10● Kejahilan Sean

2.8K 323 20
                                    

Kalau ada Typo kasi tahu yah. Ini tidak diedit karena nulisnya baru dan selesainya juga baru, hanya tiga jam saya ngetik. itu pun bersamaan dengan edit part barunya MTY (Meski hanya sedikit yang diedit atau malah tidak ada :)"

Yah salahkan pada semangat saya yang menulis langsung part sebelasnya, padahal saya tahu kalian pasti sedang menunggu momen saat Aria dan Sean bersama. Dan ini juga masih scen di kantor yah, karena memang saya ingin mengenalkan para tokohnya dahulu sebelum masuk pada alur yang sebenarnya.

BTW, jangan lupa klik bintang dan komentar. Komentarnya seputaran cerita saja, gak usah diketik "Next, Lanjut, Lanjutannya mana, Nextnya cepat-cepat yah, dst" karena itu gak berguna. Maaf bukan maksud menjelekkan komentar kalian, hanya saja, komentar yang seperti itu tidak sama sekali membangun penulis, bukan pula memuji, malah membuat penulis jadi dongkol. (Sory curhat) Satu lagi, please jangan kirim chat personal yang tanya kenapa belum di up. Kalian pasti punya kesibukan masing-masing kan di dunia nyata kalian? Begitu juga dengan saya.

Oke, cuma segitu curhatan saya. Hehehe, mohon dimaklumi yah.

...

"Baiklah, semoga kamu bisa betah di sini Jessi." kata Sean pada perempuan di hadapannya.

Perempuan itu balas tersenyum lalu mengangguk, "Sekali lagi terima kasih, Pak. Kalau begitu saya permisi." lalu perempuan itu berbalik pergi meninggalkan Sean sendiri dengan pekerjaannya yang kembali ia tekuni.

Sebenarnya Sean sadar, kalau sekertarisnya yang baru itu juga tertarik pada dirinya. Bukan karena ia terlalu percaya diri, tetapi karena ia bisa menilai dari gerak gerik perempuan itu. Jessi memang sopan, tidak seperti Karin yang terlalu agresif, Jessi justru menunjukkannya dengan cara yang lebih feminim. Caranya membasahi bibir ketika ia gugup, atau caranya memainkan rambut untuk menarik perhatian Sean, dan beberapa gerak tubuhnya yang lain. Dan Sean yakin dari beberapa gerakan itu, Jessi dengan sengaja menunjukkannya untuk melihat reaksi Sean. Sayangnya, ketertarikan Sean sudah berada di satu titik, yaitu Aria.

Omong-omong tentang, Aria. Ia belum melihat wajah perempuan itu. Terakhir kali yaitu tadi pagi, ketika ia dengan sengaja menggodanya di dalam lift. Wajah Aria tampak menggemaskan dan itu benar-benar membawa moodnya dengan baik. Sean merasa pagi tadi, adalah yang terbaik. Bahkan ia tak sempat meminta Aria membuatkannya kopi atau membelikannya sarapan seperti biasa.

Sean melihat ke arah jam dinding, sudah pukul sebelas kurang, sebentar lagi waktunya istirahat, dan hanya memeriksa beberapa laporan, ia bisa beristirahat. Yah, sebenarnya sebelum istirahat, ia ingin melihat wajah Aria lagi. Wajah kecut perempuan itu sangat menggemaskan di matanya, bahkan seperti candu untuk menghilangkan penat. Sepertinya memanggilnya untuk yang pertama di hari ini bisa mengubah suasana hatinya menjadi semakin baik. Tapi, mungkin setelah laporannya selesai.

Sean menghela nafas. Kapan ingatan Aria bisa kembali? Ia benar-benar rindu dengan perempuan itu. Semua tingkahnya, kecerewetannya, keluhannya, kebisingannya, kekonyolannya, atau mungkin kemampuannya mengendalikan barang-barang. Meski itu agak menyebalkan sebenarnya.

Sean ingat, dulu ketika mereka bersama-sama, Aria selalu menghiburnya, meski secara tidak sadar. Atau ketika ia menggodanya, Aria akan menunjukkan wajahnya yang memerah, bantahannya yang lucu, atau tingkahnya untuk melawan. Itu adalah hiburan.

Aria juga tidak pernah sekali pun meninggalkan dirinya. Bahkan ketika ia meminta untuk melakukan penyelidikan sendiri-sendiri. Aria hanya bisa berpisah paling jauh lima puluh meter, lalu kembali lagi padanya. Ketika ia bertanya, Aria hanya menjawab, "Nanti kau kesepian. Jones sepertimu, kalau ditinggal lama, pasti tidak tahan. Mungkin efek terlalu lama menjomblo." lalu tertawa. Sementara dirinya hanya mendengus. Namun, di dalam hati ia tetap senang, bersyukur dan legah karena ada orang lain yang tidak bisa meninggalkannya. Yah, Aria selalu menghibur dirinya, entah karena godaannya, atau karena kebodohan perempuan itu sendiri.

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang