Elan berlari ke balkon kamarnya, nafasnya mengendur kala menemukan tubuh Dina duduk meringkuk di sudut dalam balkon, di dekat pintu. Ia memejamkan mata sejenak, lega. Pikirannya sudah terlanjur kacau membayangkan Dina akan loncat dari balkon untuk mengakhiri hidupnya. Ternyata gadis ini tidak selemah itu.
Elan mendekati Dina yang termenung, melamun tak tahu di mana arah matanya berlabuh. Elan mengulurkan tangan.
"Ayo masuk.." Ajak Elan datar.
Dina menundukkan matanya, respon tak nyaman pada lelaki yang berdiri congkak di depannya.
"Ada yang ingin aku bicarakan."
Dina masih diam. Ia tak tertarik. Balkon ini lebih menjanjikan kenyamanan daripada di dalam kamar yang mencekam.
"Ini tentang perceraian."
Dina mengangkat wajahnya, tapi menahan diri tak melihat wajah lelaki itu. Ia tertarik kemudian berdiri dan mengekori Elan yang masuk ke dalam kamar. Perasaannya tak tenang, hanya bisa berdoa semoga Elan mengabulkan permintaannya.
"Duduklah.." perintah Elan menunjuk tepi ranjang.
"Ha.. Harus di sini? Bukan di sofa?"
Dina ragu, masih takut jika Elan akan memaksa melayaninya lagi. Ia gugup, meremas bagian dada bajunya melindungi diri.
"Jangan takut, aku tidak akan memperkosamu lagi." Sindir Elan sembari duduk nyaman di atas ranjang terlebih dahulu.
Dina menurut, duduk miring di tepi ranjang, menjaga jarak mereka tak terlalu dekat. Dina berusaha tenang, tak menampakkan kegugupan. Ia ingin tetap terlihat kuat di depan Elan.
"Kamu ingin bercerai?" Tanya Elan sedikit menggerakan kepalanya ke arah Dina.
"Ya."
"Siap menjadi janda?" Elan bertanya dengan nada merendahkan.
Dina menelan ludahnya. Janda? Status itu tak terpikir sama sekali olehnya. Ia akan menjadi janda. Ah itu urusan belakangan, yang terpenting lepas dari jerat Elan dulu.
"Tidak masalah." Jawab Dina mantap.
"Oke.." Elan mengangkat alisnya. "Aku punya penawaran yang saling menguntungkan."
Dina menoleh tanpa melihat wajah Elan. Tertarik.
"Katakan!"
"Seperti katamu, kita menikah demi orang-orang yang kita sayangi, kamu karena Raka dan aku karena Asya, tapi yang orang tua kita tahu kita menikah karena cinta."
"Lalu?" Dina ketus tapi mulai penasaran.
"Aku tidak mau menyakiti adikku, sebelum memeriksamu tadi Raka sempat mengatakan kalau adikku terpukul karena merasa bersalah padamu, maksudnya karena kamu tampak memprihatinkan seperti ini ckck, untung Raka bisa menenangkan.. Asya begitu karena ucapanmu hmm? Kamu melampiaskan kemarahan pada adikku hmm?" Elan menaikkan sebelah alisnya jahat, menanti respon Dina dalam senyumnya yang kejam.
Dina gemetar karena perbuatannya pada Asya terkuak. Ia terbayangi perlakuan Elan tadi pagi saat tahu dirinya sudah membuat Asya menangis. Akankah kali ini juga?
"Aku anggap jawabanmu 'ya' karena tak ada yang keluar dari bibirmu. Asal kamu tahu, kebahagiaan adikku adalah prioritas, kamu juga tahu aku bahkan rela menikahimu hanya untuk membalas dendam untuknya. Jadi, jangan sekali-kali menyakiti adikku lagi." Ancam Elan menakutkan.
Dina semakin meremas dadanya sendiri. Takut. Bayangan pemerkosaan Elan pagi ini datang lagi sekelebat, menjadikan sakit di kewanitaannya semakin terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA
RomanceCerita lengkap di Goodnovel, atau Karyakarsa Khusus Dewasa 21+, banyak adegan dan kata2 vulgar. Pembaca diharap bijak. Aku hanyalah korban balas dendam, pelampiasan, dia menginginkanku, selalu menginginkanku kapanpun dia mau, tak sanggup ku elak, di...