1● Bos Menjengkelkan

11.1K 624 39
                                    

Dua bulan lalu, aku baru saja terlepas dari belenggu derita menyedihkan. Bukan belenggu seperti di sinetron lebay atau film drama boliwood yang disukai oleh ibu, melainkan label yang selalu diterima oleh mantan mahasiswa yang baru saja lulus kuliah. Yah apalagi kalau bukan PENGANGGURAN.

Betewe, namaku adalah Edrea Aria Librivia artinya perempuan kuat dan beruntung yang lahir di bulan oktober. Entah arti beruntung itu memang benar atau hanya sebuah kata. Pasalnya setelah lulus kuliah, bukannya aku langsung mendapatkan pekerjaan, aku malah mendapatkan predikat sebagai pengangguran. Dan itu juga tidak cepat. Bayangkan bagaimana jika kalian menjadi diriku, selepas kuliah lalu menjadi pengangguran selama tiga tahun. Cibiran dan omongan tak enak selalu kudengar dari para tetangga. Apalagi label pengangguran abadi yang secara tidak langsung disematkan pada diriku. Itu benar-benar tidak enak.

Yah, tidak dipungkiri, memang awalnya kupikir jadi seorang pengangguran itu enak. Selepas dari memikirkan skripsi yang membuat rambut rontok dan kriput wajah semakin banyak, aku bisa santai dan menikmati hari dengan senyum. Sarapan roti dan susu di pagi hari tanpa harus memikirkan tugas kuliah, makan siang dengan tenang tanpa memikirkan dosen killer yang akan mengajar sebentar lagi, atau memikirkan judul dan isi dari tugas akhir sesuai dengan keinginan pembimbing. Yah, awalnya. Sayangnya, pemikiran itu harus kuakhiri di bulan keenam menjadi seorang sarjana saat teman-teman setingkat sudah mendapatkan pekerjaan. Tidak mungkin kan aku menjadi pengangguran sementara mereka sudah memulai karir. Bagaimana nanti kalau kami reuni lalu ada seseorang di antara kami yang menanyakan tentang pekerjaan, posisi atau gaji, dan aku masih mencari pekerjaan atau setidaknya sudah dapat, namun jabatan atau gajiku sangat di bawah mereka? Harga diriku bakal terinjak. Apalagi jika mereka sudah mulai menyindir. Itu benar-benar menjengkelkan.

Aku pun mulai melakukan hal yang sama seperti teman-teman. Memasukkan berkas ke berbagai tempat, tidak peduli jika itu bertentangan dengan jurusanku. Pikirku waktu itu aku pasti bisa menyesuaikan, sampai tiba aku diterima di salah satu perusahaan. Namun, sayangnya, meski aku bisa menyesuaikan dengan pekerjaan dan orang-orang perusahaan itu, aku tidak bisa menyesuaikan dengan suasananya. Jangan ditanya seperti apa, karena aku tidak akan menjawabnya. Yang jelas suasananya benar-benar tidak sesuai dengan diriku.

Dan yah, pada akhirnya, aku kembali menjadi seorang pengangguran. Pengangguran yang benar-benar sekarat. Bayangkan, jika kalian menjadi pengangguran selama tiga tahun, bagaimana nasib kalian? Menyedihkan, bukan? Sudah terkena penyakit kanker (kantong kering) singgungan tepat sasaran dari orang tua pun pasti diterima. Sakit. Bahkan sakitnya lebih sakit ketika menunggu downloading anime movie 99% dan tiba-tiba batal.

Tapi itu dulu sebelum aku mendapatkan pekerjaan. Kalian pasti bisa menebak bagaimana bahagianya aku. Seperti tersandung berlian di tengah jalan. Predikat pengangguran abadi yang kusambang selama tiga tahun, akhirnya pergi. Mungkin inilah yang disebut berkah setelah musibah. Rezeki tidak akan lari pada orang yang berusaha. Apalagi pada orang sebaik dan semanis diriku.

"Aria...."

Aku memejamkan mata. Berpura-pura tidak mendengar panggilan itu dan fokus pada pekerjaanku. Tidak peduli jika ia menganggapku tidak sopan karena mengabaikannya.

"Aria..."

Pura-pura tidak dengar.

"Aria...!!"

Aku menghela nafas kasar. Bekerja di tempat bagus dengan gaji yang sesuai ternyata tidak menjamin dengan karyawan-karyawannya. Ada saja di antara mereka yang tak tenang melihat orang lain bersantai.

"Aria..."

Bodo amat. Sampai mulutnya berbusa pun, aku tak akan berbalik dan menyahut, kecuali...

Plak.

Kurang ajar.

"Woi.... lo emang budeg atau pura-pura gak dengar?"

RESTARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang