Bagian 23 Sahabat

41.3K 2K 661
                                    

Hanya untuk 21+
Atau yang sudah menikah..

DOUBLE UP in 24 hours!!
Merayakan 100k view Revenge
🎉🎉🎆🎇🎊🎉🎉
Baru juga segitu happy nya uda kek sejuta yak? Hehehe
Ya iyalah, berarti ada yg menghargai love story mesum gajenya seorang amatir. Terutama mereka readers yang rajin vote, makasih ya, I love u all..
Semoga readers  terhibur yak..

Sebenarnya uda mau up tadi pagi tapi krn ada satu hal yg ga memungkinkan jadi tertunda sampe sekarang..

MAKASIH UNTUK FOLLOWERS, READERS, DAN VOTERS..
Makasih untuk semuaaa..
😚😚😚

Special thanks untuk temen kentel sesama author @elbryanbrunch

Cuap2 party udahan dulu,

Part ini masih melow ya..

Ditunggu VOTE AND COMMENT nya

***

Dina menggerakkan tubuhnya untuk menjemput kesadaran. Matanya terbuka dan tersadar sedang tidur di kamar Elan. Ia menoleh ke kiri kanan tapi tak menemukan siapapun. Mungkin Elan sudah berangkat.

Ia menatap cermin dari jauh. menemukan refleksi dirinya yang miris. Menjijikkan. Dina kembali menangis. Terisak-isak tanpa ada yang menolong. Setiap sendi di tubuhnya seakan lepas, tapi yang paling menyakitkan adalah harapan yang hilang, kepercayaan yang pudar.

Berulangkali ia menyapu air mata dengan jari. Lelah rasanya menangis. Ini bukan gayanya. Namun tak ada cara lain untuk mengurangi kesedihan. Terbangun dalam tubuh telanjang tak berselimut sudah sangat membuktikan betapa Elan tak lagi peduli. Jangankan peduli, ia saja merasa diperlakukan tak manusiawi.

Dina memungut lalu memakai pakaian dalam dan rok seragamnya. Punggung tangannya mengusap kasar pipi, berusaha mensterilkan dari air mata.

Krekk! Brak!

Dina tersentak, reflek menyilang dadanya yang hanya terbungkus bra. Apa Elan tak bekerja? Lelaki itu mendekatinya sembari menenteng kantung plastik kecil. Dina hanya menunduk. Elan sudah tak ubahnya malaikat pencabut nyawa yang menghantuinya.

"Duduklah.." Perintah Elan menunjuk tepi ranjang seraya menjatuhkan plastik kecil di sana.

"A, aku.. mau ke sekolah."

Elan yang sedang sibuk memilih pakaian segera berbalik. Mendekati Dina yang berjalan mundur karena gugup hingga kakinya menabrak ranjang dan terduduk di sana.

"Minum itu.."

Dina melirik kantung plastik merah muda di sisinya. Tangannya ragu tapi juga penasaran. Ia berharap Elan memberikannya kejutan dan semua kesakitan yang ia terima hanyalah kegiatan usil semata. Meskipun mustahil tapi Dina tetap berharap.

Jari-jari lentik Dina mengeluarkan benda di dalam plastik. Tablet yang ukurannya kecil-kecil, ada beberapa strip. Dina membaliknya dan menemukan sebuah urutan di sana. Ia mendongak tak paham. Menggurat tanya kepada Elan di wajahnya.

"Minum itu setiap hari. Aku tidak mau punya anak dari pelacur." ELan melenggang. "Ku tunggu di kamar mandi."

Dina baru menyadari sesuatu. Nafasnya sesak dan kering. Susah payah ia ingin menelan ludah. Memahami ucapan Elan bagaikan menusukkan pedang ke jantungnya sendiri. Perlahan ia sadar, ia memang tak pantas mengandung bayi Elan. Ia lupa bahwa sudah dibeli sebagai pemuas nafsu. Tak perlu lagi bersikap sebagaimana seorang istri. Tak usah mengharap kebahagiaan. Tak ada hak baginya untuk bahagia. Jikapun ada, maka itu bukan bersama Elan.

REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang