena hati lo udah mulai meleleh dengan pesonanya.
Aku menggeleng kuat-kuat. Tidak mungkin.
Terus aja lo pungkiri, nanti pas lo sadar, jangan menyesal dan mewek di pojok kamar.
Ih, ini kenapa hatiku jadi berdebat tidak jelas seperti ini?
Aku menghela, mungkin sedikit sarapan bisa membuat pikiranku tenang. Tapi berhubung karena aku cepat datang dan tidak sempat membeli sarapan atau cemilan, jadi satu-satunya tempat yang bisa kukunjungi adalah resto hotel lantai bawah. Karena selain bisa menghemat waktu, aku juga bisa menunggu Riska dan Mbak Tari di sana.
Aku kemudian mengambil dompet lalu berlalu dari meja menuju resto.
...
Ping
Baru saja bokongku menduduki salah satu kursi, satu pesan masuk dari aplikasi chat. Bukan grup chat, tapi personal chat dan nama Gilang tertera di sana.
Tolongin gue dong.
Aku menyerngit, tumben-tumbennya Gilang bertanya dulu sebelum memintai tolong, biasanya ia akan langsung memintanya tanpa peduli apakah yang dimintainya mau atau tidak.
Apaan? ketikku.
Waitress datang dan menawariku menu yang langsung kuterima. Aku memesan Roti bakar dan susu coklat hangat. Makanan paling murah sekaligus cocok untuk sarapan pagi.
Temani gue ke acara aqikahnya ponakan gue.
Kembali keningku menyerngit, padahal banyak kenalan ceweknya yang bisa ia ajak ke sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romance"Sleeping Beauty seri 2" Label menjadi pengangguran abadi akhirnya tidak lagi disandang oleh Aria setelah ia lolos dan bekerja di perusahaan besar. Tapi, kalau bosnya seperti Sean yang seenaknya sendiri, tukang buli, dan pemaksa sepertinya Aria haru...