Hay readers akoohh eeakkk..
😘😚😍Ini part mayan panjang sih 2500 kata lebih..
VOMMENT YAAA....
1150 vote aja
Untuk chapter selanjutnya..***
Air yang keluar dari lubang shower mengguyur. Dina berharap rasa sakitnya luntur, pergi beriring lupa. Ia ingin melupakan segalanya. Rasa cintanya pada Elan sudah terlalu dalam. Ia ingin mencintai tanpa kata tapi. Fokus hatinya kini hanya pada Elan. Ia harus belajar dewasa, menerima segala kelebihan dan kekurangan suaminya.
Dina menyabun dadanya dan merasakan nyeri di kedua putingnya. Kakinya masih gemetar tak sanggup berdiri lama-lama. Ia akhirnya terduduk setelah nyaris terjatuh, cukup lama tapi rasa perih di selangkangannya belum juga sirna. Sepertinya karena lecet tergerus gerakan Elan yang membabi buta. Tidak ada kenikmatan di sana.
Matanya kembali berair, berlomba dengan air. Ia tak mau begini lagi. Doa'anya hanya Elan berhenti saat menyadari perbuatannya telah demikian mencipta pedih. Berharap Elan berubah, ia merindukan sosok Elan gila yang penuh kejutan bahagia, bukan sosok menyeramkan yang lebih menyerupai serigala.
Rasa bersalah Elan sendiri tak bertepi. Mengepung dan menghantui saat menggendong tubuh lunglai Dina ke kamar mandi. Ia menawarkan jasa untuk memandikan tubuh lemah Dina tapi dengan lembut ditolak. Bukan apa-apa, karena ia tak mau Elan melihatnya menangis meratapi nasibnya. Ia butuh waktu sendiri dan mencerna kejadian demi kejadian, luka demi luka, bahagia demi bahagia jika memang itu masih ada ketika Elan di sisinya. Cukup bersama gemericik air Dina ingin menuntaskan kepedihannya. Kiranya itu cukup mengembalikan keadaan seperti sedia kala.
Dina keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi dan langkah tertatih. Ia menahan ngilu di selangkangannya yang sedang terluka. Pelan ia menuju meja makan dan menemukan punggung lebar berkemeja sedang sibuk di dapur.
Dina mengambil nafas panjang lalu meniup gas buangannya perlahan. Semoga itu cukup menenangkan, harapnya. Ekspresinya harus berhasil mencipta biasa. Tak boleh nampak gurat kecewa, apalagi sesal. Semua ini terjadi juga karena maunya, sebisa mungkin ia harus rela. Ikhlas.
Elan memutar tubuhnya dan membawa sepiring omelet di kedua tangannya. Ia menemukan sosok Dina tersenyum ke arahnya. Membuat mau tak mau membalas dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.
Jika boleh jujur, saat ini ia sangat malu menampakkan wajah di depan Dina. Kikuk, aneh, senyuman yang tersuguh nampak ironi. Langkah demi langkahnya dibuntuti kaku. Elan merasa sedang berada di titik ternistanya. Merasa tak bernilai sebagai manusia.
Dina menyeret kursi makan lalu menempatkan bokongnya perlahan. Sedikit berseringai karena ngilu di kewanitaannya. Tak berani terlalu banyak bergerak.
"Masih sakit sekali?" Tanya Elan khawatir luar biasa menyaksikan Dina meringis menahan sakitnya.
Dina tersenyum, semanis mungkin. Ia berusaha menutupi meskipun Elan tahu keadaannya kini.
"Tidak.."
Jawaban pendek yang mewakili ketidakjujuran Dina semakin memojokkan Elan di sudut ring kesalahan. Ia merasa sangat memprihatinkan hingga harus dihibur sedemikian, padahal Dina jauh lebih pantas menerimanya.
Elan bertekad. Ia tak mau menciutkan nyali lagi. Gadis kecilnya butuh belaian kasih sayang yang harus ia penuhi, bukan justru ia sakiti. Istrinya memang dewasa tapi ia tetap gadis muda yang butuh bimbingan dan ketenangan darinya, bukan sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA
RomanceCerita lengkap di Goodnovel, atau Karyakarsa Khusus Dewasa 21+, banyak adegan dan kata2 vulgar. Pembaca diharap bijak. Aku hanyalah korban balas dendam, pelampiasan, dia menginginkanku, selalu menginginkanku kapanpun dia mau, tak sanggup ku elak, di...