Enaknya tuh kalau hari minggu, habis olahraga baca ini 😁😁
Jangan lupa tinggalkan jejak yah guys
...
Kalau ada nominasi untuk penghargaan laki-laki paling menyebalkan, aku akan suka rela menekan tombol vote hingga jutaan kali untuk Sean. Laki-laki itu, hanya gendernya saja sebagai laki-laki, tapi sifatnya lebih menyebalkan dari pada perempuan yang lagi PMS. Cerewetnya bahkan melebihi nenek-nenek. Aku jadi heran, dimana sifat cool yang sering ia perlihatkan jika berada di kantor? Ketenangan yang selalu melekat pada dirinya seperti tidak pernah ada. Dia seperti dua orang berbeda yang menempati satu tubuh. Atau jangan-jangan dia memang memiliki dua kepribadian?
Pagi ini, setelah drama panjang yang kami lalui, Sean bukannya membiarkanku pulang dan istirahat, ia malah menahanku. Oh, jangan membayangkan jika ia memperlakukanku seperti seorang kekasih yang ia cintai, justru sebaliknya. Dia menjadikanku sebagai seorang pembantu dadakan. Seolah ia memang sengaja ingin menambah keriput di wajah, ia terus menyuruhku. Membersihkan apartemennya, memasakkannya sarapan, bahkan mencuci bajunya. Meski aku protes, ia malah mengancamku tidak akan membiarkanku pulang. Gila.
Untungnya, ia tak sampai hati membiarkanku kerja dengan rok span. Tapi, Karena tidak memiliki baju perempuan, ia meminjamkanku bajunya. Bajunya yang kebesaran, membuatku serasa memakai daster. Bahkan celana pendeknya seperti celana training yang sudah dipotong.
Beberapa jam bersama dirinya di apartemen, seperti setengah dari nyawaku ditarik. Bukan hanya capek tenaga, pikiran, pun dengan emosi. Dia benar-benar berhasil membangkitkan sisi psikopat dalam diriku untuk segera memutilasi tubuhnya. Kalau tidak ingat dengan wajahnya yang tampan, aku mungkin sudah melakukan niatan itu.
Dan, akhirnya penderitaanku itu berakhir ketika Gilang datang ke sana dan membawaku pergi. Rasanya ia seperti seorang pangeran yang menyelamatkan putrinya dari nenek sihir yang jahat. Tapi, tanpa adanya perang seperti kebanyakan fiksi. Justru sebaliknya, ia membawaku dengan meminta izin terlebih dahulu seperti Gilang meminta izin pada ayahku. Padahal, aku berharap jika Gilang memukul Sean.
"Kenapa muka lo kusut kayak cucian yang dibiarin sebulan?" Gilang dan mulut bebeknya membuyarkan lamunanku. Mengingat gara-gara dia aku jadi tersiksa, membuatku ingin menghajar dia sekarang.
"Diam, gue gak mood berdebat sekarang." Sergahku dengan emosi. Pandanganku kubawa untuk melihat pemandangan di luar.
"Ck, bilang aja lo marah gara-gara gue ganggu lo lagi ena-ena ama sepupu gue."
Bangsat. Gilang benar-benar minta dihajar sekarang.
"Lang, muka lo kalau ada benjolan hitamnya kayaknya bagus tuh. Mau gak gue bogem?" sahutku dengan penuh penekanan. Mengancamnya.
"Buset. Lo marah beneran, Ar. Ck, kayaknya tadi gue ganggu banget nih."
Aku diam tak menggubrisnya. Pandanganku masih kufokuskan pada pemandangan di luar. Tak mau juga menambah emosi karena pancingan Gilang. Sementara laki-laki itu tetap mengoceh dari balik setir mobil.
"Ar, lo mau langsung pulang?"
Aku berpaling menatap Gilang yang tetap fokus pada kemudi. Memikirkan pertanyaan yang sebenarnya jawabannya sangat mudah namun enggan untuk kuungkapkan lantaran kondisiku sekarang. Yah, aku mau jawab iya, tetapi jika aku pulang sekarang, apa yang akan dipikirkan orang rumah jika melihat penampilanku saat ini sungguh berbeda ketika aku keluar rumah. Ini semua karena aku sudah tidak tahan dengan sikap Sean dan langsung pergi tanpa mengganti kembali bajuku. Dan sekarang aku kebingungan, bagaimana caranya mengambil kembali bajuku? Mengingat bagaimana sifat Sean, aku tak yakin jika memintanya secara langsung, ia akan dengan cepat memberiku tanpa keusilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESTART
Romantizm"Sleeping Beauty seri 2" Label menjadi pengangguran abadi akhirnya tidak lagi disandang oleh Aria setelah ia lolos dan bekerja di perusahaan besar. Tapi, kalau bosnya seperti Sean yang seenaknya sendiri, tukang buli, dan pemaksa sepertinya Aria haru...