Bagian 35 Elan Tetap Elan

43.2K 2.2K 868
                                    

GAESSSS..

MAKASIH 1050 VOTE NYA..

VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA YA,
SYUKUR2 LEBIH DARI 1200
Sorry maruk guys,
Mabodi lg ga fit..

***

Elan meredam emosinya sendiri saat melihat kotak bento yang tengkurap, semua isinya tercecer di lantai. Ingin marah tapi tak seharusnya. Ingin teriak  di depan Dina tapi tak tega. Baru kali ini ada wanita yang memperlakukannya serendah ini. Tapi kali ini ia tidak boleh memandang Dina hanya sebagai wanita, melainkan sebagai calon ibu dari anaknya yang mungkin kini bergantung di tubuh belia Dina.

Jika biasanya ia menggunakan jasa beres-beres rumah tiap dua hari sekali, tidak demikian kali ini. Ia harus turun tangan langsung membereskan ulah Dina. Sekejam apapun Dina berulah, ia menjaga emosinya, sadar, semua ini karena salahnya. Tak boleh gegabah untuk marah. Ia harus sabar sekalipun Dina nanti akan lebih keterlaluan.

Seperti yang ia baca, ibu hamil punya emosi yang tidak stabil, sebentar manja, sebentar marah, sebentar lagi bahagia. Meskipun ia tak ingin Dina buru-buru hamil agar tak menyusahkan kuliahnya, tapi semakin hari ia semakin yakin sedang tumbuh buah hatinya di dalam sana.

Elan membuka kancing bajunya karena gerah. Ia rebah di sofa, memilih membiarkan Dina bersemedi di kamarnya. Mungkin ketenangan salah satu cara meredam emosi labil istrinya. Ia sendiri sedang sangat lelah. Membuka ponsel dan memeriksa situasi kantor lewat CCTV yang terhubung langsung dengan ponselnya. Ya, hanya itu yang saat ini bisa dilakukan bos Elan. 

Elan memeriksa sosial medianya dan menemukan unggahan terbaru dari instagram Dina. Ia tersenyum lalu menoleh ke belakang, ke arah pintu kamar istrinya. Senyumnya melebar karena heran dengan ide yang baru saja terlintas di benaknya. Lagi-lagi hanya Dina yang mampu membuatnya melangkah lebar bahkan rela basah untu menyeberangi sungai.

"Halo.. Mar, tolong siapkan tiket pesawat untuk dua orang. Aku harus sudah di Jogja sebelum gelap."

"Tapi Pak.. Mana ada??"

"Harus ada Mar!" Paksa Elan tak mau tahu.

"Agak sulit Pak. Sekarang sudah jam tiga lebih. Memangnya Bapak mau menyewa satu pesawat?" Canda Damar menggoda bosnya.

"Memangnya berapa harga sewa satu unit pesawat?"

"Waduh! Pak saya bercanda Pak.." Damar terdengar panik. "Mana saya tahu Pak berapa harga sewa pesawat.."

"Saya serius Damar!" Elan terdengar geram. "Sudahlah! Sewakan aku heli langganan perusahaan atau kendaraan apapun, jika perlu pesawat sekalian, yang bisa memastikan sampai Jogja sebelum gelap."

"Siapp!!"

***

Dina merasa sedang tersesat di alam mimpi, lalu tak tahu jalan untuk kembali kala helikopter menurunkan mereka di atap hotel bintang lima tempat mereka akan menginap. Damar memang asisten Elan terpengertian, ia sudah menyiapkan seluruh keperluan liburan singkat mereka selama di Jogja sesuai dengan selera bosnya.

Pusaran angin yang dihasilkan baling-baling berangsur habis kala mereka disambut dua orang pelayan hotel berseragam tradisional khas Jawa.

Ekspresi Dina sejak naik hingga turun heli masih sama. Takjub yang mengunci bibir menghasilkan kata speechless. Ia merasa telah dinikahi orang gila, yang karena melihat unggahan di instagramnya rela kehilangan uang puluhan juta rupiah, bahkan mungkin ratusan juta. Ia sendiri tak tahu berapa harga sewa helikopter rute Jakarta Yogyakarta.

REVENGE (SUDAH TERBIT) PART LENGKAP DI GOODNOVEL ATAU KARYAKARSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang